Salah Besar Bila Normalisasi Dianggap Bakal Lunakkan Sikap Entitas Penjajah Yahudi
Mediaumat.id – Anggapan bila negeri-negeri Islam melakukan normalisasi (hubungan diplomasi) dengan entitas penjajah Yahudi bakalan melunakan sikap entitas penjajah Yahudi sehingga mampu membebaskan Palestina dari penjajahan, dinilai salah besar.
“Itu salah besar, tidak akan pernah bisa,” tegas Magister Kajian Timur Tengah dan Islam Iranti Mantasari B.A., IR, M.Si. kepada Mediaumat.id, Ahad (24/9/2023).
Sebab pada dasarnya, sambung Iranti, eksistensi entitas penjajah Yahudi di dunia memang dengan terus menjajah. “Problemnya adalah mereka (entitas penjajah Yahudi) memang tidak punya willingness (kesediaan) itu (membebaskan Palestina),” jelasnya.
Sehingga, dengan bermacam cara normalisasi hubungan diplomasi, entitas penjajah Yahudi tidak akan pernah membebaskan Palestina. Bahkan menyalahi prinsip pendiriannya pada tahun 1948.
“Dengan diplomasi yang dilakukan oleh negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi, itu berarti sudah menyalahi prinsip pendirian negaranya sendiri bahkan, tahun 1948 itu,” sebutnya.
Dengan kata lain, tidak mungkin negeri sesama Muslim ketika ingin membebaskan saudaranya di Palestina, justru ‘berjabat tangan’ dengan musuh.
“Dalam strategi perang apa pun itu tidak masuk akal,” kata Iranti, menyinggung semisal konteks perang berikut spionase maupun manuver taktis di dalamnya.
Terlebih, posisi entitas penjajah Yahudi saat ini bahkan sebelum mendeklarasikan diri sebagai negara, telah mendapatkan sokongan dari negara-negara Barat.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kamis (21/9/2023), Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) mengatakan negaranya makin mendekati normalisasi hubungan dengan entitas penjajah Yahudi.
Namun demikian, penguasa de facto Arab Saudi itu memandang masalah Palestina juga sangat penting untuk diselesaikan. “Bagi kami, masalah Palestina sangat penting. Kami perlu menyelesaikan bagian itu,” kata MBS, ketika ditanya apa yang diperlukan untuk mendapatkan perjanjian normalisasi.
MBS juga mengaku memiliki strategi negosiasi yang baik saat ini. Ia berharap akan mencapai titik yang akan memudahkan kehidupan rakyat Palestina dan menjadikan entitas penjajah Yahudi sebagai ‘pemain’ di Timur Tengah.
“Kita harus melihat ke mana kita akan melangkah. Kami berharap hal ini akan mencapai titik yang akan memudahkan kehidupan rakyat Palestina dan menjadikan Israel sebagai pemain di Timur Tengah,” katanya.
Kepedulian Semu
Mengomentari hal itu, Iranti pun menyampaikan, bahwa pernyataan MBS sebagai bentuk kepedulian yang semu. “Pernyataan MBS tersebut jelas bahwa sebenarnya bentuk kepedulian yang semu, kalau saya boleh bilang terhadap Palestina,” tandasnya.
Apalagi terkait dengan pernyataan yang menginginkan entitas penjajah Yahudi itu sebagai salah satu aktor atau pemain di Timur Tengah.
Padahal, seperti diketahui bersama, sudah sekian lama entitas penjajah Yahudi menjadi ‘pemain’ di sana. “Dari dulu sudah menjadi pemain di Timur Tengah,” sebutnya.
Maksud Iranti, tanpa normalisasi pun entitas penjajah Yahudi sudah menjadi salah satu aktor penting sejak lama. “Enggak harus dinormalisasi, entitas penjajah Yahudi sudah menjadi salah satu aktor penting walaupun mungkin aktor antagonis mungkin kita bisa bilang,” ucapnya.
Problem Mendasar
Menurut Iranti, terdapat problem lain yang sangat mendasar sehingga negara-negara Arab termasuk Arab Saudi mengambil sikap untuk melakukan normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi. “Ada problem yang sangat mendasar di sini,” cetusnya.
Tepatnya, ungkap Iranti, para penguasa negeri Muslim, termasuk Indonesia sekalipun, belum memahami metode perjuangan untuk membebaskan saudara Muslim mereka dari penjajahan kaum kafir secara riil.
Akibatnya, malah menjadi blunder. “Akibat ketidakpahaman dari metode yang seharusnya, metode syar’i yang saya maksud di sini, itu adalah tadi, malah jadi blunder, malah jadi tidak produktif, tidak efisien dan jelas-jelas menyalahi hukum syara’ pasti,” jelasnya, tanpa mengurai lebih dalam tentang metode yang ditetapkan dalam Islam dimaksud.
Tetapi kembali Iranti menyampaikan, anggapan dengan melakukan normalisasi hubungan agar sikap dari entitas penjajah Yahudi melunak dan bersedia berdampingan dengan Palestina, sekali lagi adalah tidak benar.
Pasalnya, kalaupun mau, sudah dari dahulu dilakukan. “Kalau misalkan memang entitas penjajah Yahudi ini mau melakukan pelunakan sikap atau melakukan agresi militer, melakukan penyetopan pengiriman milisi ke batas-batas yang ada di Palestina, mereka sudah lakukan dari dulu” pungkasnya.[] Zainul Krian