Save Al Aqsha, Tidak Cukup Kecaman
Akhirnya ASEAN bersuara menanggapi krisis Palestina yang kembali memanas. Atas inisiatif Menlu RI ASEAN mengeluarkan stand-alone statements terkait dengan situasi di Al-Haram asy-Syarif atau dikenal dengan Al Aqsha. Menurut Retno Marsudi ini menunjukkan keberpihakan Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Sikap ASEAN ini tentu perlu diapresiasi, mengingat adanya kecenderungan ASEAN selama ini terkesan kurang peduli terhadap krisis Palestina. Namun disayangkan seruan negara-negara ASEAN tidak jauh berbeda dengan yang lain, hanya sebatas mengecam tanpa ada tindakan kongkrit. Solusi yang ditawarkan juga sejalan dengan kebijakan Amerika terkait Palestina selama ini, mendukung proses perdamaian antara Israel dan Palestina dalam kerangka Two State Solution.
Hal yang sama dilakukan penguasa-penguasa negeri Islam lainnya.Presiden Mesir mengontak Netanyahu meminta agar sahabatnya itu meredakan tekanan. Raja Yordania dan Presiden Turki menyerukan peredaan. Sementara Raja Saudi, menyesalkan apa yang terjadi di halaman al Aqsha dan meminta kebebasan beribadah bagi umat Islam.
Sungguh semua itu tidak akan pernah menyelesaikan penderitaan yang dialami rakyat Palestina. Penderitaan yang panjang, bukan hanya dipersulit beribadah di Masjid Al Aqsha. Umat Islam di Palestina juga mengalami pembantaian massal, penangkapan dan penyiksaan di penjara-penjara, hingga isolasi yang menyulitkan mereka mendapatkan makanan hingga obat-obatan.
Sikap penguasa-penguasa negeri-negeri Islam selama ini, cenderung hanya untuk pencitraan. Paling tidak untuk menunjukkan mereka seolah-olah peduli terhadap umat Islam di Palestina. Tapi pada kenyataannya, tidak! Penguasa yang peduli, tentu bukan mengulang-ulang sikap yang tidak menyelesaikan masalah. Mengecam, mengirim bantuan obat-obatan, memberikan bantuan dana untuk membangun rumah sakit dan sekolah. Namun tidak bertindak untuk menghentikan agresi Israel yang berulang.
Mereka sesungguhnya paham, persoalan Palestina tidak akan selesai dengan itu. Karena akar persoalan penderitaan umat Islam di Palestina adalah pendudukan entitas penjajah Zionis Israel. Artinya, solusi apapun yang tidak berujung pada melenyapkan penjajahan adalah omong kosong.
Solusi perdamaian Israel-Palestina dalam Two State Solution seperti yang gencar ditawarkan Amerika, tidak akan membawa perubahan apapun. Sebab perdamaian dan solusi dua negara (Palestina-Israel) ini, mensyaratkan pengakuan terhadap berdirinya negara Zionis Israel. Padahal keberadaan entitas penjajah inilah, pangkal masalahnya.
Kalaupun dibolehkan berdiri negara Palestina, tentu dalam batas-batas yang tidak membahayakan eksistensi entitas Yahudi ini. Artinya, akan dibatasi wilayahnya, otoritasnya, pasukan dan persenjataannya. Semuanya tetap dipastikan dalam kontrol Yahudi.
Terkait denga al Aqsha, Menteri keamanan dalam negeri entitas Yahudi dengan gamblang: “Al-Aqsha di tangan Israel, dan Israel pemilik kalimat pertama dan terakhir dalam membuka atau menutupnya”. Kenapa entitas Yahudi terlaknat ini kesombongannya makin menjadi-jadi? Sebab mereka tahu, penguasa negeri-negeri Islam tidak akan mengambil tindakan apapun yang mengancam ekstensi mereka. Sebab, mereka tahu, penguasa-penguasa negeri Islam, hampir semua tunduk kepada Amerika Serikat, yang telah bersumpah untuk menjaga eksistensi penjajah Yahudi ini. Pengkhianatan penguasa-penguasa negeri Islam inilah yang menambah derita umat Islam di Palestina.
Karena itu tidak ada yang bisa menyelesaikan krisis ini dengan tuntas kecuali dengan mengirimkan tentara-tentara dari negeri-negeri Islam, dengan kekuatan iman dan senjata mereka, mengusir penjajah Yahudi dari bumi Palestina. Inilah solusi kongkrit. Perkara inilah yang ditanyakan Hizbut Tahrir dalam leaflet berbahasa arab yang dikeluarkan pada 27 Syawal 1438 H (21 Juli 2017 M) : Tidak adakah di antara tentara kaum Muslim, seorang laki-laki yang cerdas yang menghunus senjatanya disertai tentara yang lain seraya meneriakkan takbir menolong para wanita mulia al-Aqsha yang dilanggar oleh para penjahat di halaman al-Aqsha dan di sekeliling al-Aqsha?… Tidak adakah di antara tentara kaum Muslim, laki-laki cerdas yang mendidih darah di urat nadinya, lalu memimpin brigadenya ke arah al-Aqsha dan menyingkirkan para penguasa ruwaibidhah yang menghalangi jalannya?…
Tidak adakah di antara tentara kaum Muslim, laki-laki cerdas yang mencontoh sirah para penolong Allah dan Rasul-Nya, lalu dia menolong para pengemban dakwah yang benar lagi jujur, menolong Hizbut Tahrir, menghilangkan para ruwaibidhah dan menegakkan pemerintahan Islam, Daulah Islam, al-Khilafah ar-Rasyidah; sehingga memimpin tentara al-Khilafah untuk menghilangkan entitas monster itu, sebagai perealisasian berita gembira Rasulullah SAW? Imam Muslim telah mengeluarkan di dalam Shahîhnya dari Abu Hurairah ra: bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan tegak Hari Kiamat sampai kaum Muslim memerangi Yahudi lalu kaum Muslim membunuh mereka…” Dan dalam lafal lain, Rasulullah SAW bersabda: “Kalian memerangi Yahudi, maka kalian menang menguasai mereka”.Allahu Akbar! []Farid Wadjdi