Saudi-Rusia Kerja Sama Rehabilitasi Imam dan Muadzin, Begini Kata Pengamat
Mediaumat.id – Kerja sama Arab Saudi dan Rusia dalam program eksklusif rehabilitasi imam dan muadzin dinilai Pengamat Politik Islam Dr. Riyan, M.Ag. untuk menundukkan Islam agar sesuai dengan paham sekulerisme.
“Tujuan jangka panjang kerja sama itu adalah apa yang dikehendaki Barat, menundukkan Islam agar sesuai dengan paham sekuler, moderasi beragama,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Rabu (4/1/2023).
Riyan mengingatkan, program rehabilitasi ini adalah bagian dari program deradikalisasi dalam kaitannya dengan pencegahan terorisme. Tentu harus disadari bahwa terorisme yang dimaksud adalah bagian dari perang global melawan terorisme (global war on terrorism) yang ditabuh oleh Amerika Serikat pasca-Peristiwa 9/11, yang hakikatnya adalah perang melawan Islam. Karena kelompok yang disasar adalah kelompok-kelompok Islam. Tidak ada dari kelompok kafir.
Oleh karena itu, Riyan memandang, ketika Arab Saudi dan Rusia melakukan kerja sama menghadapi terorisme, maka harus diletakkan dalam kerangka kepentingan global yang dikehendaki Barat dalam hal ini AS. Yaitu, proses menundukkan kelompok yang oleh AS dan sekutunya dianggap dan dituduh membahayakan kepentingan ideologis dan politis mereka.
Kelompok ini di-framing dengan label kelompok radikal, “teroris”, fundamentalis, ekstremis, dll. Maka harus dilakukan program deradikalisasi termasuk kepada para imam dan ulama agar menjadi moderat dan sekuler.
Tiga Bahaya
Riyan mengungkapkan, ada tiga bahaya yang tersembunyi dalam kerjasama tersebut. Pertama, umat Islam dipecah-belah dalam kelompok-kelompok yang satu sama lainnya saling diadu domba. Baik di Arab Saudi maupun di Rusia.
Di Arab Saudi, kelompok yang dianggap radikal baik dari kalangan imam dan ulama pun dipecat, ditangkap dan dipenjara. Seperti di Rusia, kelompok yang menginginkan tegaknya Islam dibasmi, terutama wilayah Chechya dan Dagestan di Kaukasus Utara. Sedangkan yang didukung adalah mereka yang dianggap kelompok moderat dan sekuler.
Kedua, Islam sebagai ajaran yang sempurna, atau sebagai ideologi (mabda’), dikebiri sedemikian rupa bahkan dipereteli sehingga dianggap sama dengan agama lain, hanya tinggal aspek spiritual dan ibadah ritual saja. Islam dipisahkan dari kehidupan, ketika dihadapkan pada masalah pemerintahan, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan hubungan luar negeri.
Ketiga, yang paling berbahaya adalah terjadi dominasi dan pelanggengan sekulerisme dengan wajah utama demokrasi dalam pemerintahan dan kapitalisme-liberal dalam ekonomi.
Riyan menyebut, secara fakta hal itu telah menghasilkan pemimpin yang koruptif, kesenjangan antara kaya dan miskin, dan ketidakadilan di berbagai bidang. Maka hal ini akan semakin mengokohkan hegemoni peradaban Barat. Inilah neoimperialisme (penjajahan gaya baru).
Riyan menegaskan, sebagai seorang Muslim harus mengkritisi dan menolak berbagai kerja sama program deradikalisasi ini, dalam konteks ini antara Arab Saudi dan Rusia, dan program sejenis di berbagai belahan negara-negara lain terutama di negeri-negeri yang mayoritas Muslim.
Istiqamah
Selain itu, Riyan mengajak kaum Muslim agar terus istiqamah melakukan perjuangan dakwah secara kolektif, dengan mengikuti apa yang menjadi teladan dari Rasul SAW dalam melakukan perubahan di tengah-tengah masyarakat, sampai terbentuk masyarakat islami di Madinah.
“Dimulai dari melahirkan kader dakwah, kemudian membina kesadaran masyarakat, menggalang opini umum dan dukungan politik, hingga umat menyerahkan kekuasaan sebagai amanah dalam menegakkan seluruh hukum-hukum Islam secara kaffah dalam naungan khilafah,” pungkasnya.[] Agung Sumartono