Kejahatan atas dasar kebencian yang menargetkan masjid di Inggris meningkat dua kali lipat antara periode 2016 dan 2017. Kepolisian mencatat 110 kejahatan kebencian yang diarahkan ke tempat-tempat ibadah Muslim antara Maret dan Juli tahun ini, naik dari 47 kasus selama enam bulan yang sama pada 2016.
Asosiasi Pers melaporkan bahwa pelecehan rasis, tindakan vandalisme di masjid dan ancaman bom sangat menonjol di antara kejahatan kebencian yang dilaporkan. Jendela yang pecah di masjid, kerusakan pada mobil yang diparkir di luar dan grafiti, semuanya tercatat bersamaan dengan serangan fisik terhadap orang-orang Muslim yang sedang dalam perjalanan masuk atau keluar dari bangunan. Selain itu terdapat dua kasus pembakaran dan dua keluhan daging babi asap ditinggalkan di pintu masjid.
Dilansir dari The Independent, Senin (9/10), Sekretaris Shadow Home, Diane Abbott menyebut, figur-figur tersebut ‘sangat meresahkan’. “Serangan terhadap kelompok agama atau minoritas sangat keji,” katanya.
“Serangan anti-Muslim ini akan dikutuk oleh semua orang yang baik”.
Fiyaz Mughal, Direktur Faith Matters yang bekerja untuk meningkatkan kohesi masyarakat mengatakan, bahwa penting untuk mengakui terorisme adalah faktor pendorong di balik tingkat serangan masjid yang ‘mengkhawatirkan. Dia mengatakan, perusahaan media sosial harus meningkatkan dan menerima tanggung jawab untuk kalimat kebencian yang diizinkan berkembang secara online.
“Kami telah melihat adanya peningkatan ekstremisme anti-Muslim dan aktivitas online yang jauh dari sisi kanan, dengan pendekatan dinosaurus yang sangat lamban dari perusahaan media sosial untuk melepaskan kebencian, dan sebuah penyangkalan untuk tiga atau empat tahun ini adalah tanggung jawab mereka. Mereka sekarang mengambil langkah, tapi langkah yang sangat lamban,” katanya.
Mughal mengatakan, beberapa anggota komunitas Muslim menghindar dari mengakui bahwa terorisme Islam adalah faktor terbesar yang mendorong kejahatan kebencian. “Pendorong terbesar kebencian anti-Muslim adalah serangan teroris – penelitian ini sangat jelas di sini,” katanya.
“Kita harus jujur. Tidak mau mengakui bahwa terorisme adalah penggerak terbesar, dan sangat banyak muslim yang menyalahkan media sebagai gantinya. Kita harus mengurangi serangan teroris untuk mengurangi keretakan di komunitas kita.”
Data terakhir yang diperoleh melalui permintaan Freedom of Information yang dilakukan kepada 45 pasukan polisi Inggris. Angka-angka tersebut, berdasarkan 42 tanggapan, menunjukkan bahwa 25 kepolisian melihat adanya peningkatan kejahatan kebencian yang diarahkan ke masjid-masjid pada tahun lalu – sedangkan 17 kepolisian tidak melihatnya.
Kenaikan terbesar dilaporkan oleh Greater Manchester Police – serangan konser yang dilakukan oleh ekstremis Islam Salman Abedi yang menewaskan 20 orang. Kenaikan kejahatan terbesar kedua terjadi di London, dilanda serangkaian serangan teror tahun ini, dengan Polisi Metropolitan mencatat 17 kejahatan, naik dari delapan pada tahun sebelumnya.
Ancaman, pelecehan dan perilaku intimidasi lainnya di luar masjid lebih dari tiga kali lipat di seluruh negeri, dari 14 kejahatan di tahun 2016 menjadi 49 pada tahun 2017. Kejahatan kekerasan terhadap umat Islam yang mengunjungi masjid meningkat dua kali lipat dari lima kejahatan yang tercatat pada tahun 2016 sampai 11 kejahatan pada tahun 2017.[]
Sumber: republika.co.id