Seharusnya Para Imperialis Itu Belajar Dari Pengalaman

Oleh: M. Arifin (Tabayyun Center)

Dalam dua dekade ini, Islamfobia di Eropa dan AS tumbuh pesat di tengah pesatnya jumlah mualaf dan kesadaran masyarakat Barat terhadap Islam di sana. Tentu saja pemerintah Barat memiliki peran utama dalam menumbuhkan sikap permusuhan terhadap kaum Muslim, dan bahkan penguasa mereka merupakan orang-orang yang keras menuntut agar membatasi syiar dakwah Islam yang berkembang pesat dengan cara mendistorsinya, di saat yang sama Barat ingin agar Islam yang diyakini warganya adalah Islam yang inginkan oleh rezimnya, yakni sekularisme.

Barat selalu melindungi dan mendukung para diktator, serta memanfaatkan para pemimpin demokratis di berbagai Negara di saat rakyat di negeri-negeri muslim sudah muak dengan pemerintah Barat dan Amerika. Rezim Barat, menginginkan pelarangan organisasi radikal, yang disebutkan oleh media-media Barat sebagai sebuah kelompok ekstremis non kekerasan, walaupun tidak ada bukti yang membenarkan organisasi itu dilarang. Perlu diketahui bahwa definisi ekstremisme yang dibuat oleh pemerintahan Barat meliputi keyakinan tentang wajibnya dunia Islam menjalankan sistem Khilafah Islam, dan nilai-nilai Islam tentang hukum asal hubungan antara laki-laki dan perempuan, serta pandangan-pandangan tentang wajibnya melakukan perlawanan terhadap pendudukan Barat di dunia Islam.

Rezim Barat, terhadap gerakan seperti Hizbut Tahrir, sangat keras perlakuannya. Padahal Hizbut Tahrir adalah partai politik yang tidak pernah mengadopsi kekerasan di dalam metodenya dan memiliki ikatan ukhuwah dengan aktivis gerakan-gerakan Islam. Meski demikian banyak dari pemerintah negeri Islam atas Instruksi keras dari Imperialis Barat untuk melarang Hizb. Sebab , Hizb menawarkan peradaban alternatif bagi sistem kapitalisme saat ini dan karena Hizb mengadopsi ide praktis yang bisa menyatukan umat seluruhnya di bawah satu panji yang tercermin dalam ide Khilafah.

Pada saat korupsi memporak-porandakan sistem peradilan, juga kegagalan para penguasa kaum Muslim dalam menancapkan politik imperialis di dunia Islam, jika kita cermati, Hizbut Tahrir di berbagai negara tampil beraktivitas bersama dengan umat untuk membangun sebuah gerakan yang kuat yang tidak dapat dihentikan oleh siapapun. Partai ini merupakan satu-satunya partai yang serius dalam agendanya untuk menghapus pengaruh imperialis dari negara dengan mencabut agen mereka, dan sistem kapitalis yang korup, dan mendirikan kembali negara Khilafah. Penangkapan, pemukulan, ancaman kematian, dan intimidasi oleh para rezim otoriter tidak akan menciutkan nyali para aktivisnya. Mereka menghadapinya dengan kesabaran, kekuatan tekad, ketabahan pada yang benar. Badan-badan keamanan di negara mereka telah mengetahui kegigihan dari para anggota Hizbut Tahrir dan ketabahan mereka pada yang Haq.

Barat harus menengok dirinya sendiri yang tengah gontai. Peradaban kapitalis menyuburkan kekacauan, pada waktu yang sama, masyarakat muslim bertanya-tanya tentang sistem ekonomi kapitalis, eksploitasi imperialis Barat yang menghancurkan seluruh dunia, budaya seks bebas kaum muda, runtuhnya kehidupan keluarga, serta eskalasi perilaku permusuhan dan antisosial yang tumbuh subur di negeri-negeri kapitalis. Apakah rezim Barat berharap agar kaum Muslim di Barat ikut Rusak-rusakan sebagaimana generasi liberal di sana?

Rezim-rezim imperialis ini pura-pura tidak tahu atas kemarahan dan kefrustasian akibat dari semua itu. Lalu ia menyebut seruan untuk berubah dari penjajahan sebagai “radikalisme”, “ideologi pembunuh” dan “ideologi setan”. Di titik yang sama, Barat sendiri paham betul bahwa Khilafah sangat penting untuk mengimplementasikan keadilan Islam yang dirindukan oleh kaum muslim.

Maka negara-negara imperialis harus berkaca, ketika mereka berdampingan dengan Amerika, mereka bertanggungjawab dengan kadar yang sama terhadap pembunuhan kaum muslim di Suriah, Palestina, Afghanistan, Irak dan berbagai negeri Islam lainnya. Kejahatan AS yang membunuh jutaan kaum muslim, bukanlah yang pertama dan terakhir di antara daftar kejahatan mereka terhadap kaum muslim. Begitu pula Inggris, bahkan Inggris lah yang menghancurkan Khilafah Utsmaniyah dengan bantuan dari kekuatan sekutu. Kemudian Inggris lah yang mengerat-ngerat negeri Islam menjadi negara-negara kecil lebih dari lima puluh negara. Inggris lah yang mempermudah kontrol Zionisme terhadap kiblat pertama (masjid al-Aqsha). Israel adalah anak ilegal Inggris. Dan sampai hari ini, Inggris dan AS mendukung entitas Yahudi dalam membantai kaum muslim di Palestina. Meskipun kebesaran Inggris telah membusuk, Inggris belum berhenti sama sekali melakukan konspirasi-konspirasi internasional terhadap front politik. Semua itu tercatat kuat dalam ingatan kaum muslim tentang Inggris, begitu juga terhadap AS.

Eksistensi militer, pengaruh politik, dan intelijen Amerika dan Eropa di negeri-negeri muslim harus dilenyapkan, supaya kita bisa terbebas dari kejahatan-kejahatannya yang menciptakan kekacauan dan keguncangan di negeri-negeri muslim sejak dibuat serangan Imperialis terhadap Islam dan kaum Muslim.

Seharusnya para imperialis itu belajar dari pengalamannya. Kecanggihan peralatan militer mereka tidak berdaya dan hancur di pegunungan Afghanistan, dan unit-unit militer mereka dipermalukan di Grozny, ibukota Chechnya, padahal yang mereka hadapi bukan tentara Khilafah, lalu bagaimana jika yang mereka hadapi adalah tentara Khilafah? Dan dunia pun telah menyadari pentingnya perubahan yang disuarakan umat Islam. Sehingga mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk membuat penghalang agar umat Islam yang besar ini tidak menegakkan kembali Khilafah Islam yang akan menggilas mereka.[]

Share artikel ini: