Mediaumat.info – Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai seruan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan perihal pembentukan aliansi negara-negara Muslim melawan ekspansionisme Israel, bertolak belakang dengan tindakan.
“Mereka terus berkoar-koar di depan rakyat mereka, kaum Muslimin, untuk menunjukkan seolah-olah serius memperhatikan dan mencari solusi atas persoalan genosida di Gaza, sejatinya tindakan mereka bertolak belalang,” tuturnya kepada media-umat.info, Kamis (12/9/2024).
Karena dalam waktu bersamaan, jelas Ahmad, mereka terus mencari-cari kesempatan untuk tetap bisa menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi dengan entitas Yahudi tersebut.
Ahmad juga menyebut, pernyataan Erdogan di depan mahasiswa-mahasiswi Muslim dekat Istanbul untuk membentuk aliansi negara-negara Muslim melawan Israel seperti membutuhkan momentum untuk merebut kembali dukungan di depan rakyatnya, setelah kekalahan telak partainya dalam pilkada Turki pada April lalu.
“Momen itu adalah tewasnya pegiat HAM Aysenur Ezgi Eygi, yang memiliki dua kewarganegaraan ganda Turki dan AS, dibunuh sniper militer Zionis,” tegasnya.
Apalagi, prediksi Ahmad, Erdogan sebenarnya tahu, mustahil mewujudkan aliansi negeri-negeri Muslim yang dipimpin para boneka Amerika Serikat.
“Turki sendiri adalah bagian dari sekutu Amerika Serikat dan anggota NATO, serta Uni Eropa, bagaimana mungkin bisa terbentuk aliansi negeri-negeri muslim sementara para penguasanya adalah sekutu AS bahkan menjalin hubungan dengan negara Zionis?” jelas Ahmad.
Menurutnya, Erdogan pura-pura tidak tahu bahwa AS dan Barat selaku majikan para penguasa Muslim itu tidak akan pernah menyetujui terbentuknya aliansi kekuatan kaum Muslim.
“Budak tidak mungkin bisa melawan majikan mereka, selayaknya anjing peliharaan tetap akan melindungi majikannya yang terus memberikan tulang,” terangnya dengan analogi sederhana.
Ahmad juga menyebut, Erdogan tidak akan pernah menyerukan tegaknya khilafah padahal ia tahu persoalan Gaza dan invasi Yahudi ke tanah Palestina hanya bisa tuntas dengan kekuatan militer yang independen.
Pasalnya, jelas Ahmad, khilafah Islam berdiri di atas kekuatan umat, bukan atas restu negara-negara Barat.
“Khilafah akan menyatukan — bahkan dengan paksa — semua negeri-negeri Muslim lalu akan melancarkan strategi jitu untuk melenyapkan entitas Yahudi yang menjajah Palestina,” pungkasnya. [] Novita Ratnasari
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat