Saudi Bombardir Yaman untuk Kepentingan Amerika

Rencana yang dibuat Amerika terbukti di Yaman, di mana AS telah mendelegasikan tanggung jawab perang kepada agennya, rezim Saudi. Pekan ini, Saudi kembali menyerang Yaman, menurut New York Times. Perang tujuh tahun di Yaman meningkat lagi pada hari Jumat ketika serangan udara oleh koalisi militer yang dipimpin Saudi di Yaman utara menewaskan sedikitnya 70 orang, dan melumpuhkan seluruh internet negara itu,  menurut kelompok bantuan internasional dan pemberontak yang menguasai daerah itu. Malu dengan pelaporan internasional tentang tingginya jumlah kematian, AS mengkritik serangan itu, sementara koalisi pimpinan Saudi menyangkal keterlibatannya.

Menurut Al Jazeera, koalisi pimpinan Saudi—yang memerangi Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman—telah membantah laporan bahwa mereka membombardir sebuah penjara di utara negara itu, ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat menyerukan pengurangan eskalasi kekerasan dalam jangka panjang, dan konflik berkepanjangan. Tetapi kenyataannya adalah bahwa Amerika sangat mendukung perang yang dipimpin Saudi. Artikel The New York Times mencatat, bahwa dalam sebulan menjabat, Biden telah berjanji untuk mendorong diakhirinya perang di Yaman, sebagian dengan memotong penjualan senjata ke Arab Saudi.

Namun, ketika Houthi mengalami kemajuan tahun lalu, pemerintahan Biden mengumumkan pada November bahwa mereka akan menjual rudal udara-ke-udara senilai 650 juta dolar, yang ditetapkan sebagai senjata pertahanan, kepada kerajaan. Ia tidak mampu mempertahankan kehadiran Amerika yang kuat di dalam negeri-negeri Muslim, sementara pada saat yang sama menggunakan rezim anteknya untuk berperang dan mengendalikan wilayah atas namanya.

Dengan demikian, Amerika tengah mengikuti jalan yang diambil oleh kaum penjajah Eropa pada abad terakhir, di mana menarik pasukannya dari negeri-negeri Islam sambil terus melakukan kontrol melalui kelas penguasa boneka, yaitu kelas yang hidup secara fisik di negeri-negeri Islam, tetapi hati dan pikirannya terjebak di Barat.

Namun, umat Islam akan segera menggulingkan antek-antek ini dan rezim pemerintahan kolonial lama yang terus memimpin umat, dan itu akan kembali hanya dengan aturan Islam saja. Dalam kondisi apapun umat Islam tidak boleh menerima campur tangan orang kafir dalam urusannya. Allah subhānahu wa ta’āla berfirman dalam Al-Qur’an al-Karim:

﴿وَلَن يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً﴾

Allah sekali-kali tidak akan memberi kaum kafir jalan untuk memusnahkan kaum Mukmin.” (TQS an-Nisā‘ [4] : 141).

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 27/01/2022.

Share artikel ini: