Refleksi 100 Tahun Dunia Tanpa Khilafah, UIY: Konflik Terjadi di Mana-Mana

 Refleksi 100 Tahun Dunia Tanpa Khilafah, UIY: Konflik Terjadi di Mana-Mana

Mediaumat.info – Merefleksi 100 tahun dunia tanpa khilafah, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY),  menyampaikan, sampai saat ini konflik dan perang justru terjadi di mana-mana.

“Tanpa khilafah konflik dan perang terjadi di mana-mana,” ujarnya kepada media-umat.info, Sabtu (2/3/2024).

“Lihatlah di Rohingya, Palestina, Ukraina, sebelumnya juga terjadi di Irak, Afghanistan, Iran, Vietnam, Korea, bahkan juga Perang Dunia,” sambungnya.

Dengan kata lain, pasca keruntuhan Kekhilafahan Utsmani yang kala itu berpusat di Istanbul, Turki, pada 3 Maret 1924, negara-negara kapitalis penjajahlah yang kemudian mendominasi dan menjadi penyebab terjadinya konflik, perang, serta segala kekisruhan dunia hingga saat ini.

“Negara-negara kapitalis penjajahlah yang harus ditunjuk sebagai biang dari segala kekisruhan itu,” sebutnya, yang berarti kehadiran khilafah justru untuk mencegah kedzaliman yang terus berlangsung.

“Siapa yang bisa menghentikan kedzaliman-kedzaliman itu bila bukan kekuatan global yang kuat dan adil? Itulah khilafah,” tegasnya, seputar kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan syariat secara kaffah dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia itu.

Empat Instrumen Barat

“Bila kita cermati ada empat instrumen yang biasa dipakai Barat untuk melancarkan propagandanya,” papar UIY. Yaitu instrumen politik, ekonomi, opini, serta kelembagaan dunia.

Secara politik, kata UIY, Barat berusaha menghalangi tegaknya khilafah melalui penguasa-penguasa di negeri Muslim.

Artinya, jika tidak bisa menjalankan misi ini, apalagi terbukti malah mendukung segala yang serba Islam seperti yang terjadi di Aljazair dan Mesir, maka Barat tak segan untuk menggulingkannya.

Lantas secara ekonomi, Barat menggelontorkan dana sangat besar kepada siapa saja baik itu negara maupun lembaga swasta, untuk turut serta dalam propaganda ini.

“Tak sedikit LSM di negeri ini menerima dana dari negara-negara Barat dengan aneka cover program seperti terkait plularisme, demokrasi, gender dan lainnya,” ungkap UIY, memisalkan.

Sedangkan secara opini, tambah UIY, melalui jaringan media yang mereka miliki, Barat terus membombardir dunia dengan opini tentang buruknya terorisme, radikalisme dan fundamentalisme yang mengarah kepada Islam.

Celakanya, instrumen ini diperkuat oleh kelembagaan dunia, seperti PBB dan organ-organ di bawahnya, yang juga mereka kuasai untuk melancarkan opini yang mereka maui.

“Tujuan jangka pendek dari perang ini haruslah untuk menghancurkan Islam militan, namun tujuan jangka panjang dari perang ini adalah modernisasi Islam,” ucap UIY, mengutip arahan propaganda dari Daniel Pipe, tokoh utama Rand Corporation.

Karenanya, diperlukan kerja lebih keras, cerdas dan ikhlas untuk menjelaskan ide khilafah ini kepada umat. Meski, kata UIY, ancaman, tantangan, hambatan, gangguan dan rintangan (ATHGR) kerap menghadang.

Dengan kata lain, umat harus terus melangkah meski duri tajam menusuk kaki. Sebabnya, masa depan Islam telah menanti, kendati orang kafir, musyrik dan munafik terus membenci. “Demikianlah janji Allah, pasti!” pungkasnya. [] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *