Salah Satu Ibadah Terbaik Adalah Membahagiakan Seorang Muslim

Serial “Ramadhan Karim” Hari Keduapuluh Lima

Salah Satu Ibadah Terbaik Adalah Membahagiakan Seorang Muslim

Bahwasannya ada seorang laki-laki yang mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata : “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai oleh Allah?. Dan amal apa yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

«أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ – عَزَّ وَجَلَّ – سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا»

Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, sedangkan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah kamu membahagiakan seorang muslim, atau kamu menghilangkan kesulitannya, atau kamu melunasi hutangnya, atau kamu membebaskannya dari kelaparan.

Dalam hadits nabawi yang mulia ini, Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab pertanyaan si penanya, yang menanyakan tentang manusia yang paling dicintai dan amal yang paling disukai. Kemudian Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan bersabda: “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”

Beliau menjadikan “perbuatan membahagiakan seorang muslim (orang lain)” berada di puncak amal shaleh, dan di puncak amal yang diridhai Allah SWT. Hal ini dapat dilakukan dengan salah satu dari perbuatan berikut: meringankan kesusahannya, melunasi hutangnya, atau memberinya makan, dan mengusir rasa lapar darinya.

Dan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda:

«أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ: إِدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى الْمُؤْمِنِ، كَسَوْتَ عَوْرَتَهُ، أَوْ أَشْبَعْتَ جَوْعَتَهُ، أَوْ قَضَيْتَ لَهُ حَاجَةً»

Amalan yang paling utama adalah kamu membahagiakan seorang mukmin, kamu menutupi auratnya (memberinya pakaian), kamu memuaskan rasa laparnya (memberinya makan) atau kamu memenuhi kebutuhannya.

Tugas semua Nabi, dan dalam hal ini Nabi kita adalah yang pertama, yang membimbing umat manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«وَلَأَنْ أَمْشِي مَعَ أَخٍ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ النَّبِيِّ ﷺ شَهْرًا»

Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid ini—masjid Nabawi—selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani).

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keperluan tanpa ditentukan bentuk dan jenisnya, di mana Beliau mengatakan “hājat[an] (sebuah keperluan)” yang menunjukkan bahwa keperluan itu bersifat mutlak, yakni keperluan apa pun yang Anda penuhi untuk orang lain, adalah salah satu amalan terbaik di sisi Allah SWT.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan sesuatu yang sangat agung, yang sekiranya seseorang merenungkannya dengan baik, niscaya akan mengetahui bahwa amalan mempunyai derajat yang berbeda-beda di sisi Allah SWT, dan Allah SWT tidak menjadikan amal shaleh hanya terbatas pada hal-hal tertentu saja, namun Allah SWT menjadikan kebaikan itu ada dalam semua amal kebaikan dan perbaikan.

Arti hadits: Bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama saudara untuk sebuah keperluan, yakni keperluan apa pun, asalkan dibolehkan oleh syariat. Untuk itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih menyukainya daripada beri’tikaf di masjidnya selama sebulan penuh, dan iIni adalah masa yang lama dalam beri’tikaf yang pasti diterima bagi Nabi yang mulia, di sebuah tempat yang suci dan diberkati, yaitu Masjid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun demikian berjalannya beliau untuk memenuhi keperluan di antara saudaranya adalah memiliki keutamaan terbaik dan nilai terbesar, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih menyukainya daripada pahala i’tikaf yang masanya lama itu, dan nilainya sangat agung karena kemulian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan di masjidnya yang disucikan. [] Al-Ustadz Muhammad Ahmad An-Nadi

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 3/4/2024.

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: