Sepuluh Tahun Berlalu, Penghilangan Paksa Naveed Butt

 Sepuluh Tahun Berlalu, Penghilangan Paksa Naveed Butt

Profil Kasus: Naveed Butt
11 Mei 2022

Ringkasan Kasus
Naveed Butt, ayah dari 4 anak, diculik di Lahore, Pakistan, saat kembali ke rumahnya setelah menjemput anak-anaknya yang masih kecil pulang sekolah. Sekarang sudah 10 tahun sejak dia menghilang pada tanggal 11 Mei 2012.

Diduga Naveed ditahan oleh pihak berwenang Pakistan dengan melarang komunikasi apapun, meskipun mereka terus menyangkal menahannya atau mengetahui keberadaannya.

Latar belakang
Naveed Butt adalah seorang insinyur listrik,lulusan University of Illinois, AS dan kembali ke Pakistan setelah bekerja di Chicago selama beberapa waktu. Dia adalah juru bicara resmi Hizbut Tahrir di Pakistan pada saat itu. Dia vokal menentang ketidakadilan dan mengkritik korupsi oleh pejabat Pakistan saat mengadvokasi sistem dan kepemimpinan Islam di Pakistan.

Naveed memimpin demonstrasi di Pakistan menentang dukungan mantan Presiden Parvez Musharraf untuk Perang Melawan Teror Presiden AS George Bush pada tahun 2001. Pada tahun 2004 ia mengadakan konferensi pers menentang dukungan Pakistan atas invasi AS ke Irak.

Istri Naveed, yang juga seorang pengacara resmi, mengatakan:

“Suami saya Naveed Butt adalah orang yang berhati lembut dan penyayang. Dia adalah kesayangan seluruh keluarganya. Saudara perempuan dan saudara laki-lakinya merasa hancur karena dia sudah lama tidak muncul. Kami punya tiga putra dan satu putri. Putra bungsu kami baru berusia dua tahun pada saat penculikannya. Hari ini ketika dia bertanya tentang ayahnya, saya katakan kepadanya bahwa ayahnya ditahan karena kejahatan membela Islam dan hanya Allah yang akan membebaskannya. Putri saya merindukan ayahnya lebih dari sebelumnya dan terus berdoa untuk pembebasannya siang dan malam.”

Ketika putrinya Maryam baru berusia 10 tahun, setelah 4 tahun menghilang, dia berkata sebagai berikut:

“Aku hanya ingin ayahku pulang. Semua orang mencintai orang tuanya. Terkadang ayah dan ibu seseorang memarahi anaknya tetapi kebanyakan mereka mencintai anak-anaknya. Ketika dulu ayah saya pergi bekerja, saya senantiasa menunggunya dengan penuh semangat. Ketika ayah kembali ke rumah, saya selalu berlari ke arahnya dan duduk di pangkuannya. Sudah empat tahun tetapi dia belum kembali… Setiap kali saya melihat ayah seseorang yang menunjukkan kasih sayang kepada anak-anaknya, saya merindukan ayah saya.”

Penghilangan paksa dan perlakuan buruk
Karena aktivitas Naveed yang senantiasa berbicara menentang ketidakadilan di negara ini, dia terus-menerus berada di bawah ancaman negara. Dia ditangkap beberapa kali dan selalu berada dalam bahaya. Dalam minggu-minggu menjelang kepergiannya, Naveed menerima panggilan telepon ancaman dari nomor yang tidak dikenal.

Naveed diculik oleh aparat keamanan negara yang dicurigai dan dibawa pergi dengan sebuah mobil van, yang disaksikan oleh 3 anaknya, yang saat itu berusia 10, 9 dan 6 tahun, dan anak bungsunya yang masih berusia 2 tahun.

Dia diduga ditahan oleh pasukan keamanan Pakistan meskipun mereka menolak mengkonfirmasi bahwa dia ditahan oleh mereka, atau mengetahui keberadaannya. Status kesehatan fisik dan mental Naveed tidak diketahui, keluarganya belum mendengar kabar darinya dalam 10 tahun dan belum ada konfirmasi resmi tentang kondisinya.

Melalui saluran-saluran tidak resmi, keluarga telah diberitahu bahwa Naveed telah menjalani interogasi yang keras, dengan seorang pejabat mengeluh bahwa Naveed tidak memberikan informasi apapun meskipun disiksa dengan kejam.

Praktek penghilangan paksa di Pakistan
Praktek penghilangan paksa banyak digunakan pada masa-masa awal Perang Melawan Teror, baik laki-laki maupun perempuan dihilangkan dan dibawa ke luar negeri. Pakistan tidak kecuali.

Bahkan baru-baru ini pada bulan Maret 2022, di bawah kepemimpinan Imran Khan, Komisi untuk Penghilangan Paksa mengungkapkan bahwa 76 orang dilaporkan hilang dalam bulan itu saja.

Penghilangan paksa adalah ketika seseorang “diculik atau dipenjara secara diam-diam oleh negara atau organisasi politik, atau oleh pihak ketiga dengan izin, dukungan, atau persetujuan dari negara atau organisasi politik, diikuti dengan penolakan untuk mengakui nasib dan keberadaan orang tersebut, dengan maksud menempatkan korban di luar perlindungan hukum.”

Organisasi Pembelaan Hak Asasi Manusia Pakistan telah mencatat kasus penghilangan ini selama bertahun-tahun, dan hingga Desember 2021 mereka telah mengidentifikasi lebih dari 2800 kasus orang hilang, 1357 di antaranya masih hilang, di antaranya Naveed adalah salah satunya.

Baik Amnesty International maupun HRW telah mengutuk penggunaan tindakan penghilangan paksa dan telah meminta pihak berwenang Pakistan untuk mengakhiri kebijakan yang menindas ini.

Tantangan hukum
Selama bertahun-tahun, istri Naveed terus berjuang untuk pembebasan suaminya dan telah mengajukan banyak permohonan ke berbagai Pengadilan di Pakistan.

Suatu permohonan telah diajukan ke Komisi untuk penghilangan paksa, yang mengeluarkan arahan atas pernyataan Naveed sebagai orang hilang pada tahun 2018. Namun, pemerintah gagal mematuhi perintah ini. Pihak keluarga telah mengeskalasi kasus ini ke Pengadilan Tinggi Islamabad, yang saat ini sedang meninjau kasus tersebut. Sidang lanjutan akan berlangsung pada 17 Mei 2022.

Istri Naveed Butt berkata:

“Mengangkat kata-kata kebenaran adalah satu-satunya kejahatan suami saya. Karena itu, saya menuntut dari orang-orang yang berkuasa dan penguasa untuk segera membebaskannya. Dia telah menjalani [10] tahun di penjara ilegal atas kejahatan yang dirahasiakan. Kami telah berlari dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari keadilan dari Pengadilan Tinggi Islamabad hingga Mahkamah Agung Pakistan dan Pengadilan Tinggi Lahore. Kasus kami bahkan disidangkan di komisi penghilangan paksa tetapi meskipun ada perintah berulang dari pengadilan, Naveed Butt tidak pernah dihadirkan di depan pengadilan.”

Seruan untuk bertindak
Istri Naveed mengatakan kepada CAGE:

“Saya memohon kepada pemerintah Pakistan, tentara dan badan-badan negara untuk membebaskan suami saya karena dia telah cukup dihukum atas kejahatannya berbicara mengenai kebenaran. Bersamanya, saya dan anak-anak saya telah menderita karena ketidakhadirannya yang lama. Lepaskan dia sekarang karena itu bertentangan dengan semua norma kemanusiaan dan keadilan.”

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *