Saudi: Apakah Tindakan Westernisasi Oleh Muhammad bin Salman Mendorong Modernitas atau Negara Bawahan?
Pengangkatan seorang menteri kebudayaan baru-baru ini menjadi panas karena keinginan MBS untuk memodernisasi negara Saudi. Hal ini menimbulkan pertanyaan seperti apa Arab Saudi pada akhir proses modernisasi ini.
Komentar:
Sebagai bagian dari upaya modernisasi baru untuk mewujudkan Visi 2030, pemerintah Saudi ingin sekali mempromosikan pertunjukan mode, konser, pertandingan gulat, dan mendorong ikhtilat antara kaum pria dan wanita. Namun demikian, apakah pemerintah benar-benar berpikir bahwa dengan menyediakan berbagai bentuk hiburan dan membuka negara untuk pariwisata yang lebih besar, Arab Saudi akan menyerupai negara modern?
Menurut teori modernisasi, faktor pembeda utama antara masyarakat tradisional dan masyarakat modern adalah industrialisasi dan teknologi maju. Pada kedua perhitungan tersebut, Arab Saudi berada di belakang dunia industri meskipun memiliki salah satu cadangan minyak terbesar di dunia. Setelah 86 tahun merdeka dari Inggris, Arab Saudi tetap menjadi negara terpencil – sebuah warisan yang diwariskan oleh monarki Saudi.
Betapa pun kerasnya Mohammed bin Salman (MBS) dan para pembantunya mencoba untuk membaratkan orang-orang Saudi, negara ini sangat jauh dari modernisasi. Namun, orang mungkin berpendapat bahwa Neon City — proyek bernilai $ 500 miliar untuk membangun kota semacam Dubai di Arab Saudi — adalah upaya untuk mendapatkan teknologi canggih. Hal ini benar, tetapi ini hanyalah sebuah upaya, yang sebagian besar tergantung pada niat baik perusahaan-perusahaan multinasional Barat. Tidak ada indikasi bahwa perusahaan-perusahaan itu akan menjual rahasia teknologi mereka untuk memacu modernisasi Saudi Arabia. Lebih lagi, Dubai telah mencoba usaha yang sama dengan Dubai Silicon Oasis (DSO) namun berakhir dengan proyek real estate lainnya yang tidak diinginkan.
Barat adalah alasan utama mengapa upaya-upaya seperti itu gagal mengubah masyarakat tradisional menjadi sebuah oasis yang modern. Barat dengan perasaan dengki menjaga praktik-praktik industrinya, teknologi maju dan hak-hak paten intelektual, dan dengan hal itu memungkinkannya untuk menjajah seluruh dunia dan menyebarkan hegemoninya. Oleh karena itu, MBS dengan pikiran sederhana telah salah untuk menganggap bahwa modernisasi dapat dibeli.
Para ahli teori ketergantungan telah lama menunjukkan kekurangan dari proses modernisasi dan menunjukkan bagaimana industrialisasi dan teknologi canggih dieksploitasi oleh negara-negara Barat untuk membuat masyarakat tradisional selamanya bergantung pada Barat. Dalam hal ini, apa yang terbentang di Arab Saudi bukanlah modernisasi tetapi penaklukan seluruh negeri terhadap Amerikanisasi — negara bawahan lainnya yang berada dalam Pax Americana.
Seandainya para penguasa Arab Saudi mengambil Islam sebagai ideologi, mereka bisa dengan mudah menghindari jebakan ini. Islam mengamanatkan swasembada dalam segala bentuknya, yaitu pada bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan dan teknik. Inti dari dorongan swasembada adalah menggunakan ideologi Islam sebagai landasan untuk kebangkitan dan ekspansi. Ini berarti praktik industrialisasi pribumi yang melengkapi ekonomi perang akan menghasilkan terobosan teknologi yang akan memperkuat keunggulan dunia Muslim di dunia. Selama beberapa abad, Daulah Islam menggunakan formula di atas untuk mempertahankan kekuatan Islam dalam urusan dunia.
Jalur yang dilalui sekarang oleh MBS dan para penasihatnya, hanya akan menyebabkan penghinaan, hilangnya kekayaan alam, dan kebangkrutan. Allah (swt) berfirman:
“Dan barang siapa berpaling dari per ingatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” [TQS. Thaha: 123]
Ditulis oleh: Abdul Majeed Bhatti