Refleksi 2021, UIY: Dunia Islam Masih Terpecah Belah
Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengungkap, sepanjang 2021 hingga saat ini dunia Islam masih terpecah belah.
“Sampai hari ini umat Islam masih terpecah belah ke dalam lebih dari lima puluh tujuh negara kecil-kecil. Keterpecahbelahan ini membuat umat Islam menjadi lemah secara politik, ekonomi dan lain-lain,” tuturnya dalam acara Fokus Live: Refleksi Dunia Islam, Ahad (2/1/2022) di kanal YouTube UIY Official.
Keterpecahan ini, menurutnya, terjadi setelah runtuhnya Khilafah Utsmani 1924. “Wilayah Islam yang tadinya sangat luas dikerat-kerat dan dikuasai penjajah. Penjajah memunculkan persoalan di tengah kaum Muslim baik internal maupun eksternal,” ujarnya.
Secara internal, lanjutnya, penjajah menyebabkan intensitas persoalan dan penindasan di negeri Muslim semakin meningkat. “Di India ada penggusuran masjid, pembunuhan terhadap umat Islam secara demonstratif. Padahal sebelumnya kita tidak pernah mendengar kabar seperti itu,” tukasnya.
Sedangkan di Saudi, kata UIY, saat ini digempur dengan liberalisasi. “Bagaimana mungkin penguasanya menyebut dirinya sebagai khadimu haramain melakukan sejumlah langkah yang sangat kontroversial,” sesalnya.
“Langkah kontroversi tersebut seperti adanya pantai bikini, konser, stadion yang campur baur laki-laki dan perempuan, bioskop, normalisasi hubungan dengan Israel, dan sebagainya,” tandasnya.
Kekuatan Umat
Sedangkan secara eksternal, UIY menilai bahwa negara-negara Barat tahu persis kekuatan umat Islam terletak pada khilafah dan jihad.
“Musuh-musuh Islam terutama negara-negara Barat membaca adanya potensi ancaman dari dunia Islam terhadap Barat. Ini terbukti sejak beberapa tahun sebelumnya pemimpin Barat sangat concern terhadap kemungkinan tegaknya khilafah, sebagaimana prediksi NIC. Oleh karena itu mereka mencegah agar khilafah itu tidak terjadi,” paparnya.
“Khilafah menjadi sasaran war on radicalism (WoR),” imbuhnya.
Selain khilafah, kata UIY, ada juga upaya serius Barat melalui war on terrorism (WoT) untuk membusukkan kemuliaan jihad. “Melalui sejumlah peristiwa yang dengan peristiwa tersebut orang menilai bahwa jihad itu sesuatu yang mengerikan, sesuatu yang kejam,” tuturnya.
Ia melihat Barat menggunakan WoT dan WoR untuk menyasar kelompok jihadis, menyasar orang yang punya pikiran tentang khilafah dan perjuangan ke arah tegaknya khilafah. “Cara itu digunakan ke seluruh dunia termasuk di negeri kita. Tujuannya membentuk Islam model baru yaitu Islam yang ramah terhadap Barat. Islam yang tidak memuat jihad dan khilafah,” jelasnya.
“Inilah kenyataan yang terjadi. Secara internal umat Islam remuk. Konsolidasi tidak terjadi, dihajar oleh Barat dengan sebuah pukulan telak karena menyerang titik yang sangat vital yaitu tindakan dan pikiran. Dan ini adalah pukulan yang mematikan,” tukasnya.
Namun demikian, menurutnya, umat Islam tetap bertahan meskipun diserang habis-habisan oleh Barat. “Terbukti muncul kabar bagus seperti di Afghanistan. Afghanistan masih memegang prinsip jihad dan bentuk pemerintahan Emirat, sebuah model pemerintahan yang menjauh dari apa yang selama ini berjalan di dunia Islam,” ungkapnya.
Agenda Sendiri
Terkait dengan Future Global Mapping NIC 2040 yang tidak lagi menyebut khilafah, UIY memberikan pendapatnya. “Menurut saya, kita tidak perlu gimana-gimana terhadap NIC. Sebagaimana kita juga tak perlu gimana-gimana ketika NIC mengatakan bahwa khilafah akan tegak 2020. Yang penting, kita sendiri harus punya agenda,” paparnya.
Menurutnya, umat Islam tidak usah memikirkan agenda Barat. “Biarkan musuh punya agenda, tidak usah kita pikirin. Ibarat main bola, kesempatan itu selalu ada, tapi kalau kita tidak berbuat apa-apa, ibarat kata dunia, Barat runtuh sekalipun tidak otomatis Islam tegak. Jadi bukan soal musuh itu bagaimana, tapi yang penting bagaimana kita,” tuturnya.
“Saya kira Afghanistan telah memberikan secercah sinar yang menurut saya bisa berpengaruh secara psikologis tentang optimisme menghadapi masa depan,” tukasnya.
Tak Terbendung
UIY menilai kondisi umat Islam 2022 harus dibaca dari dua level. Level penguasa dan level umat. “Di level penguasa, penguasa-penguasa sekarang ini, mereka adalah proksinya negara-negara besar. Tentu sulit diharapkan mereka bisa membawa aspirasi perjuangan Islam. Tapi di level umat, umat semuanya tumbuh saat ini. Justru karena Barat tahu bahwa yang tumbuh kesadaran kebangkitan ada di level umat itu coba ditutup, coba dihambat di level politik dan kekuasaan,” bebernya.
Ia melihat di Indonesia, Mesir dan India, umat Islam dipukul dengan narasi radikalisme dan terorisme. Di Saudi dipukul dengan liberalisme. Di Eropa di pukul dengan islamofobia. “Di banyak tempat seperti itu. Tapi, menurut saya ini enggak bisa dibendung,” tegasnya.
Menurutnya, hal ini disebabkan karena umat terus tumbuh, dakwah terus berjalan dan fitrah umat itu memang menuju kebenaran. “Matanya melihat, telinganya mendengar realitas yang ada di tengah masyarakat, lalu dia berpikir. Dan yang pasti mereka itu menginginkan kebaikan bukan hanya di dunia tapi juga akhirat,” jelasnya.
“Jadi sebenarnya yang harus kita lakukan adalah terus mengalirkan spirit kebenaran, mengalirkan spirit tauhid, mengalirkan kesadaran pemahaman Islam ke dalam diri umat,” tambahnya.
Karena itu, UIY mengingatkan pentingnya umat Islam untuk mengikuti nasihat Baginda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya roda Islam itu berputar, maka hendaklah kalian berputar bersama kitab Allah ke mana pun ia berputar. Ketahuilah, sesungguhnya Al-Qur’an akan berpisah dengan kekuasaan, maka janganlah kalian memisahkan diri dari Al-Qur’an. Ketahuilah sesungguhnya akan datang pada kalian para penguasa yang memutuskan perkara untuk kepentingan diri mereka sendiri dan tidak memutuskan untuk kepentingan kalian.”
UIY juga menegaskan sabda Nabi bahwa mati dalam taat kepada Allah lebih baik daripada hidup dalam maksiat kepada Allah.[] Irianti Aminatun