Satire Pengamat Soal Dampak Perang Ukraina-Rusia ke Indonesia
Mediaumat.id – Tanggapi pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tentang perang di Eropa, yakni Ukraina vs Rusia, yang telah berdampak ke seluruh dunia termasuk Indonesia, Pengamat Kebijakan Publik Rizqi Awal menyinggung Rp11.000 triliun di kantong.
“Meskipun menteri keuangan bicara begitu, tenang saja, kita masih mungkin menyimpan dana sebelas ribu triliun yang masih tersimpan di kantong milik presiden negeri tertentu,” senyumnya kepada Mediaumat.id, Selasa (2/8/2022).
Seperti diberitakan, Sri Mulyani menyebut perang memang terjadi di Eropa dalam hal ini Ukraina vs Rusia, tetapi dampaknya ke seluruh dunia. “Rusia produsen energi yang termasuk terbesar di dunia. Dan Ukraina-Rusia produsen pangan terbesar di dunia, termasuk pupuk,” demikian penjelasannya saat memberikan sambutan pada Dies Natalis Ke-7 PKN STAN.
“Maka dalam inflasi yang muncul karena pemulihan ekonomi tidak diikuti suplai, ditambah disrupsi perang, dunia tidak baik-baik saja. Inflasi di berbagai negara melonjak tinggi,” lanjut Menkeu.
Sehingga, menurut Menkeu lagi, ekonomi Indonesia juga terdampak karena inflasi tinggi yang terjadi di AS, Eropa, dan Inggris saat ini. Hal tersebut membuat bank sentral negara-negara itu mengetatkan likuiditas dan meningkatkan suku bunga.
Apalagi faktanya, pelemahan ekonomi global juga mulai terlihat di AS dan Cina yang menjadi mitra dagang Indonesia.
Namun, sambung Rizqi kembali menyindir, negeri ini akan baik-baik saja. Pasalnya, sebagaimana pendukung ‘buta’ sebuah rezim, maka jawaban para buzzer bakal juga standar.
“Indonesia itu aman tak berdampak pada resesi ekonomi global,” lemparnya, seraya menerangkan bahwa pekerjaan mereka dan influencer memang untuk menenangkan dengan menganggap negeri ini relatif tidak berdampak atas peristiwa tersebut.
“Bisa melihat kebutuhan harian masyarakat bisa didapatkan dengan mudah,” tambahnya.
“Bila harga daging mahal di pasaran, maka bisa menggunakan sarana daun singkong dan ubi-ubian sebagai bahan pengganti,” imbuhnya, dengan mendasarkan kebutuhan karbo bisa saja menggantikan peran protein hewani.
“Bagaimana teorinya? Itu urusan belakangan,” singgungnya lagi.
Pada bulan Maret lalu, bersamaan dengan pilem langka dan mahalnya komoditi minyak goreng, kata Rizqi, imbauan dari petinggi partai berkuasa pun sempat terlontar, agar masyarakat menjauhi dahulu mengonsumsi gorengan dengan beralih makan jagung atau kacang rebus, misalnya.
“Bila harga mi instan mulai naik, anak-anak indekos cukup makan pakai micin dan nasi saja sudah cukup untuk menutupi kelaparan,” lanjutnya, terkait harga tepung gandum yang juga mengalami kenaikan.
Lantas tentang kebijakan kenaikan harga dan pembatasan BBM, kata Rizqi lebih lanjut, semata-mata dilakukan agar warga lebih sehat. “Bisa naik sepeda ke kantor, bisa jalan kaki ke sekolah, bisa bekerja dari rumah,” ucapnya.
“Bila harga listrik naik, wajarlah karena ini demi perbaikan kualitas dan menurunkan tingkat emisi yang menambah parah suhu dunia,” selorohnya.
Di sisi lain, juga menurutnya, masyarakat percaya bahwa ekonomi kapitalis lebih sempurna dari sistem ekonomi Islam.
Bahkan mampu berdikari dengan apa yang disebut ekonomi Pancasila yang menurut mereka lebih toleran ketimbang sistem ekonomi Islam.
Terakhir, ia menilai wajar. Karena dengan selalu berlindung atas nama Pancasila dan UUD 1945, apa pun kebijakan ekonomi negara pastinya merujuk kepada kesejahteraan. “Entahlah kesejahteraan siapa,” pungkasnya.[] Zainul Krian