Mediaumat.info – Makin masifnya sekularisasi di berbagai aspek kehidupan, dinilai Cendekiawan Muslim Dr. KH Ending Baharuddin, M.A. sebagai bagian dari masalah umat yang penyelesaiannya harus bersama-sama.
“Sekularisasi adalah masalah bersama, penyelesaiannya pun harus berkolaborasi dengan yang lainnya,” ujarnya dalam Forum Sinergi Muslim: Waspadai Sekularisasi Negeri di Berbagai Lini! di kanal YouTube Bincang Peduli, Senin (9/9/2024).
Dengan begitu, menurutnya, sekularisasi berikut dampak-dampak negatif yang muncul dan merusak akidah umat, bisa dengan mudah hilang dari negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim ini.
Sekadar dipahami, prinsip dasar sekularisasi adalah memisahkan urusan dunia dengan agama. Maknanya, perbuatan yang berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain tidak dianggap sebagai ibadah dalam hal ini mendekatkan diri kepada Allah SWT. Contohnya belajar, mencari nafkah, menolong sesama yang sedang dalam kesulitan, dsb.
Sementara, ibadah mahdhah sendiri yang berarti perbuatan yang mengandung hubungan dengan Allah SWT semata-mata, terbatas pada ibadah-ibadah khusus, seperti shalat, puasa dan haji.
Karena itu, sambung mantan rektor UIK Bogor tersebut, terhadap perubahan sistem pendidikan ke arah sekuler seperti saat ini misalnya, lembaga pendidikan berikut pemerintah yang menaungi harus bersinergi dengan masyarakat hingga level keluarga dari masing-masing anak didik dalam hal ketakwaan kepada Allah SWT.
“Lembaga pendidikan itu satu dengan yang lain harus saling bersinergi. Pertama, orang tua dalam keluarga. Yang kedua, lingkungan. Dan yang ketiga baru sekolah,” tuturnya, sembari mengutip QS al-A’raf: 96 yang artinya:
‘Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.’
Seperti dikabarkan, gelombang sekularisasi makin hari bertambah masif. Sebutlah peristiwa seputar pasukan Paskibraka putri yang dilarang mengenakan hijab saat upacara pengukuhan dan pengibaran bendera bulan lalu.
Celakanya, perkara itu mengatasnamakan toleransi beragama, seperti halnya seorang imam besar Masjid Istiqlal menyambut kedatangan Paus Fransiskus baru-baru ini ke Indonesia dengan mengucap salam lintas agama.
Di saat yang sama, berkenaan sikap Muslim yang mengelukan sosok Paus, pemimpin tertinggi gereja Katolik sedunia, Kiai Baharuddin mengatakan aneh.
“Kok aneh orang Indonesia itu seperti tidak mengikuti informasi yang sesungguhnya, siapa Paus itu, seperti apa selama ini,” lontarnya.
Padahal, sebagaimana Allah SWT telah berfirman di dalam QS al-Baqarah: 120, kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan senang hingga umat Islam mengikuti agama mereka.
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka,” demikian bunyi kutipan QS al-Baqarah: 120.
“Artinya jangan terlalu berlebihan (dalam bertoleransi),” tandasnya.
Islam Kaffah
Di sisi lain, cendekiawan yang juga menjadi narasumber, yakni Ustaz Imam Syafi’i, pun sepakat dengan Kiai Baharuddin. Sehingga ia pun mengajak umat untuk masuk ke dalam sistem Islam secara keseluruhan (kaffah), agar umat terhindar dari sekularisasi ini.
“Masuklah Islam secara kaffah,” ajaknya, sembari menyampaikan perintah Allah SWT di dalam QS Al-Baqarah: 208 yang artinya:
‘Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.’
Pun termasuk bersama-sama tolong-menolong dalam hal kebaikan maupun ketakwaan. “Kita harus bersama-sama tolong menolong dalam menjalankan ketakwaan supaya kita terhindar dari program sekularisasi ini,” pungkasnya. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat