Mediaumat.news – Menanggapi laporan Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan yang menyebut sekitar satu juta warga Palestina ditangkap dan disiksa Israel sejak Perang 1967, Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin menilai satu-satunya jalan untuk menindak tegas Israel yakni dengan mengirim pasukan dan senjata untuk menghancurkannya.
“Jalan satu-satunya untuk menindak tegas Israel adalah dengan memobilisasi tentara dan senjata untuk mengepung Israel dan menghancurkannya serta menghukum para pemimpin dan siapa saja yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap kaum Muslim khususnya penduduk Palestina,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Senin (14/6/2021).
Menurutnya, negeri-negeri Islam sejatinya memiliki kekuatan militer dan persenjataan yang lebih dari mencukupi untuk melakukan itu. “Yang belum ada di negeri kaum Muslim adalah seorang penguasa mukhlis yang mau memobilisasi militer dan persenjataannya untuk melakukan itu,” ujarnya.
Karena itu, Umar mengingatkan, agar kaum Muslim berjuang keras mewujudkan pemimpin mukhlis itu yaitu dengan membaiat seorang khalifah yang rasyid dan mukhlis. “Pemimpin yang akan menggerakkan tentara dan memobilisasi persenjataan dalam rangka membela Islam dan kaum Muslim membela penduduk Palestina dan siapa pun dari kekejaman dan kebrutalan Israel dan mencabut entitas zionis itu sejak dari akarnya,” ungkapnya.
Ia melihat selama puluhan tahun, sejarah telah membuktikan, segala upaya diplomasi selalu gagal dalam menindak dan menghukum Israel. “Serangan Israel terhadap kapal kemanusiaan dan aktivis di atasnya membuktikan bahwa Israel sama sekali tidak mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan. Juga menunjukkan bahwa satu-satunya bahasa yang dipahami oleh Israel adalah bahasa perang. Karenanya hanya bahasa perang sajalah yang akan bisa diperhatikan oleh Israel,” tandasnya.
Tawanan Perang
Umar menilai, rakyat Palestina semuanya adalah tawanan perang dan terisolasi. “Karena itu, sebuah kezaliman terhadap Palestina dan rakyatnya kalau membebankan tanggung jawab membebaskan Palestina kepada rakyat Palestina,” ujarnya.
Meskipun, menurutnya, boleh bagi para tahanan di bawah pendudukan untuk melakukan perlawanan dan ini merupakan upaya yang diberkati. Namun, perlawanan seperti yang terlihat nyata, Palestina tidak mampu membebaskannya. “Hal ini telah disadari betul oleh asy-Syahid Abdul Aziz al-Rantisi rahimahullah. Sebelum wafatnya, beliau pernah berkata pada TV al-Jazeera, ‘Kami menyadari betul bahwa perlawanan tidak akan mampu membebaskan Palestina. Namun, kami berharap bahwa usaha kami di Palestina dapat menggerakkan semangat jihad di tengah-tengah umat, agar mereka bergerak menuju Palestina dan membebaskannya. Palestina tidak akan dibebaskan kecuali dengan kekuatan. Kekuatan ini ada pada tentara umat Islam dari bangsa Arab dan ajam (non-Arab). Kami melakukan aktivitas politik dan publik, melakukan kontak dengan para politisi dan militer di sebagian besar negara-negara di dunia Islam, di antaranya adalah bangsa Arab, untuk memberi tekanan kepada rezim penguasa yang mengontrol kaum Muslim dan tentara, sampai rezim ini menggerakan tentara umat untuk memerangi entitas Yahudi, dan melenyapkannya dari peta dunia, kemudian mengembalikan seluruh Palestina ke pangkuan negara Islam’,” ujarnya.
Namun, Umar menilai, saat ini, tampak bahwa rezim-rezim yang ada telah meninggalkan tugas dan kewajiban mereka untuk membebaskan Palestina dengan cara menggerakkan tentara.[] Achmad Mu’it