Rupiah Terus Melemah, Tandanya Rupiah Tidak Independen

 Rupiah Terus Melemah, Tandanya Rupiah Tidak Independen

Mediaumat.info – Menanggapi kurs rupiah terhadap mata uang dolar AS yang terus melemah, Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky, menyebutkan terus melemahnya kurs rupiah terhadap dola AS menandakan mata uang Indonesia tidak independen.

“Itu menandakan mata uang kita tidak independen,” ujarnya dalam Bincang Bersama Sahabat Wahyu: Inilah Penyebab Rupiah Melemah Menuju 17 Ribu. Negara Gagal? di kanal YouTube Sahabat Wahyu, Kamis (20/6/2024).

Menurutnya, sistem ekonomi yang tidak independen itu dalam posisi sangat tergantung dengan yang lain. “Bahkan kalau boleh dibilang, tidak independen itu berarti terjajah,” nilai Wahyudi.

Wahyudi memandang, ketidakindependenan itu merupakan faktor utama penyebab melemahnya nilai mata uang rupiah. Penggunaan sistem yang rentan untuk diganggu atau dipengaruhi oleh negara lain.

“Dan dalam hal ini, kita menggunakan sistem ekonomi kapitalisme liberal yang itu menjadi domain dari negara-negara maju yang mendikte negara-negara berkembang,” kritiknya.

Sehingga, lanjutnya, dalam posisi negara berkembang, praktis dia (rupiah) rendah, pasti dia dipermainkan oleh negara-negara Barat, negara-negara maju.

“Apalagi kita punya independensi yang lemah, yaitu kita punya utang yang sangat besar,” kritiknya.

Wahyudi memandang, utang ini bisa dimainkan ketika hendak jatuh tempo membayar utang.

“Dinaikkan suku bunga, ataupun mata uang kita jadi melemah, dibuat lemah. Maka bisa dipertimbangkan keuntungan mereka bisa berlipat-lipat,” terangnya.

Ia mencontohkan saat Indonesia punya utang. Misalnya, satu triliun dengan kurs rupiah 12 ribu. Ketika akan membayar, kurs rupiah terhadap dolar AS itu menjadi 16 ribu.

“Ada selisih 4 ribu lebih yang harus kita tanggung, lebih besar dari bunga yang besar sekali. Dan itu menunjukkan mata uang kita lebih rendah lagi daripada harga sebelumnya,” ulasnya.

Nah, lanjut Wahyudi, ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak pernah bisa independen menentukan kebijakan ekonomi sendiri, bisa meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan kemajuan.

“Tetapi sekarang, kita sangat tergantung dengan kebijakan ekonomi maupun kebijakan utang negara lain. Dan kali ini, kita terpengaruh dengan kebijakan Amerika, di mana suku bunga Amerika ketika ada inflasi di sana, maka kita ikut-ikutan inflasi, dan ini juga indikasi banyaknya kita melakukan impor,” bebernya.

Ia menjelaskan, ketika impor itu banyak, maka harus mencari dolar banyak, dan akhirnya meninggalkan rupiah.

“Maka ketika butuh dolar banyak, maka rupiahnya akan makin menurun, nilai rupiahnya makin melemah. Sehingga impor itu bisa juga mengakibatkan lemahnya rupiah,” pungkasnya. [] ‘Aziimatul Azka

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *