Saudi Jadi Dukung Bashar Assad, Pengamat: Tugas Baru AS untuk MBS?

Mediaumat.id – Pergeseran sikap Arab Saudi yang mencoba melakukan dialog dengan Suriah untuk mengatasi masalah kemanusiaan, menurut Magister Kajian Timur Tengah dan Islam Iranti Mantasari B.A., IR, M.Si. bisa jadi merupakan bagian tugas baru Amerika Serikat (AS) untuk Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman (MBS).

“Apakah ini tugas baru Amerika untuk MBS? Ya, boleh jadi dan tidak menutup kemungkinan ini memang langkah baru yang ditempuh oleh MBS yang kita bisa asumsikan,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Ahad (26/2/2023).

Sekali lagi, ia menyatakan, boleh jadi ini adalah tugas atau amanah baru yang ditempuh oleh MBS terhadap hubungannya dengan Suriah atau dengan rezim Bashar Assad sendiri yang notabene memang secara pandangan agama sangat berbeda antara Saudi dengan Suriah.

Karena, lanjut Iranti, keputusan ini tidak mungkin berdiri sendiri begitu saja. “Pasti ada backing-nya begitu,” ujarnya.

Iranti menuturkan, perjalanan konflik Suriah sejak awal. Saat Arab Spring tahun 2011, artinya sudah 12 tahun perjalanan konfliknya hingga hari ini tahun 2023 memang masih menyisakan bekas di Suriah itu. Arab Saudi sendiri memosisikan sebagai pihak yang kontra terhadap rezim Bashar Assad. Dari awal sekali memang seperti itu, yang ini berkonsekuensi kepada Arab Saudi yang justru mendukung kelompok-kelompok yang beroposisi terhadap rezim Bashar Assad yang ada di Suriah.

“Kelompoknya ada banyak, bukan hanya satu. Jadi ada banyak sekali kelompok milisi yang diberikan bantuan berupa dana, bantuan berupa senjata, bahkan pelatihan-pelatihan yang sifatnya militer, itu diberikan oleh Arab Saudi kepada kelompok-kelompok oposisi agar bisa memenangkan pertempuran atau minimal untuk mempertahankan daerah kawasan mereka terhadap rezim Bashar Assad. Itu posisi awal dari Arab Saudi selama ini seperti itu,” ungkapnya.

Iranti mengungkap, memang beberapa tahun terakhir ini mungkin ada sedikit kelonggaran yang dilakukan oleh Arab Saudi juga beberapa negara-negara yang ada di Timur Tengah yang memang selama ini turut serta atau berkaitan dengan konflik di Suriah itu.

“Misalkan Turki kemudian Iran juga. Kalau misalkan Arab Saudi ini yang secara de facto dikuasai oleh Muhammad bin Salman maka ada approach atau pendekatan yang memang sedikit berbeda karena memang secara ekonomi, politik dan juga sosial yang di Arab Saudi itu sudah sangat drastis begitu perubahannya di bawah MBS maka tidak menutup kemungkinan apabila memang akan terjadi pelonggaran-pelonggaran hubungan yang sebelumnya Arab Saudi ini kontra secara tegas terhadap rezim Bashar Assad,” bebernya.

Normalisasi

Iranti juga menyebut, normalisasi dengan Suriah ini sebagai upaya Saudi agar Suriah melakukan normalisasi dengan Israel.  “Dari perspektif yang lain bahwasannya normalisasi hubungan dengan Suriah ini juga berpotensi terhadap bagaimana agar Suriah itu bisa menormalisasikan hubungan dengan Israel atau dengan entitas Zionis Yahudi  yang ada di Israel,” ujarnya menjelaskan tugas MBS lainnya dari Amerika Serikat.

Karena selama ini, jelasnya, Suriah kemudian Iran dan juga beberapa kelompok paramiliter yang kemudian memang sudah terkenal sebagai kelompok militernya Suriah dan Iran seperti Hizbullah, kemudian IRGC (Islamic Revolutionary Guard Corps) itu juga secara tegas itu melawan atau menolak dari eksistensi Israel.

Iranti mengatakan, hubungan peta persekutuan antara aktor-aktor yang ada di Timur Tengah dari satu konflik saja yaitu konflik Suriah ini sangat kompleks. “Aktor-aktor yang berseteru itu punya kepentingan yang berbeda-beda sehingga ketika ada satu aktor lain berusaha mencapai kepentingannya boleh jadi itu akan memengaruhi kepentingan dari aktor lain.

Ia pun mencontohkan, seperti misalnya, Arab Saudi ingin menormalisasi hubungan atau melonggarkan relasi dengan rezim Bashar Assad karena dianggap sikap isolatif selama ini itu tidak mempan terhadap Bashar Assad itu sendiri, berarti ini nanti akan berkaitan dengan bagaimana sikap Suriah terhadap salah satu aktor yang selama ini memang sudah semakin membaik hubungannya dengan Arab Saudi yaitu Israel.

“Jadi ini perlu disorot, apakah memang normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan juga Suriah ini murni untuk memperbaiki masalah kemanusiaan yang ada di Suriah, atau ada alasan lain di balik itu,” jelasnya.

Dan ternyata memang, kata Iranti, jika dilihat secara lebih mendalam kemungkinan-kemungkinan untuk ke sana yakni menuju ke normalisasi hubungan Suriah dengan Israel yang selama ini memang selalu berseteru, itu terbuka.

“Jadi ini yang patut untuk diperhatikan juga oleh kaum Muslim agar tidak kemudian serta-merta menerima begitu saja setiap yang dilakukan oleh Arab Saudi,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini: