Rezim Brutal Uzbek Tangkap Muslimah Saat Belajar Agama

Sebuah program televisi pada tanggal 11/09/2017 melaporkan di televis Hb UBi Uzbek bahwa wanita di Tashkent dihukum karena “menggelar pertemuan keagamaan tanpa izin.”

Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa “sekitar 20 pelaku kejahatan di Tashkent” ditangkap pada tanggal 19 Juli 2011 saat “menggelar pertemuan keagamaan” tanpa izin di pagi hari di sebuah rumah di distrik Shaykhontohur, di ibukota.

Kepala imam dan khotib di ibukota Tashkent, Anfar Tursunov mengatakan bahwa Fatimah Abdullah Junova yang berusia 57 tahun, “yang tidak mendapatkan izin dari Dewan Islam Uzbekistan, serta tidak pernah belajar di sekolah agama mana pun yang terdaftar di negara tersebut, telah mengajarkan sesuatu”, namun dia tidak berkomentar secara rinci mengenai “sesuatu” itu … Dia juga mengatakan bahwa “perkumpulan wanita yang bersifat keagamaan dibenci”.

* * *

Berita yang dipublikasikan oleh TV tersebut sangat mengejutkan, pasalnya berita tersebut menggambarkan para wanita Muslim dari berbagai usia yang tengah belajar, ditangkap seolah-olah mereka adalah para penjahat paling terkemuka. Sehingga semua ini mengungkapkan sikap Presiden Uzbekistan dan pemerintahnya yang begitu memusuhi Islam dan kaum Muslim.

Presiden baru sejak berkuasa, tidak seperti presiden sebelumnya, dia memperlihatkan dirinya sebagai pecinta dan pelindung Islam dan kaum Muslim yang penuh kasih sayang, bahkan dia memberi kaum Muslim beberapa konsesi. Dia juga membebaskan beberapa tahanan agama atas rekomendasi para ulama istana yang pergi  ke penjara dan berbicara dengan para narapidana.

Perlu diketahui bahwa pendidikan agama swasta dilarang di Uzbekistan di bawah Undang-Undang Kebebasan Hati nurani dan Organisasi Keagamaan, yang diadopsi pada tahun 1998.

Sebenarnya siapa Fatimah Abdullah Junova itu?
Wanita ini adalah anak perempuan dan sekaligus murid Sulaiman Qari, beliau merupakan salah satu ulama terkemuka di Asia Tengah yang tinggal di Tashkent.

Wanita ini, mengalahkan sejumlah laki-laki dalam kesalehan dan keberaniannya, beliau tidak hanya menyebarkan dakwah, namun juga melakukan berbagai kontak, meskipun dia berulang kali dilecehkan dan dianiaya oleh pihak berwenang dan penjaga keamanan.

Karena ayahnya, Sulaiman Qari adalah profesor yang memberikan kontribusi besar terhadap pelestarian Islam di Asia Tengah selama periode komunisme, di mana beliau berdakwah diam-diam, dan mengajar banyak mahasiswa.

Oleh karena itu, rezim ini, yang berdasarkan sistem demokrasi kufur—bahkan sekalipun rezim ini menampakkan dirinya kepada kaum Muslim dengan baik dan sebagai pelindung—tidak akan keluar dari pakem demokrasi ini, dan juga perintah dari para tuannya, kaum kafir Barat.

Dengan demikian, selamanya jangan pernah mengkompromikan Islam dengan demokrasi, atau Islam dengan sekularisme. [Murad al-Uzbeki Abu Mush’ab]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 16/09/2017.

Share artikel ini: