Mediaumat.info – Jika negara ini memang peduli agar penduduknya tak berlebihan dalam mengonsumsi gula, harusnya pemerintah gencar melakukan promosi hidup sehat termasuk upaya pencegahan di dalamnya.
“Upaya kesehatan promotif dan preventif harus dilakukan,” ujar Praktisi Kesehatan dr. Muhammad Amin, Sp.MK, M.Ked Klin. kepada media-umat.info, Rabu (3/7/2024).
Menurutnya, hal ini penting untuk menghasilkan penduduk yang berkesadaran bahwa mengonsumsi gula di atas ambang batas yang telah distandarkan adalah berbahaya.
Seperti dikabarkan sebelumnya, terungkap catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bahwa Indonesia kini menjadi negara dengan tingkat konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) tertinggi di Asia Pasifik. Sehingga fakta ini perlu menjadi perhatian pemerintah.
“Data global G2 2021 dari survei konsumen juga menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara dengan konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan tertinggi di Asia Pasifik,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IX DPR, Senayan, Jakarta, Senin (1/7).
Maxi menambahkan, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2022, sekitar 47,5 persen penduduk Indonesia mengonsumsi minimal jenis minuman manis setiap harinya. Kemudian, ditambah dengan konsumsi gula dari sumber lain yang tidak terhitung.
“(Sebanyak) 5,5 persen mengonsumsi gula lebih dari empat sendok makan per hari. Jadi cukup tinggi,” ujarnya.
Lantas dalam merespons catatan Kemenkes tersebut, mungkin saja pemerintah mengatakan sudah peduli dengan peringatan dari kementeriannya itu. Tetapi sejauh mana sikap tersebut diwujudkan dalam aksi.
“Mungkin negara peduli dengan adanya warning dari Kemenkes mengenai hal ini. Tetapi sampai di mana kepedulian itu diwujudkan dalam aksi?” lontar Amin, terkesan tak menyakini negara ini mampu bergerak menyelesaikan persoalan yang sebenarnya tidak berdiri sendiri ini.
Sementara, kapasitas negara sangat besar, bahkan melebihi parpol, ormas, dan masyarakat pada umumnya.
Lebih jauh Amin pun khawatir bakal bermunculan bahaya akibat kelebihan mengonsumsi gula ini. Di antaranya diabetis mellitus (DM), kegemukan, dan aneka gangguan yang disebabkan keduanya semisal komplikasi di area kaki penderita, gangguan semua organ tubuh, strok, menurunnya kekebalan tubuh, gangguan pembuluh darah, dsb.
Kondisi ini diperparah dengan adanya penawaran (supplay) berikut kegiatan memasok barang, serta permintaan (demand), dalam hal ini minuman manis, yang senantiasa banyak. “Jika barangnya ada maka klop, ada yang mencari dan barangnya ada,” pungkasnya. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat