Mediaumat.id – Merefleksi berbagai peristiwa pada tahun 2021, Analis Senior PKAD Fajar Kurniawan menilai kondisi negeri ini tidak baik-baik saja.
“Banyak sekali peristiwa politik, hukum dan ekonomi pada tahun lalu. Itu menunjukkan satu hal bahwa kondisi negeri ini tidak baik- baik saja,” tuturnya dalam Live FGD PKAD #40: Outlook 2022; Kuasa Korporasi dan Cengkeraman Oligarki, Sabtu (1/1/2022) di kanal YouTube Pusat Analisis dan Kajian Data.
Menurutnya, hal ini disebabkan karena negeri ini terperangkap sistem korporatokrasi buatan oligarki. Meskipun pemerintahan periode kedua Jokowi sudah berjalan lebih dari dua tahun, tapi alih-alih kemudian kehidupan berbangsa dan bernegara bertambah baik, justru yang terjadi negeri ini berjalan ke arah yang sebaliknya.
“Pada intinya perkembangan Indonesia hari ini, kita bisa melihat Indonesia semakin jauh masuk ke dalam dominasi oligarki di semua lini. Indonesia hari ini telah terperangkap ke dalam sistem korporatokrasi. Itu semua adalah bagian dari permainan kaum oligarki,” ujarnya.
Ia menjelaskan, korporatokrasi adalah sistem pemerintahan yang dikendalikan atau dikuasai oleh sejumlah korporat. “Mereka adalah penguasa atau pengusaha kaya atau konglomerat yang memiliki dana yang demikian besar, kapital yang demikian masif untuk mengendalikan beragam kebijakan politik, ekonomi, sosial budaya di dalam sebuah negara,” bebernya.
Menurutnya, korporatokrasi ini sudah menjadi fenomena di dunia. “Terjadi hampir di seluruh negara kapitalis atau negara-negara yang menganut sistem kapitalisme. Dan secara praktis para pemilik modal ini merupakan penyumbang utama yang ‘menghidupi’ para politikus dan para pejabat di berbagai instansi negara,” ungkapnya.
“Bahkan mereka terjun langsung ke dalam politik. Mendirikan bahkan mengendalikan partai politik,” imbuhnya.
Fajar melihat di level global, di depan bangsa-bangsa dunia, korporatokrasi ini menampilkan diri seolah-olah bekerja sungguh-sungguh untuk demokrasi dan transparansi. “Namun korporatokrasi tetaplah pemerintahan ditaktor, yang imperialistik. Mereka bisa melakukan apa pun demi keuntungan bisnis mereka. Tak peduli bila itu merugikan bahkan menghancurkan negara-negara yang lainnya,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it