Rezim Al Saud di Ambang Normalisasi dengan Entitas Yahudi

Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan pada konferensi Davos, “Arab Saudi dapat menjalin hubungan damai dengan (Israel) jika krisis Palestina teratasi (The Independent, 20/1/2024). Tampaknya hal ini akan terjadi untuk menggoda entitas Yahudi agar menghentikan perang dan mengumumkan penerimaannya terhadap solusi dua negara, yang akan tetap menjadi sebuah janji seperti janji setan kepada para loyalisnya, yang hanya berupa khayalan. Ini dianggap sebagai imbalan dari rezim Al Saud kepada entitas Yahudi atas pembantaian yang dilakukannya di Gaza, yang sebagian besar telah hancur, penduduknya terpaksa mengungsi, segala sarana kehidupan terlah terputus, termasuk air, makanan, listrik, bahan bakar, dan lain-lainnya.

Perlu dicatat bahwa pembicaraan mengenai pengakuan rezim Saudi terhadap entitas Yahudi dan normalisasinya sedang berlangsung di bawah naungan Amerika bahkan hampir mencapai titik terang. Putra Mahkota rezim Saudi, Bin Salman, mengumumkan pada 21/9/2023 di sebuah wawancara dengan jaringan Fox News Amerika bahwa dia segera melakukan pengkhianatan berupa normalisasi dengan entitas Yahudi, dimana dia berkata: “Setiap hari kita semakin dekat untuk menormalisasi hubungan dengan (Israel).”

Pada 26 September 2023, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas di markas besarnya di Ramallah, menerima Duta Besar Saudi untuk Palestina Nayef Al-Sudairi, yang sebelumnya tiba di Tepi Barat melalui titik observasi Yahudi, hal ini sebagai awal normalisasi dengan entitas Yahudi dengan dalih menjadi duta besar luar biasa, komisaris non-residen untuk Palestina, dan konsul setahun di Yerusalem!

Duta Besar Saudi untuk Palestina Nayef Al-Sudairi membenarkan hal tersebut secara implisit saat bertemu dengan Riyad Al-Maliki, Menteri Luar Negeri Otoritas. Dia datang ke Ramallah demi normalisasi, dengan mengatakan, “Pentingnya masalah Palestina bagi Arab Saudi berdasarkan legitimasi internasional dan solusi dua negara, agar negara Palestina didirikan dengan Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibu kotanya

Rezim Al Saud mengungkapkan kebenarannya setiap hari, yang mereka berusaha sembunyikan dari masyarakat biasa, baik di level dalam negeri, melalui sikapnya yang memerangi Islam dan seruannya untuk menyebarkan kekafiran, kefasikan dan amoralitas, atau di level luar negeri, melalui hubungannya dengan Amerika yang sudah begitu jauh, serta kesediaannya untuk mengakui entitas Yahudi, dan keengganannya untuk menolong isu-isu terkait Islam dan kaum Muslim (hizb-ut-tahrir.info, 25/1/2024).

Share artikel ini: