Rajab yang Berbahaya dan Runtuhnya Negara Khilafah

Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan amal-amal shaleh dengan karunia-Nya. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan umat Al-Habīb Al-Mushthafā Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai umat wasatha (yang adil dan pilihan), sebagaimana firman Allah subhānahu wa ta’āla:

﴿وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً﴾

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (TQS. Al-Baqarah [2] : 143).

Allah subhānahu wa ta’āla telah menganugerahkan kepada umat Muhammad suatu karunia yang tidak dapat ditandingi oleh karunia yang besar, yaitu Islam yang agung, yang menjadi penyelamat bagi umat manusia dari cengkeraman kebodohan dan kekacauan yang diciptakan oleh ideologi kapitalisme.

Al-Qur’an yang mulia telah datang dengan ayat-ayat yang menunjukkan kita kepada jalan dan meneranginya. Allah subhānahu wa ta’āla berfirman:

﴿وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (TQS. Ali Imran [3] : 104).

Yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa harus ada sekelompok umat yang menghadapi masalah ini, meskipun itu merupakan kewajiban bagi setiap individu umat, yang masing-masing sesuai dengan kemampuannya, sebagaimana yang terdapat dalam Shahīh Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ»

Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia menghilangkannya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Orang yang tidak mampu dengan lisannya, maka dengan hatinya. Dan dengan hati ini adalah selemah-lemahnya iman.” Dalam riwayat lain disebutkan:

«وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنْ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ»

Dan setelah itu tidak ada keimanan meski hanya sebesar biji sawi.” (HR. Muslim).

Imam Ahmad berkata: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al-Hasyimi, telah mengkhabarkan kepada kami Isma’il bin Ja’far, telah mengkhabarkan kepadaku ‘Amru bin Abu ‘Amru, dari ‘Abdullah bin ‘Abdur Rahman Al-Asyhal, dari Hudzaifah bin Al-Yaman bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلَا يَسْتَجِيبُ لَكُمْ»

Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, hendaklah kalian memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran atau hampir Allah mengirim adzab atas kalian dari sisi-Nya, lalu kalian berdoa pada-Nya, dan Dia tidak mengabulkannya untuk kalian.

Oleh karena itu, agar umat tidak seperti Bani Israil, Allah subhānahu wa ta’āla berfirman:

﴿لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ * كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُون﴾

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (TQS. Al-Māidah [5] : 78-79).

Mungkin dengan adanya seruan eksplisit untuk khilafah, yang diwakili oleh Hizbut Tahrir, yang berjuang di tengah-tengah umat untuk mereformasi kondisinya, mengingat realita umat yang dipenuhi dengan ide-ide destruktif, yang pendukungnya telah terpesona dan nyaman dengan kegelapan, bahkan berusaha keras untuk mempertahankannya, di tengah suasana di mana para penyeru Khilafah menemukan jalan mereka dengan kekuatan dan kemurnian gagasan. Proposal ini mengusulkan dimulainya kembali kehidupan Islam melalui penegakkan negara Khilafah. Orang berjuang menegakkan negara Khilafah akan menghadapi beragan jenis kezaliman intelektual yang paling parah, kurangnya dukungan, keberpihakan sebagian dari generasi umat kepada orang-orang zalim, sementara yang lain acuh tak acuh terhadap semua bahaya yang terjadi pada umat, sehingga menjadi tempat subur berkembang biaknya korupsi. Namun umat yang terhormat dan hebat, akan menolak ketidakadilan dan menolak pemandulan terhadap Islam.

Seruan terhadap Khilafah dan peringatan atas runtuhnya yang telah mencapai seratus satu tahun sejak tiadanya, benar-benar layak untuk ditegakkan kembali, terutama setelah dunia dipenuhi dengan korupsi akibat dari ideologi kapitalisme yang diterapkan pada kemanusiaan.

Untuk tegaknya kembali Khilafah ini, manusia layak untuk menyingsingkan lengan bajunya, menjadi perintis, dan berada di barisan terdepan, sehingga tidak seorang pun di antara para penyeru Khilafah yang meremehkan dirinya sendiri, sebab perjuangan untuk menegakkan kembali negara Khilafah ini merupakan salah satu perjuangan terbesar yang diketahui umat manusia di bawah kepemimpinan Hizbut Tahrir setelah runtuhnya Khilafah pada bulan Rajab 1342 H./3 Maret 1924 M., juga merupakan perjuangan ideologis sesuai dengan apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam rancang pada fase Makkah, yaitu pergolakan pemikiran dan perjuangan politik, yang merupakan perjuangan terorganisir dan terkonsep sesuai hukum-hukum dari Tuhan semesta alam. Itu adalah aktivitas perjuangan para nabi, sebab dalam memperjuangkannya tidak ada yang mengetahui kebesarannya kecuali Allah, jika orang yang memperjuangkannya ikhlas karena Allah semata … Wahai kabar baik, dan wahai kebahagiaan, sempurnakan kebahagiaan orang yang memperjuangkan tegaknya Khilafah di tengah-tengah umat. Lalu bagaimana tidak merasakan kebahagiaan yang besar ketika para pejuang yang menegakkan Khilafah itu mendapatkan mahkota?

Perjuangan yang sesuai dengan konsep ideologi akan membawa kita pada dua catatan:

Catatan pertama: Menegakkan negara Khilafah itu adalah benar-benar mewujudkan kabar gembira (busyra) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ideologi Islam yang agung, dan mereka yang berjuang menegakkannya berhak mendapatkan mimbar dari cahaya di sisi Tuhannya, sedang memulai kembali Khilafah akan mempercepat penyelamatan umat manusia dari penindasan sistem kapitalis dan sistem rusak yang lainnya. Perjuangan menegakkan kembali Khilafah ini adalah pemeliharaan terbesar bagi orang yang berjuang membangun kemuliaan besar ini, dan kemuliaan ini akan menggoreskan nama para pejuangnya dari cahaya di sisi Tuhannya, insya Allah, sebab mereka tidak ingin balasan atau ucapan terima kasih dari manusia. Kebaikan dari bangunan ini akan kembali pada mereka yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk tegaknya kembali Khilafah, sekalipun mereka tidak sempat melihat tegaknya Khilafah, mereka tetap memiliki keutamaan yang besar di hati para penyeru Khilafah. Sehingga hal ini akan membuat mereka merasa bangga, karena mereka telah membangun sebuah bangunan di atas ketakwaan, bukan sebuah bangunan di atas tepi jurang yang runtuh.

Catatan kedua: Pendirian negara-negara yang berideologi dan kelangsungan hidupnya sepanjang sejarah akan membuat kemuliaan besar bagi dirinya sendiri, terlepas dari sifat ideologi ini, apakah benar atau salah. Tetapi yang patut untuk diperhatikan adalah bahwa para pemimpin negara-negara berideologi menikmati pemikiran dan kesadaran politik yang mendalam, mereka merasa serakah dalam kehidupan untuk kedaulatan dan kontrolnya. Untuk itu, kami menemukan mereka yang paling kuat adalah mereka yang menggunakan semua kekuatan dalam kehidupan untuk berkreativitas dan mengontrol sehingga dunia ini seakan hanya miliknya. Lebih-lebih bagi mereka yang tengah perjuangan untuk mewujudkan bangunan besar ini, dengan menegakkan kembali negara Khilafah, tentunya mereka lebih menikmati pemikiran yang mencerahkan dan kesadaran politik yang tinggi sebelum berdirinya negara,dan ketika telah berdiri, sehingga mereka akan menggigitnya dengan gigi geraham mereka agar negara tetap berlangsung, mengingat mereka ini adalah penerang umat, pemimpin dan ksatrianya.

Sungguh begitu menyedihkan, bertahun-tahun umat dalam kesedihan dan penderitaan. Umat hidup di bawah garis kemiskinan, ditambah sulitnya mencari pemenuhan kebutuhan dasar. Umat tidak akan menemukan kebahagiaannya tanpa memiliki cita-cita tinggi yang hendak diwujudkan, yaitu memerintah dengan Islam, dan menarik dunia keluar dari kekacauan sistem kapitalisme. Seharusnya umat merasa bertanggung jawab, sebab di tengah-tengah mereka ada kelompok yang mencerahkan, yang berjuang untuk umat, dan menariknya keluar dari kenyataan menyakitkan yang dialaminya. Mereka itu adalah para penyeru tegaknya Khilafah yang tergabung dalam Hizbut Tahrir, sang perintis yang tidak membohongi umatnya.

Ya, umat Islam adalah umat yang mulia dan agung yang membutuhkan garis lurus untuk ditarik di samping garis-garis yang bengkok untuk mengetahui perannya yang diridhai Tuhannya, yang membuatnya bahagia dunia akhirat. Semua itu dapat dicapai dengan berjuang bersama mereka yang tengah berjuang untuk menegakkan kembali Khilafah yang sesuai dengan metode Rasul kita yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Peran negara Khilafah merupakan peran yang fundamental dan sangat penting dalam agama, sebab dengannya, Islam dan umatnya menjadi mulia dan berwibawa, karena diterapkan Islam dan diembannya dengan dakwah dan jihad ke seluruh dunia.

Khilafah akan mengenalkan kepada seorang Muslim tentang asal-usulnya, serta mengingatkannya pada tugas dan kewajian yang menjadi alasan manusia diciptakan, yaitu beribadah. Allah subhānahu wa ta’āla berfirman:

﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ * مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ * إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ﴾

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (TQS. Adz-Dzāriyāt [51] : 56-58).

Merupakan kehormatan besar bagi para penyeru Khilafah untuk menjadi politisi yang membawa obor perjuangan politik untuk mengembalikan umat pada posisi yang seharusnya dalam agama Islam, yang merupakan agama politik yang telah diselewengkan oleh kaum kafir penjajah, dengan berusaha membuatnya tetap terpenjara di sisi masjid. Demi Allah, benar-benar kejahatan jika umat hidup di luar kerangka agamanya.

Siapa saja yang melepaskan ikatan pemikirannya dan terbang bersamannya ke ranah perjuangan politik untuk mengetahui besarnya tanggung jawab berdasarkan ideologi Islam yang agung, niscaya ia akan mengurusi semua urusannya?!

Mereka yang akan membersihkan dari lumpur ini adalah para penyeru tegaknya Khilafah yang memikul tanggung jawab di Hizbut Tahrir. Biarkan mereka menyingsingkan lengan bajunya dan tidak pelit dengan umat ini pada tahap kritis dalam sejarah yang menyedihkan ini. Seratus satu tahun sejak ketiadaannya dari arena konflik internasional, sungguh sangat disayangkan, karena banyak air telah mengalir di bawah jembatan, yang tercermin pada isu-isu berbahaya bagi umat, seperti kesengsaraan, kemiskinan, pembunuhan, dan para penguasa zalim yang melayani kaum kafir Barat, yang tidak mengetahui jalan untuk membebaskan diri dari Barat, bahkan mereka tidak menginginkan hal itu, sehingga mereka bersikap buruk terhadap Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman.

Seharusnya umat kembali ke posisi yang seharusnya, dan bangkit dari penindasannya. Ya, kenyataannya memang provokatif dan menyakitkan, namun yang tergerak hanya para pengemban dakwah di Hizbut Tahrir, mereka merupakan nyala api dan cahaya. Cahayanya menerangi jalan, dan apinya membakar kegelapan. Penting bagi setiap individu umat untuk melihat kebaikan dalam dirinya, terutama para penyeru untuk melanjutkan kehidupan Islam melalui negara Khilafah yang telah mendedikasikan dirinya untuk dakwah ini. Mereka lebih peduli dan lebih semangat berjuang, sebab mereka tahu jalannya, dan mereka tidak pelit dengan pemahamannya tentang umat, serta tidak meremehkan kebaikan sekecil apapun.

Rajab terus menunggu kembalinya Khilafah, sebab ketiadaannya sangat menyakitkan, sekaligus menyenangkan bagi para pejuang, karena pahalanya lebih besar di bulan Rajab. Adakah yang lebih besar dari perjuangan seorang Muslim untuk mengembalikan hukum syara’ yang merupakan tājul furūdh (mahkota dari semua kewajiban), yaitu Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah. Untuk itu hendaklah kaum Muslim bergabung dan berjuang bersama Hizbut Tahrir di bulan yang mulia ini, untuk mewujudkan impian dan menggapai kemuliaan setinggi mungkin bersama umat.

Bagaimana seseorang membayangkan masyarakat, sedang mereka menderita hidup dan kebanyakan dari mereka bingung, namun para pengemban dakwah memiliki solusi, dan hatinya penuh keimanan, sehingga meskipun perjalanannya panjang, mereka tetap sabar memikul harapan besar untuk umat, yang pasti akan terwujudkan, sebab itu bukan ilusi, namun negara yang dulu pernah ada dan hidup selama berabad-abad. Negara ini memiliki semua unsur penopang keberadaannya, sehingga ia pasti tegak kembali di tengah-tengah umat, memimpin dunia untuk menebar kebaikan seperti semula. Negara yang dulu pernah membuat baik generasi pertama, maka dengan negara ini pula generasi sekarang akan menjadi baik pula. [Asy-Syeikh Muhammad Al-Samani]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 20/2/2022.

Share artikel ini: