Lebih dari seribu ummat Islam di Kabupaten Bandung berbondong-bondong menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Tauhid Foundation pada Rabu, 15 Januari 2020. Mereka berangkat dengan mengorbankan waktu, harta, serta meninggalkan berbagai urusan demi menghadiri tabligh akbar bertemakan “Peringatan Pembebasan Konstantinopel” di Dayeuhkolot, kabupaten Bandung.
Acara ini adalah bagian dari kampanye global di seluruh dunia dalam rangka memperingati hari bersejarah Pembebasan Kota Konstantinopel, yang Rasulullah saw secara khusus menyanjung hanya pemimpin dan pasukan terbaik yang mampu menaklukkan Konstantinopel, ialah Muhammad al-Fatih pada 20 Jumadil Ula 857 H atau bertepatan dengan 29 Mei 1453.
“Sesungguhnya akan dibuka kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu” HR Ahmad.
Acara ini dibuka oleh sambutan pembina Tauhid Foundation, Ustadz Ilman Abu Inqiyad. Beliau menjelaskan urgensi mempelajari peperangan (maghazi) dengan mengutip perkataan ‘Ali bin Husain, “Kami dahulu diajari tentang sejarah peperangan Nabi baik yang Nabi ikut serta maupun tidak sebagaimana kami diajari tentang surat al-Qur’an”
Beliau pun menjelaskan dalam membahas peperangan tersebut, khususnya peristiwa Penaklukan Konstantinopel memiliki dua urgensi mendesak yang harus dipelajari umat: (1) Perang nya itu sendiri dan (2) Pembahasan tentang KHILAFAH yang merupakan konsekuensi syariah. Ustadz Ilman mengajak para peserta untuk mengajarkan putra-putri hadirin mengenai sejarah jihad dan khilafah, yang hari ini justru tengah direduksi oleh rezim.
Sebagai pembicara pertama, tampil Ustadz Wawan Setiawan, S.S, M.Pd. Beliau yang seorang sejarawan muslim menjelaskan bagaimana Kontantinopel dibangun sebagai bagian dari negara kota di bawah Yunani, sebelum akhirnya dikuasai oleh Kekaisaran Romawi Timur atau dikenal juga sebagai Kekaisaran Byzantium.
Ustadz Wawan menjelaskan bagaimana seluk beluk Konstantinopel dari aspek politik, pemerintahan, ekonomi, militer, serta peradaban nya yang menjadikan ia sebagai kota paling kuat dan paling besar pada masa nya. Maka wajar, ummat Islam yang didorong untuk merealisasikan mimpi Rasulullah menaklukan Konstantinopel membutuhkan waktu 800 tahun mulai dari masa Khalifah Ustman bin Affan (34H/654), Bani Umayyah, Bani Abbasiah, Bani Saljuk, hingga Turki Ustmani untuk berlomba-lomba menaklukan Konstantinopel, hingga akhirnya tercapai pada Masa Muhammad II pada tahun 1453 M.
Ustadz Luthfi Affandi, SH, MH sebagai pembicara kedua menjelaskan bahwa Penaklukan Konstantinopel merupakan bisyarah dari Rasulullah saw. Ummat Islam memiliki dua energi besar yang akhirnya menjadi mesin penggerak dalam menaklukan Konstantinopel, (1) Iman dan kekuatan ruhiyah (2) mimpi besar merealisasikan mimpinya Rasulullah saw.
Oleh karena itu tak heran jika ummat Islam, tua dan muda, laki-laki dan perempuan semua nya memiliki ambisi yang sama demi meraih sanjungan dari Rasulullah saw. tersebut. Hingga seorang sahabat bernama Abu Ayyub al-Anshari, di usia nya yang uzur 80 tahun dan dalam kondisi sakit parah berkata, “Andai aku mati, maka bawa jasadku sampai pada Konstantinopel sehingga aku mendengar gerincingnya tombak-tombak para pasukan terbaik itu”
Maka seorang pemuda gagahlah, yang tiap hari dibisikkan kisah-kisah dan ditanamkan obsesi tertinggi oleh gurunya yang mulia Syaikh Aaq Syamsudin, “Sesungguhnya orang sebelum Anda dan sesudah Anda tidak akan mampu menaklukan Konstantinopel. Maka pilihannya Anda lah yang harus menaklukannya”. Dia lah Muhammad al-Fatih.
Ustadz Luthfi menjelaskan bagaimana Muhammad al-Fatih bersungguh-sungguh dalam merealisasikan mimpi menaklukan Konstantinopel, dimulai dari memerintahkan untuk dibuat senjata meriam terkuat pada masa nya untuk menembus benteng Konstantinopel, memerintahkan para pasukan menarik 72 kapal perang melewati bukit dari Selat Bosforus sehingga masuk ke area yang sangat dilengahi oleh Byzantine, dan menjaga kondisi pasukan senantiasa dalam ketaqwaan pada Allah SWT dan membakar semangat mereka dengan hadis baginda Rasulullah saw.
Pada akhirnya, Muhammad al-Fatih dan pasukan mampu menaklukan Konstantinopel, bukan hanya karena mereka sebagai individu adalah orang-orang terbaik, namun bersatu di bawah satu kepemimpinan KHILAFAH ISLAMIYYAH. Inilah jalan kebangkitan yang hakiki yang akan mengantar keberangkatan ummat untuk menaklukan Roma sebagaimana Muhammad al-Fatih menaklukan Konstantinopel.
Setelah orasi yang menggetarkan dan membuat air mata hadirin menetes, agenda selanjutnya adalah pembacaan pidato ulama besar Timur Tengah, Amir Hizbut Tahrir, Syaikh al-‘Alim al-Jalil Atha bin Khalil Abu Rusytah, yang dibacakan oleh DR. Ustadz TB Khoiru Nugraha, M.Hum. Acara pun ditutup dengan panjatan doa ke haribaan Allah SWT agar memberikan pertolongan-Nya pada ummat demi menegakkan syariah serta merealisasikan mimpi Rasulullah berikutnya, yaitu menaklukan Roma. Acarapun ditutup dan para peserta melanjutkan untuk shalat dzuhur berjamaah di mesjid.[]