Semoga Ini Haji Terakhir Tanpa Seorang Imam (Khalifah)

Haji tahun ini berlangsung dalam keadaan di luar kelaziman setelah keputusan Kementerian Agama Arab Saudi yang membatasi pelaksanaan ibadah haji tahun ini, hanya untuk ekspatriat yang telah bermukim di Arab Saudi dengan jumlah yang sangat terbatas. Sementara lainnya yang bertekad melaksanakan ibadah haji tahun ini diminta untuk melaksanakannya tahun berikutnya, karena pandemi Corona. Begitu juga Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nasional Saudi mengeluarkan protokol kesehatan yang harus dipatuhi, di antaranya larangan menyentuh Ka’bah dan Hajar Aswad, serta larangan jamaah haji memasuki Mina, Muzdalifah dan Arafat tanpa surat keterangan.

Berlangsungnya musim haji tahun ini diwarnai dengan perasaan sedih oleh jutaan orang yang telah dilarang melaksanakan ibadah haji dan tidak adanya pertemuan umat Islam dari seluruh penjuru dunia seperti biasa.

**** **** ****

Setelah kepedihan dan kesedihan yang dirasakan oleh banyak umat Islam karena mereka dilarang memasuki masjid, dan kosongnya masjid selama berminggu-minggu dari kerumunan jamaah shalat ketika virus Coruna mulai menyebar, serta pemandangan sepinya Ka’bah dari para peziarah demi sterilisasi Ka’bah setelah pandemi Corona, semakin menambah duka dan kesedihan yang yang menyelimutinya. Perasaan itu kembali menyentuh hati sejumlah besar orang yang beriman setelah dimulainya pelaksanaan ibadah haji tahun ini, yang hanya terbatas pada sejumlah orang, dan itupun dengan prosedur yang sangat ketat.

Semangat seorang Muslim dan keinginannya untuk beribadah adalah masalah yang jelas, serta perasaan sedih yang menimpa kita pada saat ini, karena kegagalan rezim yang tidak mengambil prosedur yang tepat dalam mengatasi masalah Corona dengan tunduk terhadap hukum-hukum syariah yang terkait dengan setiap perkara, dan tidak membuat bidah.

Perasaan ingin melakukan perkara yang diridhai Allah, dan menjauhi perkara yang membuat-Nya murka adalah hal positif yang mendorong diri seorang Muslim dan memperkuat tekadnya. Akan tetapi setiap kebaikan ketika perasaan itu menyertai setiap tindakan di mana di dalamnya ada ketaatan tanpa mengutamakan antara ibadah dan yang lain, serta tanpa meremehkan kemaksiatan apa pun, maka bukanlah perasaan musiman.

Ketika perasaan baik itu dizalimi, maka kita akan mendapati kaum Muslim pada umumnya marah terhadap perkara yang membuat Allah marah; mereka bergembira karena memperoleh ridha Allah; dan mereka berduka karena mengabaikan syariah Allah. Hanya dengan ini saja, kebaikan akan menyatu dalam diri umat Islam. Mereka tidak ridha dengan penghinaan yang dialaminya saat ini. Umat Islam dengan perasaannya itu akan menyapu para penguasa yang merusak, yang telah mengabaikan hukum-hukum Allah, dan mereka akan bahagia karena tegaknya hukum-hukum Allah melalui negara yang menerapkannya. Ketika itu pelaksanaan ibadah haji akan digabungkan dengan kewajiban dakwah dan jihad. Sehingga mereka akan bersedih jika mereka tidak memiliki kesempatan untuk mempersembahkan sesuatu yang berharga di jalan Allah.

Umat Islam akan bergembira di bulan Ramadhan, di musim haji, dengan ditegakkannya hukum-hukum Allah, jihad, dan penerapan semua yang Allah perintahkan. Umat Islam akan memberontak, marah, dan meminta pertanggungjawaban penguasa atas setiap kelalaian terhadap semua itu.

Umat Islam akan bergembira karena mengagungkan ritual ibadah kepada Allah, menyatukan kaum Muslim, dan mereka melaksanakan ibadah haji di belakang seorang Imam (Khalifah), serta berjihad di bawah satu bendera. Sebaliknya umat akan marah ketika kekuatan kaum Muslim tercerai-berai, banyaknya penguasa karbitan yang tidak layak memimpin, dan besarnya pengaruh kaum kafir Barat.

Ya Allah, persiapkan bagi umat Islam seorang yang memiliki kesadaran yang berada di atas kebenaran, dan jadikan musim haji tahun ini adalah musim haji terakhir tanpa seorang Imam (Khalifah). Ya Allah, di hari-hari yang diberkati ini, terimalah doa kami, satukanlah barisan kaum Muslim, serta menangkan kebenaran dan agama. Ya Allah, jadikan kami mencintai syariah-Mu, perlihatkan kepada kami bahwa yang benar-adalah benar dan karuniai kami kekuatan untuk mengikutinya, serta perlihatkan kepada kami bahwa yang batil adalah batil dan karuniai kami kekuatan untuk meninggalkannya. Ya Allah, jadikan kami orang layak untuk memikul amanah-Mu, dan juga agama-Mu, serta layak mendapatkan pertolongan-Mu, dan tolonglah kami sebab tidak ada yang bisa menolong kami selain Engkau. Ya Allah, segerakan datangnya kelapangan dari-Mu dan kasih sayang-mu untuk alam semesta ini. [Hajir al-Yakqubi]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 31/7/2020.

Share artikel ini: