Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)
Tragedi yang terbaru termasuk dalam salah satu serangan paling mematikan yang menimpa minoritas Muslim Myanmar dalam beberapa dasawarsa. Sekitar 58.600 Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh dari Myanmar. Lebih dari 2.600 rumah telah dibakar di wilayah mayoritas Rohingya di barat laut Myanmar. Pejabat Myanmar menyalahkan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) atas pembakaran rumah-rumah tersebut. Kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan terkoordinasi terhadap pos keamanan pekan lalu yang memicu bentrokan dan serangan balik militer yang besar.
Perlakuan Myanmar terhadap sekitar 1,1 juta Rohingya adalah tantangan terbesar yang dihadapi pemimpin Aung San Suu Kyi, yang dituduh tidak berpihak kepada minoritas Muslim yang telah lama menderita penganiayaan. Pemimpin Myanmar yang baru dibentuk tidak dapat mencegah tragedi yang dihadapi umat Islam merupakan kelemahan posisinya sendiri. Kelemahan posisi Suu Kyi semakin ditunjukkan oleh kenyataan bahwa dia telah dilarang secara konstitusional untuk memegang jabatan presiden, dan memerintah dengan jargon ‘penasihat negara’.
Negara-negara Barat ambigu ketika derita itu menimpa kaum muslimin, sangat ragu untuk berbicara tentang tragedi yang dihadapi Muslim Rohingya. Kenyataannya adalah pemerintahan Negara-negara Barat hanya membicarakan hak asasi manusia jika hal itu menguntungkan mereka. Myanmar sebelumnya di bawah pemerintahan militer, yang berada di bawah pengaruh kuat Cina. Melalui berbagai strategi, Barat ingin mengendalikan kepemimpinan militer Myanmar kembali, dengan momentum naiknya Suu Kyi ke pemerintahan.
Astaghfirullah, Inilah situasi saudra-saudara kita, terdampar dan terombang-ambing dalam krisis tanpa tempat berlindung yang riil dan rasa aman yang memadai. Bukankah orang beriman adalah saudara orang percaya lainnya.
“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Tidak boleh mendhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang hendak menyakitinya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat” (HR. Bukhari no. 2442, Muslim no. 2580, Ahmad no. 5646, Abu Dawud no. 4893, at-Tirmidzi no. 1426 ; dari Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma.)
Umat Islam perlu menjadi perasaan, mata dan telinga Muslim Rohingya sehingga bergegas mengentaskan derita mereka. Pemerintah di Bangladesh, Malaysia, maupun Indonesia sebenarnya mampu melihat dan mendengar jeritan dan penderitaan muslim Rohingya. Muslim Rohingya juga sangat membutuhkan langkah-langkah politik dari saudara-saudaranya untuk menolong keadaan mereka dan langkah praktis untuk melindungi dan mengakhiri penderitaan mereka. Sebuah langkah kongkrit untuk menolong mereka di tahun-tahun mendatang.
Dunia muslim layak untuk segera menghentikan penindasan dengan upaya pembebasan. Dunia muslim membutuhkan kekuatan negara yang benar dan tulus untuk kesejahteraan semua umat manusia, dalam prioritas utama melindungi umat Islam di dunia dan tanah kaum Muslim, dan memperjuangkan hak-hak Muslim di luar negeri sehingga, dimanapun mereka berada, umat Islam akan berjalan dengan hormat dan bermartabat, tanpa takut akan penganiayaan.