Sambung Persaudaraan, Kuatkan Persatuan, Galang Perubahan
Oleh: Lukman Noerochim
Situasi terakhir ini terasa persaudaraan dan persatuan umat Islam seolah memudar, diadu-domba atas nama kepentingan sempit. Saatnya umat ini berbenah dan mempedomani pada ajaran Islam, dan mengikuti pesan al-Quran tentang persatuan Umat.
Saatnya kita meneladani secara totalitas Baginda Nabi saw. memiliki akhlak al-Quran karena beliau mengamalkan seluruh isi al-Quran dan menerapkan hukum-hukumnya, baik terkait dengan perkara akidah (keimanan), ibadah (shalat, shaum, zakat, haji, dll), muamalah (sosial, pendidikan, politik, pemerintahan, keamanan, dll) maupun ‘uqûbât (hukum dan peradilan).
Hanya menjadikan al-Quran sekadar sebagai kitab bacaan bukanlah sikap mengagungkan al-Quran. Hanya mengamalkan sebagian kecil isi al-Quran (misalnya hanya dalam perkara akidah, ibadah dan akhlak saja), bukan pula sikap mengagungkan al-Quran. Sikap demikian justru mengkerdilkan keagungan al-Quran, yang berarti mengkerdilan keagungan Nabi Muhammad saw. sebagai representasi al-Quran.
Seharusnya umat Islam sadar bahwa perpecahan itu berbahaya bagi mereka. Karena itu umat Islam selayaknya kembali bersatu dan merekatkan kembali Ukhuwah Islamiyah. Umat Islam harus menyadari bahwa menjaga ukhuwah Islamiyah adalah wajib . Karena itu lalai atau bahkan merusak jalinan ukhuwah Islamiyah dosa. Kewajiban menjaga Islamiyah ini didasarkan sejumlah nas al quran maupun as-sunnah. Pertama : Dalil al quran diantaranya adalah firman Allah Swt berikut: Sungguh orang-orang mukmin itu damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertaqwalah kalian kepada Allah supaya kalian dirahmati (TQS.al hujarat {49}:0).
Ayat ini menghendaki ukhuwah kaum Mukmin harus benar-benar kuat, bahkan lebih kuat dari pada persaudaraan karena nasab ( Al Qurthubi, Al-Jami li Ahmal-Quran). Karena bersaudara, normal dan alaminya kehidupan mereka, itu adalah penyimpangan yang harus dikembalikan lagi ke keadaan normal dengan meng-ishlah-kan mereka yang bersengketa, yakni mengajak mereka mencari solusi pada hukum Allah dan Rasulnya.
Cara merekatkan kembali ukhuwah, di dalam bukunya. Merajut benang ukhuwah Islamiyah, Dr. Abdul Halim Mahmud, merinci satu uslub (cara) untuk menguatkan ukhuwah islamiyah. Pertama taaruf (saling mengenal). Mengenal secara baik karakterisrtik saudara kita akan menjadi kunci pembuka hati persaudaraan.Kedua: Ta’aruf (saling mengikatkan diri). Semangat bersatu dengan saudara seiman hendaknya menjadi Jiwa Mukmin.Ketiga: Tafahum (saling memahami). Intinya, menciptakan kesepahaman pada prinsip-prinsip pokok ajaran islam, lalu perkara-perkara cabang (furu’iyyah).
Keempat, Ri’ayah dan tafaqud (respek satu sama lain). Jika saudaranya membutuhkan bantuan, tanpa bergegas tanpa diminta memberikan bantuannya sesuai kemampuannya. Termasuk dalam pengertian Ri’ayah dan tafahud adalah menutupi aibnya serta berusaha ta’awun (saling membantu), yakni dalam kebajikan ketakwaan, bukan dalam dosa dan permusuhan (QS Al-maidah {5}:2).
Keenam, Tanashur (saling menolong). Tanashur memiliki makna antara lain: tidak menjerumuskan saudaranya pada sesuatu yang buruk; mencegah saudaranya agar tidak tergelincir dalam tindak dosa dan kejahatan, menolong saudaranya menghadapi setiap orang yang menghalangi dirinya dari jalan kebenaran, hidayah dan dakwa: pertolongan kepada orang yang dizalimi maupun yang menzalimi.
Penting disadari oleh semua bahwa sesama muslim itu bukan musuh. Mereka bersaudara, musuh saat ini adalah kafir penjajah barat, khususnya Amerika. Pasalnya, Barat kafir penjajah senantiasa akan berusaha memecah belah kaum muslim untuk menguasai negeri mereka.
Walhasil, keterpecahbelahan umat Islam hukumnya haram, serta berpotensi menghasilkan keuntungan bagi mereka yang tidak suka kepada Islam dan umatnya. Untuk itu, mari kita kembali bersatu dan saling merekatkan kembali ukhuwah kita.[]