Serangan bunuh diri minggu ini di Karachi yang menewaskan tiga warga negara China menimbulkan tantangan bagi para pemimpin baru Pakistan pada saat mereka mungkin ingin meningkatkan hubungan dengan Beijing.
Sebuah kelompok separatis, Tentara Pembebasan Baluchistan (BLA), mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu, dengan mengatakan seorang pembom bunuh diri perempuan yang melakukannya. Pemerintah Pakistan dengan cepat mengatakan akan menemukan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab.
“Saya mengutuk keras tindakan terorisme pengecut ini. Para pelaku pasti akan dibawa ke pengadilan,” tulis Perdana Menteri Shehbaz Sharif di Twitter.
Namun Pakistan telah berusaha selama lebih dari satu dekade untuk menghentikan serangan militan separatis terhadap pekerja China. Para militan telah menargetkan pekerja Pakistan dan China yang terlibat dalam proyek-proyek pembangunan di Baluchistan, menuduh mereka mengekstraksi sumber daya tanpa memberikan kompensasi kepada penduduk setempat.
Pada tahun 2019, Washington menetapkan BLA sebagai organisasi teroris. Karena investasi China di Pakistan telah tumbuh, terutama sejak terbentuknya Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) yang menghubungkan pelabuhan Pakistan ke jaringan jalan raya China, hubungan dengan Beijing menjadi semakin penting. Para analis berharap pemerintahan Sharif memperkuat hubungan ekonomi dan politik dengan pemerintah China, dengan mencatat bahwa di bawah Nawaz Sharif, perdana menteri Pakistan dari 2013 hingga 2017 dan saudara laki-laki sang petahana, CPEC menjadi lebih kuat.
“Kita tentu dapat beraharap untuk melihat fokus baru dan pusat perhatian pada CPEC karena sangat selaras dengan tujuan inti dari PML [Liga Muslim Pakistan] dan kedua saudara Sharif,” kata Madiha Afzal, seorang rekan kebijakan luar negeri di Brookings Institution, sebuah kelompok riset di Washington.
Analis lain seperti mantan Duta Besar Pakistan untuk Amerika Serikat Husain Haqqani, yang menjabat dari tahun 2008 hingga 2011 di bawah Perdana Menteri Yousuf Reza Gilani, mengatakan ada ruang untuk meningkatkan hubungan China-Pakistan menyusul penggulingan terhadap mantan Perdana Menteri Imran Khan, yang kehilangan mosi tidak percaya di parlemen bulan ini.
“Penting untuk dicatat bahwa Imran Khan adalah pemimpin yang sangat tidak kompeten, dan dia juga rentan terhadap banyak pengambilan keputusan yang tidak menentu dan aneh,” kata Haqqani, yang sekarang menjadi direktur Asia Selatan dan Tengah di Institut Hudson, sebuah kelompok penelitian di Washington.
“Orang China tidak menyukai hal itu, jadi ada masalah gaya yang mempengaruhi aspek-aspek tertentu dari hubungan China-Pakistan. Kepemimpinan politik yang lebih berpengalaman dan lebih tenang akan menghilangkan bagian yang menjengkelkan dari hubungan itu,” kata Haqqani [Sumber: Voice of America].
Sulit untuk melihat bagaimana Pakistan dapat menjalin hubungan yang kuat dengan China mengingat ketidakpercayaan Amerika yang mendalam terhadap Beijing. Jikapun terjadi, AS kemungkinan akan menggunakan Pakistan untuk menyakiti China dan memperkuat India.