Sebut Radikalisme Masuk Kalangan Pelajar, Islamofobia?
Mediaumat.id – Pernyataan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman yang menyebut, saat ini ancaman radikalisme telah masuk dalam kalangan pelajar dinilai Pengamat Politik Islam dan Militer Dr. Riyan, M.Ag. mengidap islamofobia.
“Saya melihat pernyataan KSAD secara komprehensif, menggambarkan persepsi KSAD yang mengidap islamofobia secara personal. Bukan TNI secara kelembagaan,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Rabu (26/1/2022).
Menurutnya, pernyataan KSAD bahwa “radikalisme telah masuk ke kelompok pelajar” menunjukkan sikap yang berlebihan, karena istilah radikalismenya sendiri tidak jelas maknanya, maka pernyataan itu berpotensi salah identifikasi dan persepsi.
“Kalau mau objektif, kriteria dan data yang terukur dibuka ke publik sehingga tidak menimbulkan kegaduhan yang sepantasnya tidak dilakukan KSAD, sekali lagi secara personal,” ujarnya.
Ia mengatakan, islamofobia adalah ketakutan terhadap Islam yang tidak berdasar. “Penggunaan kata radikal dan radikalisme senantiasa dikaitkan secara negatif dengan Islam dan kaum Muslim. Sementara makna radikalisme yang dimaksud tidak pernah jelas dan stigmatif,” ungkapnya.
Riyan menduga di balik pernyataan ini, ada segudang narasi kebencian dari seorang KSAD secara personal. Bukan secara institusional.
“Bila kita kaitkan dengan pernyataan sebelumnya, ‘jangan belajar agama terlalu dalam’, ‘Tuhan saya bukan orang Arab’, ‘semua agama sama di mata Tuhan’, dan lain-lain. Yang juga banyak menimbulkan kritik tajam kepada pribadi KSAD. Tetapi itu tidak membuat yang bersangkutan menghentikan pernyataan kontroversialnya,” sesalnya.
Bahaya
Riyan menilai bahaya nyata dari pernyataan KSAD ini adalah —karena ini dinyatakan seorang pemimpin dari satu matra TNI, maka hal itu— berpotensi dianggap sebagai sikap resmi TNI secara kelembagaan.
“Sehingga terkesan TNI menteror rakyat dengan isu radikalisme. Padahal TNI tidak boleh, justru jauh atau dijauhkan dari masyarakat karena perilaku oknum pimpinan,” paparnya.
“Sebagai seorang Muslim, seseorang kalau tidak memiliki ilmu, kemudian berkomentar, maka berpotensi menimbulkan masalah,” sindirnya.
Bahaya yang lebih besar lagi, lanjut Riyan, manakala TNI menjadi alat dari kekuasaan yang islamofobia sehingga menimbulkan permasalahan yang lebih besar bagi negeri ini.
Menurutnya, Islam pada hakikatnya memberikan petunjuk untuk kebaikan negeri ini, jangan sampai Islam dan kaum Muslim diteror dengan istilah “radikalisme”, “ekstremisme”, “fundamentalisme”, dan lain-lain.
“Yang justru itu adalah arahan negara-negara kafir penjajah yang berusaha memecah belah, politik belah bambu, antara TNI dan rakyat melalui perilaku dan pernyataan oknumnya,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it