Serangan Barat Terhadap Bahasa Arab

Oleh: Achmad Fathoni (Direktur El Harokah Research Center)

Bahasa Arab adalah bahasa al-Quran, bahasa Syariah terbaik yang diturunkan oleh Allah SWT. Bahasa Arab adalah bahasa agama pembawa kabar gembira yang menyebar ke seluruh dunia, baik Timur maupun Barat. Bahasa yang menerjemahkan metafora, kefasihan dan daya pengaruh dari Al-quran, yang menjadi mu’jizat yang akan melemahkan para ahli bahasa untuk membuat semisal dengan Al-quran. Allah SWT berfirman:

﴿أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ﴾ [يونس: 38]

“Apakah mereka pantas mengatakan Dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya katakanlah, “Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah Al-Quran, dan ajaklah siapa saja diantara kamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Yunus.38)

Kaum muslimin sangat memperhatikan Bahasa Arab karena keluhuran dan kesuciannya. Dengan bahasa Arab mereka dapat memahami agama, memahami isi kandungan Al-quran dan hadits Nabi. Oleh karena itu bahasa Arab menjadi target musuh-musuh Islam untuk dihancurkan, mereka sengaja menjauhkan bahasa Arab dari kaum muslimin agar tidak dapat memahaminya, bahkan mereka sengaja membuat bahasa Arab sebagai hal yang membosankan dan tidak menarik untuk dipelajari.

Orang-orang barat melihat bangsa Arab identik dengan Islam, dan mereka menganggap bahwa kaum muslim sangat berbahaya bagi peradaban mereka, oleh karena itu mereka terus menerus menjadikan Islam sebagai target utama untuk dihancurkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menghancurkan bahasa Arab. Karena bahasa Arab merupakan cara yang sangat tepat, mengingat perannya yang sangat pentig dalam agama ini. Samuel Huntington mengatakan : selagi Islam tetap menjadi Islam, dan selama barat tetap menjadi barat, konflik akan terus terjadi antara keduanya, seperti yang telah terjadi empat belas abad silam, tidak akan ada yang bisa mengubah timur menjadi barat.

Untuk mewujudkan tujuannya dalam rangka menjauhkan Islam dari kehidupan, Barat merencanakan sebuah siasat dengan merusak bahasa Arab dan menggantinya dengan bahasa ‘ammiyah (non Arab), menjadikan misionaris sebagai alat penjajahan mereka seperti Welham dan yang lainnya untuk mengasingkan bahasa Arab, dan menggantinya dengan dialek ‘ammiyah. Kaki tangan mereka dari kalangan muslim juga memiliki peran penting untuk memuluskan rencana mereka seperti Thaha Husain dan Luthfi As-sayyid. mereka menyerukan hal yang sama, menyerukan kebangkitan namun sebenarnya mereka sedang menghancurkan Islam.

Ketika daulah Islam (khilafah) masih tegak, kaum muslimim masih dipimpin oleh satu orang pemimpin, bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi negara, perjanjian luar negeripun ditulis dengan bahasa Arab, begitu juga komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itulah bahasa Arab memiliki kedudukan yang tinggi bagi daulah Islam atau negara-negara yang ada di sekitarnya.

Akan tetapi ketika daulah Islam (khilafah) runtuh, dan dikuasai oleh musuh-musuh Islam, kemudian dibagi menjadi negara-negara kecil, peran bahasa Arab menjadi lemah. Barat sangat yakin bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik untuk memahami ideologi Islam, oleh karena itu mereka selalu berupaya untuk menghilangkannya dari benak kaum muslimin. berbeda dengan perlakuan terhadap bahasa mereka (Barat) , mereka menjadikannya sebagai bahasa resmi dan menerapkannya di sekolah-sekolah, universitas-universitas. maka terbentuklah generasi yang terdidik dengan bahasa mereka (Barat), tapi mereka awam dengan agamanya. Kaum muslimin dipaksa menggunakan bahasa asing tersebut , sehingga generasi kaum muslim menguasai bahasa tersebut dengan sungguh-sungguh, begitu juga dari sisi tsaqafahnya.

Barat sangat serius dalam melumpuhkan bahasa Arab di tengah-tengah kaum muslimin, mereka juga mengubur hidup-hidup ingatan dan cita-cita kaum muslimin tentang bahasa Arab, mengikatnya dengan kuat sebagaimana tawanan perang, mendidik generasi kaum muslimin sesuai dengan keinginan mereka, menerapkan undang-undang yang mereka buat, dan mereka puas dengan konsep pendidikan ala Barat, mereka seperti masuk ke dalam lubang biawak karena mengikuti langkah barat.[]

Share artikel ini: