Mediaumat.id – Forum Religion of Twenty (R20) yang diselenggarakan di Nusa Dua Bali 2-3 November lalu dinilai oleh Abu Zaid dari Tabayyun Center sebagai agenda untuk melestarikan dominasi negara-negara kapitalis.
“Ini sebenarnya agenda berkelanjutan dari negara-negara kapitalis dunia yang faktanya adalah negara-negara penjajah untuk melestarikan dominasi mereka di seluruh dunia khususnya di negeri-negeri Islam,” ungkapnya dalam Kabar Petang: Islamlah Solusi Kehidupan, Bukan yang Lain, Jumat (18/11/2022) melalui kanal You Tube Khilafah News.
Target sebenarnya adalah menjinakkan umat Islam agar menerima penjajahan Barat dan tidak melakukan lagi perlawanan. “Oleh karena itu yang mereka serang itu adalah pemikiran-pemikiran Islam yang dianggap bertentangan dengan keberadaan mereka sebagai penjajah di negeri Islam. Jadi mereka sudah memahami betul bahwa Islam itu merupakan kunci kekuatan umat Islam,” tegasnya.
Oleh karena itu, kata Abu Zaid, negara-negara kapitalis melahirkan ide moderasi beragama (semua agama sama) dengan harapan umat Islam tidak lagi fanatik terhadap agamanya, kemudian well come terhadap keberadaan penjajah yang menghilangkan ajaran penting Islam seperti akidah, jihad dan seterusnya.
“Dalam jangka panjang mereka ingin melahirkan agama baru yaitu agama Islam versi penjajah sebagaimana yang sudah digembar-gemborkan oleh berbagai tokoh-tokoh yang mereka setting, baik yang ada di Timur Tengah, di Asia Tenggara bahkan juga di belahan negeri Islam lain. Tujuannya agar umat Islam jinak terhadap penjajah dan tidak lagi melakukan perlawanan,” urainya.
Pemahaman Islam
Abu Zaid menegaskan, sebagai seorang Muslim dalam menilai sesuatu itu wajib berangkat dari pemahaman Islam. Tidak boleh memandang berbagai persoalan dengan sudut pandang yang lain.
Ia mencontohkan pernyataan bahwa agama khususnya Islam sebagai sumber konflik. “Itu sudut pandang penjajah, sudut pandang sekuler. Kalau sudut pandang Islam, Islam itu diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam,” terangnya sembari membacakan Al-Qur’an surah al-Anbiya ayat 107.
Islam sebagai rahmat, sambungnya, bermakna bahwa syariat Islam mendatangkan kemaslahatan sekaligus mencegah kerusakan atau keburukan. “Islam kalau diyakini dengan benar, dilaksanakan secara kaffah akan mendatangkan kemaslahatan sekaligus mencegah kemafsadatan,” tegasnya.
Menuduh Islam sebagai sumber konflik, kata Abu Zaid, merupakan tuduhan keji dan kelancangan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ia lalu memaparkan fakta konflik yang terjadi di seluruh penjuru dunia itu bukan karena Islam tapi karena penerapan ideologi kapitalisme yang serakah yang sekarang menguasai dunia.
“Jadi konflik besar seperti Perang Dunia I, Perang Dunia II yang mengakibatkan puluhan juta orang menjadi korban atas keganasan perang itu, mayoritas pelaku perang itu bukanlah kaum Muslim. Tetapi pelakunya itu adalah negara-negara besar kapitalis seperti Inggris, Perancis, Jerman, Italia,” bebernya.
Demikian pun, lanjutnya, konflik-konflik di Afrika, Timur Tengah, Asia semua akibat keserakahan negara kapitalis dalam memperebutkan sumber daya alam.
“Jadi konflik-konflik yang ada di dunia itu tidak ada hubungannya dengan Islam dan kaum Muslim,” tegasnya.
Abu Zaid mengatakan, dalam lintasan sejarah ketika Islam diterapkan, orang-orang kafir ahlu dzimmah tidak pernah mendapat masalah. “Kristen Koptik di Mesir, Nasrasi Suryanis di Palestina, Hindu di Indonesia mereka tidak dipersoalkan agamanya. Inilah bentuk rahmat Islam bagi alam semesta,” tukasnya.
Perbuatan Manusia
Menurut Abu Zaid, kerusakan yang terjadi di dunia ini akibat perbuatan manusia. Al-Qur’an sendiri dalam surah ar-Rum menyatakan bahwa segala kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia.
“Jadi kerusakan di wilayah darat dan di laut itu karena kemaksiatan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar. Jadi harapan dari ayat ini setelah mendapatkan berbagai macam kesulitan dalam kehidupan itu mereka bisa berpikir ulang dan kembali ke jalan yang benar,” ungkapnya.
Oleh karena itu, terang Abu Zaid, yang terjadi hari ini, saat umat Islam tidak menerapkan Islam kaffah, jatuh dalam kondisi kehancuran total. “Meski Al-Qur’an menyebut umat Islam itu terbaik, tapi faktanya kita kalah dalam semua lini kehidupan. Jangankan urusan politik, urusan keluarga saja umat Islam sekarang begitu mudah di-setting oleh apa yang viral di media sosial,” sesalnya.
Jadi, ujar Abu Zaid, kerusakan ini semua terjadi karena tidak mengikuti apa yang sudah Allah perintahkan dalam Al-Qur’an dan telah dicontohkan secara praktis oleh Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, lanjutnya, sebagai seorang Muslim harus yakin bahwa Islam adalah satu-satunya solusi terhadap seluruh problem yang muncul di muka bumi.
“Dari segi dalil atau nash itu kan jelas Islam itu datang sebagai rahmatan lil ‘alamin. Jadi secara keyakinan secara akidah umat Islam itu mesti meyakini itu. Karena itu bagian dari ajaran mereka. Islam itu mendatangkan kemanfaatan dan mencegah kemudaratan atau kerusakan,” tegasnya.
Dari segi sejarah, ungkap Abu Zaid, publk melihat bagaimana umat Islam itu eksis mengatur dunia menjadi kekuatan utama di muka bumi yang bisa menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya tidak membedakan Islam atau tidak sebagai rakyat.
“Yang harus dilakukan oleh umat Islam adalah menerapkan Islam. Jangan sampai kita malah mengikuti agenda dan permainan negara-negara kapitalis penjajah yang justru menjadi biang kerok atau aktor utama munculnya konflik besar di muka bumi,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun