Mediaumat.id – Dalam refleksi teknologi kebencanaan di tahun 2021, diungkap Indonesia masih tidak menempatkan secara proporsional ilmu manusia dan ilmu langit, cenderung hanya mengandalkan teknologi atau ilmu dunia. Hal ini diungkap Prof. Dr –Ing. H. Fahmi Amhar dari Himpunan Ilmuwan Muslim Indonesia (Hilmi), dalam Live FGD #25 FDMB: Refleksi dan Prediksi Keumatan; Peluang dan Tantangan Peradaban Islam, Kamis (30/12/2021) di kanal YouTube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.
Menurut Fahmi, ilmu manusia itu tentang bagaiamana memperkuat ketangguhan manusia terhadap bencana, memasyaratkan budaya sadar bencana, bahkan mengarahkan agar politik dan ekonomi menjadikan penanggulangan bencanan sebagai parameternya.
Sedangkan, ilmu langit, lanjutnya, yaitu tentang iman dan takwa. “Bagaimana kita mengimani bahwa apa pun bencana itu adalah kehendak Allah untuk menguji manusia, dan hal ini masih belum dimasukkan ke dalam teknologi kebencanaan sepanjang 2021,” bebernya.
“Itu tidak pernah disentuh, pada seminar-seminar kebencanaan selalu tentang ilmu dunia, ilmu manusia itu jarang dimasukkan,” jelasnya.
Lalu, beber Fahmi, yang harus dievaluasi terkait teknologi kebencanaan adalah, bencana masih terjadi tanpa migitasi, sebagian bahkan tanpa peringatan dini sekalipun teknologi masih tersedia.
“Repotnya alat mitigasi kita tidak terawat, dan tidak siap saat dibutuhkan, baik alat untuk tsunami early warning system, alat untuk deteksi dini gunung meletus, dan deteksi banjir,” pungkasnya.[] Fatih Solahuddin