Rencana Aneksasi Israel Memicu Konflik
Oleh: Aminudin Syuhadak (Direktur LANSKAP)
Banyak negara mengecam rencana aneksasi ilegal Israel atas wilayah-wilayah tertentu di Tepi Barat. Ini harus dihentikan dan memiliki dampak yang menghancurkan hak hidup, kehormatan dan hak atas kepemilikan tanah warga Palestina.
Sebagaimana dikutip dari republika.co.id (2/7/20) Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi mengatakan pengumuman rencana aneksasi tidak akan segera terjadi, Rabu (1/7). Meski keputusan Israel mencaplok sepertiga dari Tepi Barat yang telah diduduki secara ilegal kemungkinan akan ditunda, warga Palestina tetap mengadakan protes di Ramallah dan Kota Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengumumkan akan memulai aneksasi pada 1 Juli. Namun, Ashkenazi menyatakan kemungkinan itu tidak akan tepat waktu dan memilih untuk Netanyahu menjelaskan lebih rinci.
Bila kita analisis, rencana aneksasi itu hanya formalitas dan pendudukan Israel secara de facto telah berlangsung selama bertahun-tahun. Rencana aneksasi Israel telah dalam proses sejak 1967.
Aneksasi yang dilakukan Israel merupakan langkah lanjutan dari rencana Timur Tengah dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Januari. Proposal tersebut ingin mendirikan negara Palestina yang terdemiliterisasi di atas tambalan wilayah yang sudah terpencar.
Dari masalah yang menimpa jantung umat Islam ini, sesungguhnya Palestina adalah mutiara negeri Islam; negeri tempat Isra’ dan Mikraj; negeri kiblat yang pertama di antara dua kiblat kaum Muslim; tanah suci ketiga dan wilayah yang tidak boleh diperjualbelikan, tidak boleh dibarter atau dijadikan tawar-menawar. Allah telah memuliakan dan memberkatinya. Kaum Muslim saat ini telah diuji dengan otoritas dan para penguasa yang tidak bertakwa kepada Allah, sebaliknya mereka loyal kepada musuh-musuh Allah. Mereka tidak mempersiapkan tentara ke medan perang, sebaliknya hanya untuk melakukan berbagai pengakuan, penghormatan dan penyambutan.
Ocehan yang keluar dari pemimpin entitas Yahudi itu merupakan tamparan ke wajah para penguasa dan antek kapitalis yang berlomba-lomba berunding dengan entitas penjahat itu dengan mengekor ilusi fatamorgana perdamaian. Sesungguhnya balasan terhadap arogansi dan kejahatan – kejahatan Yahudi tidak dengan mengikat gencatan cenjata dengan mereka. Tidak pula dengan meminta Dewan Keamanan PBB melakukan intervensi. Juga tidak dengan jalan melakukan protes dan demonstrasi yang menyerukan solidaritas. Membela penduduk Palestina bukanlah dengan doa tanpa perang. Tidak pula dengan mengirimkan donasi kepada mereka tetapi membiarkan mereka kepada tentara Yahudi yang akan membunuhi mereka dan menumpahkan darah-darah mereka. Akan tetapi membela penduduk Gaza dan semua kaum muslim adalah dengan kekuatan. Darah dibalas dengan darah, tentara dilawan dengan tentara dan orang yang melampaui batas harus ditindak.
Israel adalah Israel. Tetaplah negara agresor perampas tanah kaum muslim, tidak mengenal basa-basi diplomasi. Negara yang terbiasa darah yang tertumpah penduduk Palestina dianggap “murah” dan Barat dan antek-anteknya tetap tenang tak bergerak. Termasuk para penguasa kaum muslim yang terus saja diam layaknya penghuni kubur. Israel, anak haram Amerika, berani lancang melakukan kejahatan terhadap kaum muslim dan penduduk Palestina karena mengetahui bahwa kaum muslim tanpa Khilafah terpecah belah menjadi lebih dari 50 pecahan. Karena itu, meski kaum muslim memiliki kemampuan dan jumlah mereka lebih dari satu setengah milyar namun mereka tidak bisa melenyapkan zionisme Israel yang kejam dan membebaskan kiblat pertama dari cengkeraman Israel.
Satu-satunya jalan untuk menghentikan kebiadaban Israel dan menyelamatkan kaum muslim di Gaza tidak dengan solusi 2 negara, maupun bermain di ruang pertemuan PBB, bukan pula melalui Liga Arab, OKI atau KTT Perdamaian. Sesungguhnya balasan terhadap penjahat itu adalah dengan menggerakkan tentara, hingga terpancang al Liwanya di masjid al-Aqsa setelah menuntut balas terhadap para penjahat Israel. Satu-satunya jalan itu adalah melalui tangan para tentara Islam. Sesungguhnya tugas para jenderal di militer Islami adalah menggerakkan artileri dan rudal menyerang negara Yahudi dan memobilisasi tentara untuk bergerak membebaskan Palestina dan melenyapkan negara Yahudi dari muka bumi ini. Sekali lagi, Palestina memanggil Anda.[]