Mediaumat.id – Pernyataan Nadir Hosen saat melakukan twitwar dengan mantan Sekretaris Menteri BUMN Said Didu yang menyebut di Indonesia tidak ada kebijakan pemerintah yang Islamofobia dengan membeberkan bahwa Presiden sudah naik haji, bahkan masuk Ka’bah dan makam Nabi Muhammad, Wapresnya juga ulama besar dan rukun iman serta rukun Islam semuanya bisa dijalankan dan difasilitasi, dinilai menutupi realita yang terjadi di tanah air.
“Pernyataan seperti ini menutupi realita yang terjadi di tanah air,” ujar Direktur Siyasah Institute Iwan Januar kepada Mediaumat.id, Selasa (25/7/2022).
Iwan mengatakan, di negeri ini masih terjadi islamofobia seperti pelarangan cadar di beberapa instansi dan kampus, larangan celana cingkrang juga jenggot, pembakaran bendera tauhid, dan persekusi pengajian beberapa ustaz.
Sebab tidak bisa dikatakan kalau cadar, jenggot, bendera tauhid itu paham sebagian orang, karena bagaimanapun itu bagian dari ajaran Islam. Memusuhinya sama dengan memusuhi ajaran Islam.
Selain itu Iwan melihat, pejabat, aparat, ormas dan juga media terus memainkan isu radikalisme terhadap kelompok-kelompok Islam yang kritis pada rezim dan perjuangkan Islam kaffah. “Jelas ini Islamofobia,” tegasnya.
Iwan membeberkan, di Indonesia juga ada antipati terhadap seruan penerapan syariat Islam dan penegakan khilafah. Padahal keduanya ajaran Islam, bahkan wajib hukumnya menerapkan syariat dan menegakkan khilafah. Akan tetapi justru malah dikriminalisasi, padahal khilafah itu oleh para ulama salaf seperti Imam Nawawi, Imam Mawardi dan Qurtubi, dinyatakan sebagai kewajiban agung dan mahkota kewajiban.
“Jadi, ada segelintir orang menutup-nutupi arus islamofobia karena mereka sebenarnya bagian dari gerakan tersebut. Umat jangan terkecoh dengan pernyataan mereka. Umat harus terus memperjuangkan Islam kaffah di tanah air,” pungkasnya.[] Agung Sumartono