Refleksi 2024, Kondisi Palestina Tidak Berubah Sejak Oktober 2023
Mediaumat.info – Refleksi akhir tahun 2024 terkait dengan isu Palestina, Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar menilai sejak Oktober 2023 sampai sekarang kondisi Palestina tidak ada hal yang berubah secara positif.
“Sejak Oktober 2023 sampai sekarang kelihatan tidak ada hal yang berubah secara positif,” ujarnya Fokus Spesial: Refleksi Akhir Tahun 2024 dan Masa Depan Umat Islam, Selasa (31/12/2024) di kanal YouTube UIY Official.
Sampai sekarang, jelas Hasbi, blokade tetap terjadi, sehingga anak-anak kelaparan kemudian kekurangan gizi menderita penyakit kulit, penyakit yang terkait dengan pencernaan kemudian sampai hari ini sudah 45.000 lebih yang meninggal dunia.
Kemudian ia melihat, rezim-rezim Muslim atau umat Islam sedunia itu hanya menjadi penonton dan selama ini yang terjadi di Gaza itu sebagai aksi genosida pertama kali di dunia yang dipertontonkan live di televisi termasuk juga di media-media. “Kemudian infrastruktur, mungkin sudah lebih dari 80 persen yang rusak,” tambahnya.
Di sisi lain, ungkapnya, beberapa pekan terakhir malah Otoritas Palestina atau Palestinian Authority (PA) di Tepi Barat itu malah bekerja sama dengan Israel untuk meredam upaya munculnya perlawanan atau dukungan dari kelompok-kelompok pejuang di Tepi Barat terhadap Israel.
“Dalihnya katanya supaya Israel itu tidak memperluas genosida sampai ke Tepi Barat tapi sebenarnya ini adalah argumen yang sangat lemah dan memperlihatkan bahwa pemerintah Tepi Barat itu malah bekerja sama dengan Israel. Beberapa informasi menunjukkan itu,” lanjutnya.
Karena, kata Hasbi, kalau memang pemerintah Tepi Barat itu ingin umat Islam yang ada di Palestina atau di Tepi Barat itu harusnya kan mereka tidak akan mungkin membiarkan perluasan rumah terus-menerus, dilakukan buldoser untuk menghancurkan rumah-rumah kaum Muslim di Tepi Barat itu dilakukan. “Tapi kan ternyata mereka (PA) tidak melakukan apa-apa,” tegasnya.
Sehingga logika yang bisa dipahami, menurutnya, adalah pemerintah Tepi Barat itu sebenarnya bekerja sama dengan Israel itu.
“Itulah sebabnya warga Palestina secara umum, termasuk bahkan di Tepi Barat itu mereka lebih simpati kepada para pejuang di Gaza termasuk Hamas dan Brigade al-Qassam dan kawan-kawan daripada Fatah atau penguasa otoritas Palestina yang sekarang berkuasa,” jelasnya.
Respons Global
Beberapa waktu terakhir tentang Gaza, Hasbi menilai, respons global kurang lebih sama bahkan secara kecenderungannya upaya negara-negara itu semakin minim.
Suara-suara juga jarang terdengar. Bahkan yang terjadi, sebut Hasbi, beberapa berita bulan terakhir di Indonesia sendiri ternyata terjadi peningkatan impor barang dari Israel ke Indonesia itu menurut data (BPS) Badan Pusat Statistik di Indonesia.
“Jadi, di tengah-tengah koar-koar dan retorika Indonesia yang sangat tegas terhadap Israel baik di pidato-pidato Menlu waktu itu termasuk juga di PBB, ternyata Indonesia membolehkan dan mengizinkan adanya impor barang masuk ke Indonesia dari Israel,” sambungnya.
Berarti, simpulnya, ini ada sikap menduakan sebenarnya dan sikap mendua ini bukan hal yang baru.
Turki juga, jelasnya, melakukan hal yang sama sehingga Turki banyak didemo oleh aktivis-aktivis di Turki.
“Kenapa? tanyanya, karena ternyata Turki diduga kuat masih menyuplai atau setidaknya memberikan wilayahnya untuk menjadi jalur impor minyak Israel dari wilayah laut Kaspia atau di wilayah Azerbaijan di wilayah utara Turki dan jalur minyaknya itu memang harus melalui Turki.
Di sisi yang lain, menurut Hasbi, Turki tidak melarang untuk melakukan pemutusan hubungan langsung secara ekonomi tapi tidak melarang perusahaan-perusahaan Turki untuk bekerja sama dengan Israel secara ekonomis melalui pihak ketiga. “Jadi, ini kan juga sikap mendua, sama juga sebenarnya,” tutup Hasbi.[] Muhammad Nur
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat