Niscaya Anda akan melihat kaum Muslim dari Jakarta (Indonesia) di timur hingga Tangier (Maroko) di barat berkumpul bersama menunggu pengumuman Khilafah dan Khalifah melihat hilal bulan Syawal, pada hari yang sama, untuk seluruh kaum Muslim. Segera setelah hari raya diumumkan, ruang publik-ruang publik kaum Muslim di seluruh negeri, dan rumah-rumah kaum Muslim di seluruh dunia, mengumandangkan takbir, “Allâhu Akbar Allâhu Akbar Allâhu Akbar, Lâ Ilâha Illallâh, Allâhu Akbar Allahu Akbar wa Lillâhil Ham”. Sebab mereka adalah satu umat, yang berada dalam satu negara, dan berada di bawah panji yang sama. Bahkan Anda akan melihat umat pergi berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat Idul Fitri dalam sebuah pemandangan yang menggetarkan hati di muka bumi.

Tidak seperti kondisi kita saat ini, di bawah pemerintahan rezim diktator, serta negara Sykes dan Picot yang memecah belah hari raya kaum Muslim, sehingga yang terlihat pada kaum Muslim hanya perselisihan dan perpecahan, di mana Anda melihat mereka merayakan hari raya di hari yang berbeda-beda, sesuai dengan keinginan para penguasa dan orang-orang di lingkaran mereka, sehingga hilang dari mereka salah satu makna hari raya yang sebenarnya, yaitu persatuan Islam dan kaum Muslim. []