Mediaumat.info – Secara faktual, kehidupan orang-orang Yahudi di bawah naungan Kekhilafahan Utsmani, dalam kondisi makmur dan sejahtera. Hal ini tergambar dalam surat seorang rabi (pemuka agama Yahudi) yang dimuat buku Konstantinopel: Kota Keinginan Dunia 1453-1924 yang ditulis Philip Mansel, sejarawan Inggris, pada 1995.
Dalam buku tersebut terdapat sebuah kutipan dari surat yang ditulis oleh seorang rabi pada tahun 1453 M.
Di antaranya, seputar imbauan yang mendesak bagi orang Yahudi untuk melakukan perjalanan ke tanah Khilafah setelah penganiayaan terhadap mereka di Eropa. Serta menyoroti bagaimana mereka akan menikmati kemakmuran ekonomi di bawah negara.
“Di sini, di tanah Turki, kami tidak perlu mengeluh. Kami memiliki kekayaan melimpah; banyak emas dan perak ada di tangan kami,” demikian bunyi kutipan tersebut.
Dengan kata lain, pemerintah Kekhilafahan Utsmaniah yang ketika itu memimpin dunia Islam, menerima dengan baik ribuan pengungsi Yahudi yang lari dari Andalusia yang kala itu jatuh ke tangan kaum Kristen di bawah pimpinan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella.
Bahkan selama di bawah naungan Khilafah, mereka merasa tidak ditindas ataupun dibebankan pajak yang berat. Tak hanya itu, orang-orang Yahudi bebas melakukan perdagangan tanpa hambatan.
Pun untuk diketahui, masih di dalam buku ini, Kekhilafahan Utsmaniah ketika itu termasuk negara yang kaya akan hasil bumi. Sehingga, segalanya serba murah dan setiap orang hidup dalam perdamaian dan kebebasan.
Tak ayal, sebagaimana pula sebuah tulisan tentang refleksi 100 tahun kaum Muslim kehilangan ‘tamengnya’ pada 3 Maret 2024, hanya khilafah yang mampu mengamankan perdamaian dan harmoni di antara orang-orang dari berbagai agama di negeri Muslim. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat