Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)
Dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (16/2), dikabarkan hampir 5 juta anak di seluruh negara Afrika Timur berisiko putus sekolah akibat kekeringan dan konflik yang terjadi. Hal ini didasarkan laporan terbaru Save The Children, Kamis (15/2) yang dalam laporannya memaparkan, 4,7 juta anak di Sudan Selatan, Somalia, Ethiopia dan Kenya, berisiko mengalami putus sekolah karena dipengaruhi kondisi mengerikan di negaranya. Menguatkan laporan Save The Children, Direktur Regional Save The Children, David Wright, menyatakan, jika sebanyak 12 ribu anak putus sekolah tiap hari pada tahun ini, maka negara tersebut akan kehilangan seluruh generasi anak-anak
Warga Afrika, di wilayah Sudan Selatan, Somalia, Ethiopia dan Kenya khususnya orang biasa terus menderita karena biaya hidup yang tinggi, layanan pendidikan dan kesehatan yang buruk serta biaya hidup yang mahal. Ironisnya, kita menyaksikan ketidakpercayaan politik di antara para politisi dan masyarakat di Negara-negara ini, hal ini disebabkan oleh pandangan kapitalis yang dianut para politisi untuk mengelola Negara-negara mereka. Krisis politik melahirkan berbagai konflik saat ini menunjukkan bahwa demokrasi telah menimbulkan ketidakpercayaan di antara para politisinya. Mewariskan keuntungan pribadi, politisi menciptakan krisis yang bertujuan untuk solusi kompromi.
Krisis telah lebih jauh mengekspos formula politik dan ekonomi di Negara-negara Afrika, yang merupakan politik terstruktur kesukuan maupun sectarian dimana para politisi demokrasi menungganginya untuk mendapatkan keuntungan dan kekuasaan. Tribalisme di wilayah-wilayah Afrika berasal dari era penjajahan Inggris. Kaum penjajah menggunakan metode adu domba, serta pembagian wilayah dan pengaturan pemerintahan. Hingga sekarang, para kolonialis barat, semacam Inggris dan AS memainkan kartu pertarungan antar kelompok etnis.
Konsep politik, ekonomi, dan termasuk pendidikan demokrasi telah gagal secara nyata di dunia dan telah dirancang untuk melayani beberapa elite di Afrika. Dengan kedok Demokrasi, kekuatan politik barat telah bersaing dan melakukan intervensi di dalam negeri. Dahulu Afrika adalah bagian dari wilayah kekuasaan Islam, sangat menyedihkan melihat negeri-negeri Muslim belum bangkit dan ditipu oleh kekeliruan demokrasi-kapitalis serta politisi serakah nya yang selalu mendambakan untuk kepentingan individualistis dengan mengorbankan kepentingan rakyat. Kegagalan demokrasi di Afrika telah mendorong para ulama untuk menyampaikan alternatif, yaitu ideologi Islam yang adil dan sempurna dan mencakup solusi perumusan politik dan sosio-ekonomi bagi seluruh Afrika dan umat manusia.[]