Sebut Tarif Listrik di Indonesia Paling Rendah, FAKKTA: Data Ini Misleading
Mediaumat.id – Data terkait tarif listrik di Indonesia yang disebut paling rendah se Asia Tenggara oleh Bos PLN Zulkifli Zaini dianggap misleading, terlebih kalau merujuk kepada web PLN Malayasia (TNB) ) harga per kWh untuk 1-200 kwh pertama sebesar 22 sen. Kalau kurs ringgit sebesar Rp3.500/RM maka harganya hanya Rp 770/kwh, lebih rendah dari Indonesia.
Demikian diungkap oleh Peneliti Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak.
“Di Indonesia harga listrik token Rp100 ribu dengan kuota 74 kWh atau Rp1.351/kWh,” ungkapnya kepada Mediaumat.id pada Senin (22/11/2021).
Selain data tersebut misleading, Ishak menilai kurang bijak apabila harga satu persatu menjadi pembanding, sebab daya beli rumah tangga satu negara dengan negara lainnya jelas berbeda.
“RT Singapura meskipun tarifnya lebih mahal tetapi daya beli mereka lebih tinggi,” jelasnya.
Ishak juga menambahkan, dalam pandangan Islam listrik merupakan harta milik umum atau masyarakat sebagaimana minyak bumi dan gas. Sehingga bisa saja digratiskan oleh negara, kalaupun berbayar maka akan sangat murah karena tidak menjadi ladang bisnis.
“Ini berbeda di Indonesia harga listrik sudah memperhitungkan margin keuntungan produsen mulai dari produsen pembangkit swasta (IPP) ataupun PLN hingga distribusinya ke konsumen. Belum lagi sumber energi pembangkit seperti batubara dikuasai swasta yang juga mengambil margin besar,” ucapnya.
Jadi, selain bertentangan dengan syariat Islam, pengelolaan listrik di Indonesia juga merugikan rakyat. Sebagai contoh ketika batubara harganya mencapai 200 dollar AS per ton PLN sempat kekurangan pasokan karena produsen lebih memilih mengekspor dari pada menjual ke PLN yang harga belinya lebih rendah.
“Akibatnya adalah pemadaman dilakukan sehingga ujung-ujungnya yang rugi rakyat,” pungkas Ishak. []Fatih Solahuddin