Mediaumat.news – Setelah memasuki barikade kawat berduri dan polisi berlapis-lapis dengan senjata lengkap cukup mencekam dan diskrining, akhirnya delegasi dari organisasi kepemudaan (OKP) Islam Raizal Arifin (Ketua PP Pemuda PUI) dan Ahmad Firdaus (FSLDK Indonesia) bisa masuk ke Kedutaan Besar Myanmar, Jum’at (8/9/2017) di Jakarta.
Keduanya digeledah dan hp mereka pun disimpan petugas. Lalu mereka dipertemukan dengan Wakil Dubes Myanmar di ruangan sempit dan kurang terawat, serta kumuh. Ini gambaran kualitas negara maupun kedubesnya. Miskin nan songong. Di ruangan hanya bertujuh. Selain mereka berdua, ada tiga polisi, satu perwakilan Kemenlu RI dan tentu saja satu Wakil Dubes Myanmar. Suasana cukup tegang.
Delegasi mempertanyakan apa alasan pemerintah Myanmar melakukan pembantaian secara keji terhadap Muslim Rohingya. Rumah dibakar. Mereka diusir lari terlunta-lunta tanpa tujuan. Menyebrang ke Bangladesh pun dalam kondisi lapar. Delegasi bicara dengan nada tegas dan marah.
Percakapan mereka dalam bahasa Inggris. Meskipun lumayan kelu campur amarah mengucapkannya, tapi delegasi cukup lancar menyampaikan protes dan sikap tegas kepada Wakil Dubes.
Tanpa disangka. Wakil Dubes Myanmar mengatakan “apa pendapatmu jika yang kita perangi itu adalah terorisme?”
Kaget delegasi mendengarnya. Rupanya itu yang ada diisi kepala mereka. “Teroris itu, apakah termasuk anak-anak yang dibunuh secara keji? Anak-anak yang disembelih dengan sadis? Wanita lemah yang diperkosa? Itukah teroris?” tanya Raizal Arifin mengkonfirmasi.
Wajah Wakil Dubes bingung mendengar jawaban delegasi.
Dia jawab lagi “they are terorris”
Delegasi mempertanyakan apa definisi teroris menurut Wakil Dubes Myanmar.
“Teroris itu adalah yang menyerang militer dan polisi,” jawab dia.
Delegasi semakin tercekat.
“Mereka wajar menyerang. Sebab Anda bunuh anaknya, ibunya dan saudara saudarinya. Itu efek dari kebrutalan Anda,” tegas Raizal Arifin.
Kemudian Wakil Dubes meminta agar pertemuan ini segera diakhiri. Raizal minta waktu sedikit lagi.
“Saya minta Anda rakyat Myanmar untuk bisa mencontoh kami rakyat Indonesia. Di sini semua etnis, semua agama termasuk Budha bisa hidup dengan aman dan nyaman,” tegas Raizal dengan nada sedikit emosi.
Raizal pun mengakhiri dengan kalimat: “Perlu Anda ketahui aksi ini tidak akan berakhir tidak akan berhenti sampai Anda memperlakukan saudara Muslim kami Rohingya bisa Anda perlakukan dengan sebaik-baiknya.”
Di luar, sekitar 1500 pemuda lainnya yang merupakan anggota dan simpatisan Pemuda PUI, Pemuda Mathlaul Anwar, JPRMI, Pemuda Hidayatullah, FSLDK, KAMMl, Pemuda al-Irsyad, Pemuda DDII dan BKPRMI tetap melakukan aksi dengan tertib di depan Kedubes Myanmar. Aksi dimulai dari Masjid Sunda Kelapa, lewat Jalan. Imam Bonjol kemudian ke Kedubes Myanmar.[]Joko Prasetyo