RS Medistra Larang Nakes Berhijab, Tantang Sekalian Tolak Pasien Muslim!

Mediaumat.info – Terhadap manajemen RS Medistra yang diduga kuat melakukan pembatasan penggunaan hijab bagi dokter dan perawat, Direktur Siyasah Institute Iwan Januar mengajak umat menantang manajemen RS dimaksud agar sejak awal tak menerima pegawai maupun pasien Muslim.

“Coba, tantang mereka dari awal menyatakan tidak menerima pegawai yang berkerudung, atau kalau mau fair, mereka jangan terima pasien yang berkerudung atau yang beragama Islam,” ujarnya kepada media-umat.info, Selasa (3/9/2024).

Maka dipastikan mereka bakal ketakutan. “Pasti mereka takut,” sambungnya. Semisal takut kehilangan profitabilitas sebab perusahaan mereka berdiri di tempat mayoritas penduduk Muslim.

Dikabarkan sebelumnya, dugaan adanya pelarangan untuk berhijab bagi tenaga kesehatan Muslimah di RS Medistra, Jakarta Selatan, terungkap usai surat protes yang dilayangkan Dokter Spesialis Bedah Onkologi Dr. dr. Diani Kartini, Sp.B(K)Onk. beredar di media sosial.

Tertulis di surat tersebut, sang dokter mempertanyakan kebijakan tentang hijab. Katanya, waktu asisten dan kerabatnya yang berhijab mendaftar dokter umum di RS Medistra, ada sesi wawancara yang pertanyaan tentang hijab.

Bahkan terkait itu ia memutuskan keluar pada Sabtu, 31 Agustus 2024, setelah rumah sakit tempat ia bekerja melarang perawat dan dokter umum mengenakan jilbab.

Dirinya juga mengaku tidak merasa menyesal terkait pengundurannya dan hal-hal yang prinsip, termasuk soal menjalankan keyakinan Islam yaitu berhijab.

Memalukan

Karenanya, kata Iwan lebih lanjut, kalau memang benar masih ada pelarangan berhijab bagi Muslimah di instansi swasta ataupun pemerintah, maka sangat mengherankan sekaligus memalukan.

Sebab, menurutnya, siapa pun pihak yang mempersoalkan busana Muslimah maupun jenggot dan celana cingkrang untuk Muslim, apalagi di dalam sebuah instansi publik, seakan mereka masih hidup di era kolonialisme, zaman ketika penjajah terus-menerus mencurigai dan memusuhi kaum Muslim berikut simbol-simbol keislaman.

Padahal, ketika memperlihatkan sikap tak punya malu di saat yang sama mereka banyak mengeruk cuan dari pasien kaum Muslim. Pun dari pegawai Muslim dan Muslimah yang telah dan tengah mendedikasikan tenaga dan keahliannya.

Apalagi para pemilik perusahaan seperti itu, termasuk RS Medistra, bisa dipastikan sudah dalam kondisi kaya raya dari berbisnis dengan umat Muslim. Tetapi di sisi lain mereka malah menyudutkan ajaran Islam.

Sebagaimana diketahui bersama, tidak ada gangguan berarti apa pun yang ditimbulkan dari seorang Muslimah berhijab terhadap rumah sakit termasuk pasien. “Coba terangkan secara ilmiah dan medis gangguan apa yang ditimbulkan busana Muslimah terhadap rumah sakit atau terhadap pasien?” lontarnya.

Tak ayal, terhadap pengambil kebijakan seputar pelarangan hijab bagi tenaga kesehatan Muslimah, Iwan pun menduga kuat sedang mengidap islamofobia. “Kuat dugaan saya pengambil kebijakan itu mengidap islamofobia,” tegasnya.

Dengan demikian, tidaklah cukup hanya dengan meminta maaf, yang notabene tidak bakal memberikan efek jera untuk sekelas instansi atau perusahaan zalim seperti RS tersebut. Mereka, kata Iwan menekankan, justru harusnya kena jerat pidana karena telah melarang pegawainya menjalankan ajaran agama dalam hal ini Islam.

Terakhir, yang menjadi catatan penting dari semua ini adalah dampak umat hidup di alam sekulerisme yang menjadikan Muslim, khususnya, kesulitan menjalankan ajaran agamanya.

Malah tidak jarang korban minim mendapatkan perlindungan hukum karena pelaku berkuasa atau dekat dengan kekuasaan. “Karenanya, sekulerisme itu harus dihapuskan,” pungkasnya. [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: