Refleksi Tahun 2021, Dunia Islam Masih dalam Penderitaan

Mediaumat.id – Merefleksi dunia Islam tahun 2021, Direktur Forum on Islamic World Studies Farid Wajdi mengatakan bahwa dunia Islam masih dalam penderitaan.

“Bisa kita simpulkan ya, wajah dunia Islam 2021 tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahwa dunia Islam masih dalam penderitaan ya, penderitaan yang sangat luar biasa” ujarnya dalam acara Kabar Petang: Refleksi Dunia Muslim, Kamis (30/12/2021) di kanal YouTube Khilafah News.

Menurut Farid, beberapa negeri Islam masih menjadi target serangan dan penjajahan dari musuh-musuh Islam, di antaranya sebagai berikut.

Suriah

Menurut Farid, di Suriah umat Muslim masih melanjutkan penderitaan seperti tahun-tahun sebelumnya menghadapi rezim si Bengis Basar Assad yang didukung Amerika dan Rusia.

Yaman

Yaman saat ini masih menjadi area perang proksi yang masih berkobar hingga sepanjang tahun 2021 dan menelan korban jiwa 377.000.

Farid menilai, perang ini sebenarnya adalah perang antara negara-negara imperialis, terutama Inggris dan Amerika yang menggunakan agen-agen regionalnya baik Arab Saudi maupun Iran.

Sudan

Farid menyebut, di Sudan juga terjadi perang proksi antara kekuatan Inggris yang diwakili perdana menteri sipilnya Abdalla Hamdok dengan Amerika yang diwakili oleh rezim militer jendral. Dan lagi-lagi yang menjadi korban adalah rakyat.

“Jadi pertarungan di Sudan saat sekarang ini tidak lepas dari pertarungan antara kepentingan Inggris dan kepentingan Amerika,” ucapnya.

Libya

Libya juga menjadi ajang perang proksi antara Inggris bersama kekuatan Eropa melawan Amerika.

Farid memandang, dulu saat di bawah rezim Khadafi, Libya berada dalam kendali Inggris dan Eropa. Setelah Khadafi tumbang, tentu Inggris dan Eropa tidak ingin pengaruhnya lepas begitu saja sehingga dibentuklah pemerintahan sementara.

Namun, kata Farid, Amerika yang memiliki nafsu imperialis sama dengan Eropa, tidak menginginkan kekayaan alam Libya yang begitu luar biasa jatuh hanya ke tangan Inggris dan Eropa.

Afghanistan

Farid memandang, apa yang terjadi di Afghanistan bisa disebut restrukturisasi penjajahan saja. Keluarnya Amerika dari Afghanistan sesungguhnya adalah exit strategy Amerika yang melihat pendudukan langsung di Afghanistan itu membawa beban berat bagi Amerika, baik korban jiwa maupun biaya perang yang sangat besar.

Oleh karena itu, kata Farid, Amerika mengganti strateginya untuk tetap menjajah Afghanistan tidak secara langsung, tapi menggunakan agen-agen regional di sekitar Afghanistan. Dan sekarang ini, Amerika tampaknya sedang memberikan semacam pilihan kepada pemerintah Afghanistan apakah mau tunduk atau tidak. Apabila tidak mau tunduk maka Amerika akan membekukan keuangannya dan menghalangi pemerintah Afghanistan saat ini untuk menjadi anggota PBB.

Uighur dan Rohingya

Farid menyebut, Muslim Uighur juga mengalami penderitaan yang luar biasa melalui kamp-kamp politik yang dibuat oleh pemerintah komunis Cina untuk mengikis akidah umat Muslim Uighur. Hal yang sama juga terjadi pada Muslim Rohingya di Arakan yang diusir dari negerinya sendiri oleh rezim Myanmar.

Palestina

Farid mengingatkan, umat Muslim juga tidak boleh lupa pada penjajahan Yahudi yang terjadi di Palestina. Namun ironisnya pada tahun 2021 ada arus kuat oleh pemimpin negeri-negeri Arab di sekitarnya untuk memberikan pengakuan diplomatik kepada Israel, sponsornya adalah Arab Saudi yang benar-benar di bawah kendali Amerika.

“Dan apa yang dilakukan oleh penguasa-penguasa Arab, sesungguhnya merupakan kejahatan,” beber Farid.[] Agung Sumartono

Share artikel ini: