Saatnya Umat Islam Mengambil Jalan Islam, Bukan Sekularisme-Kapitalisme atau Sosialisme-Komunisme

 Saatnya Umat Islam Mengambil Jalan Islam, Bukan Sekularisme-Kapitalisme atau Sosialisme-Komunisme

Binjai, 12 Desember 2018 pukul 20.30 WIB, Lembaga Kajian Islam Kaffah mengadakan acara diskusi Temu Tokoh dan Ulama yang dihadiri oleh lebih dari 30 orang. Masih dengan membawa tema “Persatuan Umat Islam”, Pembicara yang dihadirkan oleh Lembaga Kajian Islam Kaffah adalah Ustad Musa Abdul Ghani.

Ustad Musa Abdul Ghani mengawali kajian dengan mengulas keistimewaan Rasulullah Saw dalam menyatukan umat.

“Kalau berbicara mengenai persatuan umat, kita bisa melihat keistimewaan Rasulullah Saw”, ungkap Ustad Musa

Lebih lanjut beliau menyampaikan, Pertama, Allah SWT mengutus Rasulullah SAW kepada seluruh manusia untuk mengemban dan mengajarkan Islam, juga Islam itu adalah agama yang universal (menyeluruh).

Hal ini juga dikuatkan di dalam Al-Qur’an dalam surat Saba’ Ayat 28 yang artinya:

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”

“Jelas bahwa Allah SWT mengutus Rasullah SAW untuk seluruh umat manusia dan menyatukan seluruh Umat Islam dari berbagai suku, bukan hanya di Madinah saja tetapi menyebar ke seluruh dunia. Setelah wafatnya Rasulullah SAW pun persatuan umat masih tetap dijaga oleh para Sahabat hingga akhirnya persatuan kaum muslimin runtuh pada Khalifah Utsmaniyah 3 Maret 1924. Jadi secara fakta selama 1300 tahun Umat Islam pernah bersatu dan tidak bisa dikalahkan juga menjadi superpower”, papar Ustad Musa.

Kedua, Allah SWT mengutus Rasulullah SAW untuk seluruh Alam. Hal ini dikuatkan di dalam Al-Qur’an yang artinya:

 “Dan tiadalah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Qs Al-Anbiya [21]: 107).

Beliau menjelaskan, “Islam menjadi rahmat bagi seluruh manusia di dunia karena Nabi Muhammad Saw membawa syariat dan ajaran di mana ketika seseorang mengamalkan ajaran-ajarannya, maka ia akan bahagia  di dunia dan di akhirat. Islam akan mendatangkan rahmat bagi ahli dunia dan bagi kaum Mukmin. Islam merupakan rahmat dari sisi bahwa pengaruhnya sedemikian berkah dan dengan berkah kebangkitan Nabi Saw serta ajakannya kepada kebahagiaan telah membawa perubahan dalam masyarakat”.

“Menyatukan umat Islam bukan perkara mudah, butuh dakwah dan perjuangan yang konsisten”, ungkapnya.

Beliau mencontohkan, ada sebuah kelompok dakwah yang saat ini dicabut BHP (Badan Hukum Perkumpulan)nya oleh pemerintah, padahal tujuan kelompok dakwah tersebut adalah untuk menyatukan umat dan mengembalikan kehidupan Islam.

“Misalnya saja soal bendera tauhid, Panji Rasulullah SAW. Jika tidak ada sosialisasi yang dilakukan maka opini rezim saat ini yang menyebutkan bahwa bendera tersebut adalah milik kelompok dakwah tersebut atau dikatakan bendera teroris, maka umat akan termakan mentah-mentah opini tersebut”, bebernya.

“Akan tetapi, dengan adanya sosialisasi masirah Panji Rasulullah SAW, umat pun paham dan tidak termakan opini negatif rezim. Dari contoh tersebut saja kita bisa ambil kesimpulan bahwa umat Islam dapat bersatu, yaitu satu pemikiran, satu perasaan, juga satu peraturan”, tegasnya.

Beliau pun mengulas tentang persatuan umat islam yang telah bangkit, hal itu bisa dilihat pada aksi 212 di awal Desember lalu.

“Persatuan umat Islam pada saat ini sudah mulai bangkit. Faktanya adalah peristiwa yang baru saja terjadi yaitu Aksi  Bela Tauhid 212 di Monas-Jakarta. Jutaan orang bekumpul di sana, memang secara pemikiran masih berbeda-beda. Akan tetapi tujuan dan perasaannya tetap satu, yaitu untuk menegakkan kalimat Tauhid, dan untuk menyampaikan pemikiran Islam bahwasanya umat Islam itu bisa bersatu. Meski yang hadir dalam aksi tersebut dari berbagai elemen masyarakat, organisasi, komunitas, dan lain sebagainya”, paparnya.

Terakhir beliau menyampaikan, “Insyaa Allah, persatuan umat Islam tidak hanya berhenti di 212 saja, melainkan dapat terus terwujud dalam penegakkan hukum dan aturan Islam secara syariah dalam naungan Khilafah”, pungkasnya.[hs]

Dalam forum diskusi ini beberapa ulama serta tokoh masyarakat setempat memberikan tanggapan atas pemaparan materi yang disampaikan Ustad Musa Abdul Ghani di atas.

Ustad Suhadi, Tokoh Binjai, menyatakan:

“Bahwa yang terpenting saat ini adalah melahirkan generasi yang Qurani. Penting bagi kita untuk memahamkan dan menumbuhkan cinta terhadap Al-Qur’an. Sehingga setiap perbuatan yang kita lakukan tidak menyimpang dari Islam dan sesuai Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an tersebut menjadi benteng untuk kita”.

Ustad Suhadi mencontohkan, pada saat ini muncul Islam Nusantara yang sudah mempunyai banyak pengikut. Hal ini muncul dikarenakan Umat tidak paham dengan Al-Qur’an itu sendiri.

“Jadi kesimpulannya, marilah kita bersama-sama untuk mempersatukan umat islam dengan memahamkan Al-Qur’an, baik bagi kita sendiri, masyarakat, dan Insyaa Allah dalam bernegera”, tegas Ustad Suhadi.

Ustad Surya Abu Imtias, Lembaga Kajian Islam Kaffah, mengutip ayat Quran:

“Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah belah”. (QS. Ali ‘Imran Ayat 103)

“Dari Ayat tersebut jelas bahwa Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menjadi satu kesatuan. Jadi yang perlu digarisbawahi adalah Allah telah memerintahkan kita untuk bersatu”, terang Ustad Surya.

Lebih lanjut Ustad Surya menjelaskan, “Jadi, sebagai muslim, jika sudah mengatakan kalimat “Laa Ilaaha Illallaah Muhammadur Rasulullah”, kalimat Tauhid yang telah menjadikan kita beriman, maka persatuan itu menjadi sebuah kewajiban. Oleh sebab itu, masalah furuq, janganlah sampai memecah persatuan kita. Misal, antara Qunut dengan tidak berqunut, masing-masing punya dalil, jadi tidak perlu dipermasalahkan”, paparnya.

Beliau mencontohkan, Aksi 212 yang baru terjadi telah menjadi bukti bahwa persatuan umat muslim telah terwujud, yang menghapus sekat-sekat antar mazhab, antar suku, baik tua maupun muda, dan membuat kita jadi lebih semangat membela agama Islam.

Ustad Surya juga memaparkan, Rasulullah SAW  mengibaratkan kaum muslimin ini bagaikan satu tubuh. Sebagaimana Surat Ali ‘Imran Ayat 104, maka hubungannya adalah satu tubuh bukan hanya kepala, tangan, atau kaki saja, walaupun kita berbeda mazhab, organisasi, atau apapun itu, sepanjang sesuai Al-Qur’an dan Sunnah, mari kita saling bekerja sama sebagai satu tubuh mengemban ajaran yang dibawa Rasulullah SAW ini dalam menyampaikan amar ma’ruf nahi mungkar.

Pesan terakhir yang disampaikan oleh Ustad Surya, “Kedepan Insyaa Allah agenda Aksi 212 tujuan kita adalah menegakkan kalimat tauhid”. Bagaimana caranya? “Kalimat tauhid hanya bisa tegak jika ada institusi yang bisa menegakkannya”. Apa institusi itu? “Institusi itu adalah Khilafah, bukan yang lain”. “Ketika khilafah itu tegak, maka Islam akan diterapkan secara sempurna, dan kewajiban kita dalam menerapkan Islam secara sempurna juga termaktub dalam surat Al Baqarah Ayat 208”, pungkas beliau.

Tanggapan peserta berikutnya Ustad Drs. Musdar Syahban (Ulama Binjai). Beliau mengajak umat Islam untuk berpegang teguh pada agama Allah.

“Mari kita berpegang teguhlah pada tali (agama) Allah. Janganlah kita berpegang teguh kepada selain Allah, seperti dalam sistem saat ini. Seharusnya kita Umat Islam mengambil jalan Islam, bukan mengambil jalan sekuler-kapitalis ataupun sosialisme-komunis”, ungkap beliau.

Lebih lanjut Ustad Musdar, menyampaikan: “Sama halnya dengan Khilafah. Dengan adanya khilafah, umat Islam pun pasti akan bersatu. Itulah tugas kita bersama untuk mewujudkannya. Memang Khilafah itu adalah janji Allah SWT, ada atau tidaknya kita, khilafah itu pasti tegak. Marilah kita bersama-sama mengkaji Al-Qur’an, belajar agar dapat paham makna dari Al-Qur’an, dan mewujudkannya dalam kehidupan kita”, pungkas beliau mengakhiri tanggapan.[]

Sumber: shautululama.net

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *