Mediaumat.id – Menguak awal mula kedatangan Islam ke tanah Papua, Sejarawan Nicko Pandawa mengatakan bahwa agama Islam hadir di sana jauh sebelum Kristen Masuk.
“Islam itu sudah jauh hadir di Papua sebelum agama Kristen datang,” ujarnya dalam Inspirasi Inovasi Wakaf Forum #28: Jejak Islam di Papua, Road to Raja Ampat Mengaji, Sabtu (1/10/2022) di kanal YouTube Wakaf TV.
Dengan kata lain, lanjutnya, masyarakat Papua telah mengenal Islam sekitar 300 tahun sebelum Kristen masuk bersama para misionaris Jerman dan Belanda pada tahun 1800-an Masehi.
Bahkan makin menegaskan, ungkap Nicko, terdapat kesaksian dari orang-orang Portugis yang datang pada tahun 1580 M yang menyebut bahwa Waigeo, salah satu pulau besar di Raja Ampat dihuni masyarakat yang telah memeluk Islam serta bergabung dengan Kesultanan Tidore.
“Dari kesaksian orang Portugis tadi, tahun 1580 bahwa Raja Ampat khususnya, kemudian di daerah Papua bagian ‘kepala burung’, Papua Barat bahkan sampai di bawahnya ini, itu ada wilayah Fakfak itu adalah wilayah-wilayah yang kemudian sudah terkena pengaruh dakwah Islam,” ulasnya.
“Dibuktikan dengan apa? Dengan adanya masjid-masjid tua yang ada di sana,” sambung Nicko.
Lantas, terkait proses masuknya Islam ke tanah Papua, ia menyampaikan ada beberapa versi. Di antaranya datang dari Muslim asli Papua yang mengatakan dengan ungkapan, Papua sudah Islam semenjak diciptakan oleh Allah SWT.
Tentu versi itu tidak berdasar apabila ditinjau dari sisi historis. Namun kata Nicko, dinilai dari segi sosiologisnya justru menandakaan Muslim di sana sudah sangat melekatkan identitas keislaman mereka.
“Mereka sudah sangat bangga dengan keislamannya ya, bagi orang-orang Papua yang sudah memeluk Islam,” tandasnya.
Sedangkan dari sisi historis sendiri, pun sebenarnya ada beberapa pendapat yang salah satunya mengatakan Islam datang ke Papua berasal dari Aceh maupun Hadramaut, Yaman.
“Tetapi yang paling kuat kemudian disebutkan bagaimana Islam itu bisa kuat di daerah Papua ya, khususnya Papua yang pesisir itu berawal dan bermula dari kesultanan-kesultanan yang ada di Maluku ya, Moloku Kie Raha,” bebernya.
Kala itu, lanjutnya, terdapat empat kesultanan di Maluku. Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.
Lantas menurutnya, dari keempat kesultanan tersebut yang paling kuat pengaruhnya untuk daerah Papua adalah Kesultanan Tidore berikut sultannya yang bernama Ibnu Mansur, atau yang sering disebut Sultan Papua I.
“Sultan Ibnu Mansur inilah, dia kemudian berhasil mengislamkan dan mengangkat para petuanan,” paparnya, dengan menjelaskan petuanan adalah semacam kerajaan-kerajaan kecil yang kemudian tunduk di bawah Kesultanan Tidore.
Diketahui petuanan-petuanan yang diislamkan oleh Sultan Tidore, selaku Sultan Papua Pertama itu adalah yang berada di Colanovate, bahasa setempat yang berarti Raja Ampat atau raja yang empat dalam bahasa Melayu.
Raja Ampat dimaksud, kata Nicko, merupakan bagian dari Provinsi Papua Barat yang terdiri dari 4 pulau besar yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool.
Pasca pengukuhan kekuasaan petuanan-petuanan oleh Sultan Papua I, penguasaan berlanjut hingga Sultan Nuku, putra kedua Sultan Tidore, Sultan Jamaludin. Dia dilahirkan pada 1738. Nama kecilnya adalah Kaicil Syaifuddin.
Sebagaimana literatur yang ada, beliau merupakan sultan dari Kesultanan Tidore yang dinobatkan pada tanggal 13 April 1779, dengan gelar ‘Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan’.
Jaringan kekuasaan Sultan Nuku yang bergelar Sultan Papua Kedua tersebut pun sangat luas. Dari Halmahera, Ambon, Seram sampai ke seluruh Papua termasuk Raja Ampat, bahkan sampai ke Jayapura yang sudah berbatasan dengan Papua Nugini.
Pengaruh kepemimpinannya berikut penyebaran Islam di Papua juga tampak dari perjuangan dalam melawan penjajah Belanda. “Perlawanan skala besar antar ras, antar agama dan yang kemudian itu mereka bersatu di bawah jihad oleh Sultan Nuku di abad ke-18 tahun 1700-an yang dijuluki sebagai Sultan Papua Kedua,” jelasnya.
“Bahkan kalau kita ke daerah Tidore itu ada satu desa yang isinya tuh orang-orang Papua yang kemudian sudah Islam sejak zaman Sultan Nuku dari tahun 1700-an,” pungkasnya.[] Zainul Krian