Romo” Syafii: Erat dengan Negara Komunis, Gejala PKI Bangkit

 Romo” Syafii: Erat dengan Negara Komunis, Gejala PKI Bangkit

Muhammad “Romo” Syafii, Anggota Komisi III DPR RI

Muhammad “Romo” Syafii, Anggota Komisi III DPR RI
Muhammad “Romo” Syafii, Anggota Komisi III DPR RI

Disadari atau tidak oleh rezim Jokowi, banyak kebijakannya yang justru seakan menjadi lahan yang subur untuk bangkitnya kembali komunis/PKI. Sebagian di antaranya terungkap dalam wawancara wartawan tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan  Romo Syafii, anggota komisi DPR RI  yang melingkupi tugas di  bidang hukum, hak asasi manusia, dan keamanan. Berikut petikannya.

Apakah impor 5000 senjata ilegal ada kaitannya dengan upaya kebangkitan PKI?

Kan ada informasi yang tidak bisa kita tentukan mana yang paling benar ya tentang senjata ilegal. Dari segi jumlah saja Panglima TNI mengatakan lima ribu. Menkopolhukam mengatakan lima ratus. Dari satu pihak mengatakan ini akan digunakan oleh Polri. Menkopolhukam bilang ini pesanan dari BIN.

Artinya, situasi ketika tidak ada pedoman yang pasti itu benar atau salah, harus begini harus begitu dan sama-sama diucapkan oleh pejabat yang kompeten. Tampaknya sudah menjadi tren di Republik ini. Sehingga kalau kita mau jujur, situasi seperti itu adalah lahan empuk untuk tumbuhnya paham-paham sosialis komunis.

Apakah ini juga mirip dengan impor senjata jelang pemberontakan PKI 65?

Saya kira tidak ada yang bisa dijadikan pedoman. Situasi seperti ini memang sengaja diciptakan. Bahwa ada kesamaan, iya.

Kondisi ekonomi juga ya?

Situasi perekonomian yang juga sudah benar-benar mengkhawatirkan keuangan negara.  Menurut UU No 17 Tahun 2014 tentang Keuangan Negara, negara  tidak boleh berutang lebih dari 30 persen APBN. APBN kita sekarang kan sekitar Rp 2.100 trilyun. Sedangkan utang kita sudah Rp 4.000 trilyun, jelas ini sudah melanggar UU. Akibatnya, pembebanan itu semakin dirasakan oleh rakyat. Harga-harga yang melambung tinggi, kesulitan mendapatkan pekerjaan. Mereka jadi tidak punya penghasilan padahal tetap punya kebutuhan.

Dengan kebutuhan yang ada, tanpa pekerjaan, tanpa penghasilan berhadapan dengan harga yang melambung tinggi, ini kan kondisi kerawanan yang mudah diprovokasi ke arah tertentu.

Tapi mirip kondisi jelang tahun 1965…

Ya, di tahun ’65 juga begitu. Nah, situasi ini sebenarnya bisa diatasi kalau pemerintah mau. Makanya ini juga lahan ya.

Bagaimana dengan keadilan yang dipertontonkan pemerintah?

Kita sudah capek mendiskusikan, ada orang hanya masuk ke dalam ruangan tunggu bandara tidak melepaskan jamnya, ini sampai ke persoalan pidana. Karena dia dibentak, dia balik marah. Itu terjadi di di Sulawesi Utara.

Sebenarnya kalau kita lihat dari kacamata hukum, ya memang dia tidak boleh marah karena dia melanggar hukum. Tapi masyarakat melihat ini lagi-lagi adalah keanehan karena di bandara yang sama banyak orang membawa senjata tajam, tombak dan kepala babi, masuk untuk mengejar Fahri Hamzah. Tapi itu dibiarkan dan terkesan malah difasilitasi.

Bahkan ketika keluar dari bandara, mereka bukannya diusut dan dihukum tapi malah mendapatkan jamuan makan dari pejabat tertentu. Ini kan sangat telanjang. Masyarakat dibiarkan tidak percaya kepada sistem.

Yang barusanlah misalnya. Ada pengaduan ujaran kebencian dilakukan  Vicktor Laiskodat tapi tidak ditanggapi. Ketika yang dianggap melakukan ujaran kebencian itu Jonru, kini sudah ditahan.

Itu artinya apa?

Membiarkan masyarakat tidak percaya kepada sistem. Itu berarti menyuruh masyarakat mencari sistem sendiri sistem yang mereka percayai. Padahal harusnya para penegak hukum itulah yang melaksanakan sistem.

Dalam waktu bersamaan pemerintah juga melakukan pembiaran bangkitnya PKI?

Sudah mulai ada perbedaan tentang keberadaan PKI itu sendiri. Secara konstitusi, TAP MPRS No 25 Tahun 1966 kan masih berlaku. TAP MPR tersebut menetapkan bahwa komunis paham yang terlarang di Indonesia.

Tapi kan sekarang sudah banyak yang bunyi, “Ngapain komunis dipersoalkan?” Bahkan ada yang mengatakan, “Tidak mungkin ada paham itu  lagi.” Ada juga yang mengatakan, “Jangan dibesar-besarkan.” Dan yang membingkai pendapat itu pun muncul buku Aku Bangga Jadi Anak PKI.  Kemudian sudah mulai berkibar gambar palu arit. Kemudian sudah banyak yang memakai baju kaos palu arit.

Ini kan semacam test the water, untuk melihat bagaimana reaksi masyarakat kalau ini dimunculkan lagi. Dan secara nyata ini kan ditanggapi oleh Panglima TNI dengan nonton bareng (nobar) film Pemberontakan G 30 S/PKI karena melihat bahayanya kalau komunis tumbuh dan berkembang.

Nah, si pengetes test the water juga melihat bahwa sudah tidak bulat suara lagi aparat negeri ini dengan Panglima TNI. Salah satunya ya Watimpres Jokowi seperti tidak mendukung atau menolak.

 Iya, Menteri Luhut juga bilang pakai kaos palu arit itu tren anak muda…

Gejala bangkitnya kembali PKI kan muncul dengan semakin eratnya pemerintah Indonesia dengan negara-negara komunis dan semakin banyaknya migran dari negara komunis. Ini tidak boleh dianggap tidak ada hubungannya, tidak boleh dianggap berjalan sendiri-sendiri.

Kita harus khawatir tentang keberadaan Pancasila, eksistensi UUD 45. Walau mereka pidato masih bilang Pancasila, UUD 45, saya Pancasila, saya Indonesia, macam-macam. Tapi faktanya yang berbau komunis berjalan.

Apakah Anda melihat hal ini terjadi karena komunis berhasil melakukan infiltrasi ke berbagai lembaga negara dan elemen masyarakat?

Iya, kemampuan komunis kan memang seperti itu. Karena pendekatannya kan melalui pendekatan yang hari ini tidak didapatkan masyarakat.

Apa itu?

Rasa kebersamaan, sepenanggungan, setia kawan, sosialisme. Jadi, orang tertarik. Padahal di balik itu secara tidak sadar orang ini terekrut menjadi orang yang tidak akan protes kepada komunis atau sudah mau menjadi penganut komunis dan lebih berbahaya lagi menjadi pembela paham itu dengan jabatan-jabatan yang disandangnya.

Menurut saya, kita patut mengingatkan anak bangsa ini, kalau memang kita ingin bangsa ini masih berdasarkan Pancasila dan UUD 45, harus memiliki kewaspadaan yang besar terhadap pengaruh pemahaman komunis ini.

Di eksekutif?

Semua lini. Jangan dibatasi. Bahkan pemimpin politik juga ada yang bicara jangan percaya pada akhirat, karena akhirat itu hanya ramalan masa depan.

Megawati?

Ini kan sudah berbahaya. Membuat orang tidak percaya pada akhirat, karena akhirat ada dalam kitab suci berarti jangan percaya kitab suci. Karena kitab suci itu firman Allah jadi jangan percaya pada Tuhan. Ini kan luar biasa.

Diduga ada seminar mendukung PKI di YLBHI, tapi yang dibubarkan malah pendemonya. Bagaimana tanggapan Anda?

Yang pasti kan tidak ada penjelasan resmi tentang apa isi pertemuan di YLBHI. Yang munculkan justru bagaimana polisi marah terhadap pendemo. Pokoknya semua demo yang dianggap mengkritisi kebijakan negara di negeri ini selalu dibungkam.

Ustadz Alfian Tanjung yang getol membebarkan fakta dan data PKI sudah dinyatakan tidak bersalah oleh hakim tapi ditahan lagi…

Iya, pokoknya terus dibungkam. Kalau mau aman di negeri ini, apa saja yang dilakukan pemerintah, dukung. Pemerintah memasukan tenaga kerja asing dan rakyat kita tidak dapat pekerjaan, lalu kita dukung, itu tidak ditangkap.

Tanda-tanda PKI bangkit?

Iya, itu tanda-tanda PKI bangkit.[]  

Sumber: Tabloid Mediaumat Edisi 205

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *