Saudi Membuka Wilayah Udaranya Untuk Israel dengan Imbalan Akses terhadap Spyware
Mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setuju untuk memperbarui lisensi kepada Arab Saudi untuk menggunakan perangkat lunak kontroversial Pegasus dengan imbalan Riyadh agar membuka wilayah udaranya untuk penerbangan dari negara pendudukan itu, menurut sebuah laporan baru.
Menurut New York Times, meskipun penjualan perangkat lunak itu telah disetujui pada tahun 2017, setahun kemudian, sebuah komite etika meminta dihentikannya akses oleh Saudi setelah terdapat laporan bahwa perangkat itu telah digunakan untuk melacak dan membunuh kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi.
Namun, pada tahun 2019, Proyek Pegasus bangkit dan berjalan lagi, kata surat kabar itu. Ini terjadi pada saat Netanyahu sedang bernegosiasi untuk menormalkan hubungan Israel dengan negara-negara Arab UEA dan Bahrain. Kesepakatan itu kemudian ditandatangani pada September 2020.
Ketika lisensi untuk Saudi berakhir, Netanyahu secara pribadi turun tangan setelah menerima telepon dari Putra Mahkota Mohammed Bin Salman, New York Times melaporkan,
Bin Salman setuju untuk mengizinkan penggunaan ruang udara Saudi oleh pesawat dan penerbangan orang-orang Israel menuju ke Israel, dan memperkuat kesepakatan normalisasi yang ditandatangani dengan negara-negara tetangga Teluknya.
Menyusul panggilan telepon antara Bin Salman dan Netanyahu, Kementerian Pertahanan Israel memanggil perusahaan induk Pegasus – NSO Group – dan memerintahkan sistem Saudi untuk dihidupkan kembali, surat kabar itu menambahkan.[]