Sekulerisme dan Dominasi Kekuatan Asing

 Sekulerisme dan Dominasi Kekuatan Asing

Oleh: Hadi Sasongko (Direktur POROS)

Utang luar negeri makin menggunung, Covid-19 masih belum reda. Sementara sumberdaya alam negeri ini banyak yang dikelola oleh asing di bawah payung hukum legal yang sangat liberal, “Konsensus Washington” seperti privatisasi BUMN, pengurangan subsidi dan perdagangan bebas menjadi pintu legal eksploitasi ini.

Kita perlu paham, setiap penerapan sistem sekular, yakni sistem yang tidak bersumber dari Allah SWT pasti akan menimbulkan kerusakan dan kerugian bagi umat manusia. Kerusakan dan kerugian itu antara lain: penguasaan sumberdaya kekayaan alam oleh kekuatan asing; peningkatan jumlah orang miskin akibat kenaikan harga barang dan jasa setelah kenaikan harga BBM, gas dan listrik; maraknya korupsi di seluruh sendi di seantero negeri; disintegrasi; kekerasan yang menimpa anak, remaja dan perempuan; kasus LGBT, narkoba dan miras oplosan; dll. Hal itu ditambah dengan kezaliman yang diderita umat di berbagai negara.

Semestinya semua ini menyadarkan kita semua untuk bersegera kembali ke jalan yang benar, yakni jalan yang diridhai oleh Allah SWT, dan meninggalkan semua bentuk sistem dan ideologi kufur, terutama kapitalisme-liberal yang nyata-nyata sangat merusak dan merugikan umat manusia. Allah SWT telah memperingatkan:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya bagi dia penghidupan yang sempit (TQS Thaha [20]: 124).

Demokrasi dalam teorinya adalah sistem yang memberikan ruang kepada kehendak rakyat. Namun, dalam kenyataannya negara-negara Barat tidak pernah membiarkan rakyat di negeri-negeri Muslim membawa negaranya ke arah Islam.

Mereka selalu berusaha agar sistem yang diterapkan tetaplah sistem sekular meski dibolehkan dengan selubung Islam. Penguasanya pun tetap yang mau berkompromi dengan kepentingan Barat. Itulah yang terjadi saat ini, di negeri ini. Ini sebagaimana tampak dari proses pembuatan undang-undang di parlemen dan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah, khususnya di bidang ekonomi dan politik, yang sangat pro terhadap kepentingan Barat. Cengkeraman Barat juga tampak di negeri-negeri Muslim yang tengah bergolak seperti di Palestina dan Suriah, serta negara-negara lain di kawasan Timur Tengah.

Kenyataan ini juga semestinya memberikan peringatan umat Islam untuk tidak mudah terperangkap oleh kepentingan negara penjajah. Ini juga merupakan peringatan kepada penguasa dimana pun untuk menjalankan kekuasaannya dengan benar, penuh amanah, demi tegaknya kebenaran Islam; bukan demi memperturutkan nafsu serakah kekuasaan dan kesetiaan pada negara penjajah.

Bila kita ingin sungguh-sungguh lepas dari berbagai persoalan yang tengah membelit negeri ini, maka kita harus memilih sistem yang baik dan pemimpin yang baik. Sistem yang baik hanya mungkin datang dari Zat Yang Mahabaik. Itulah syariah Islam dan pemimpin yang amanah. Pemimpin yang baik adalah yang mau tunduk pada sistem yang baik itu.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat karena perbuatan tangan manusi supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka itu, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 41).

Berbagai kesempitan hidup yang dirasakan oleh manusia tidak lain akibat dari berpaling dari petunjuk dan syariah Allah SWT. Itu merupakan bentuk fasad, yakni berbagai kemaksiatan. Sebagian akibat dari fasad itu ditimpakan oleh Allah kepada manusia agar manusia merasakan sendiri akibat dari kemaksiatannya itu. Dengan itu ia akan lebih menyadari kesalahannya dan memiliki dorongan untuk meninggalkan kemaksiatannya serta kembali ke jalan yang benar, kembali pada petunjuk dan hukum Allah SWT.

Karena itu, jalan satu-satunya untuk menghentikan berbagai kerusakan itu dan menyelesaikan berbagai problem yang ada hanyalah dengan kembali pada petunjuk dan aturan dari Allah SWT. Hal itu hanya dengan menerapkan syariah Islam secara total di tengah kehidupan kita. Ketika itu terealisasi maka semua keberkahan akan dibukakan oleh Allah dari langit dan bumi, sebagaimana janji-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنا عَلَيْهِمْ بَرَكاتٍ مِنَ السَّماءِ وَالْأَرْضِ وَلكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْناهُمْ بِما كانُوا يَكْسِبُونَ

Andai penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari angit dan bumi. Namun, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Karena itu Kami menyiksa mereka karena perbuatan mereka itu (TQS al-A’raf [7]: 96).

Dalam ayat ini Allah SWT menggunakan ungkapan “lafatahna” untuk menunjukkan bahwa sebenarnya amat mudah bagi Allah SWT menurunkan keberkahan-Nya; ibarat tinggal membuka pintu, keberkahan itu akan langsung menggelontor deras. Namun, syaratnya adalah penduduk negeri harus beriman dan bertakwa. Wujudnya adalah dengan menerapkan syariah Islam secara total di bawah sistem yang telah diberikan oleh Islam.[]

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *