Puncak Ekspo Rajab: Sulawesi Selatan Hadirkan Intelektual Muslim dan Pengamat Politik

Pada Ahad, 27 Februari 2022, telah digelar Collaboration Talkshow yang merupakan acara puncak dari Ekspo Rajab yang digelar sejak tanggal 21 Februari 2022.

Collaboration Talkshow adalah nama yang dipilih untuk menggambarkan keunikan acara ini. dilaksanakan serentak di tiga titik studio, yaitu Jakarta, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Lalu dikolaborasikan dan dapat disaksikan oleh seluruh masyarakat dunia.

Dari titik acara di Sulawesi Selatan, yang dipusatkan di Kota Makassar, tampil dua orang narasumber yaitu Dr. Firman Menne, S.E., M.Si., yang merupakan pakar ekonomi dan dosen di salah satu Perguruan Tinggi di Kota Makassar.

Ini Sistem Ekonomi yang Rusak dan Merusak

Dr. Firman Menne, dengan tegas mengungkapkan bahwa sistem ekonomi kapitalisme yang ada sekarang adalah sistem ekonomi yang rusak dan merusak.

“Titik kerusakan pertama misalnya jaminan kepemilikan individu. Individu dibolehkan memiliki apa saja. Sampai sumber daya alam, bebas dimiliki individu. Sehingga berlakulah hukum rimba, yang kuat akan melibas yang lemah,” kata Dr. Firman Menne.

Lulusan Doktor Ekonomi Universitas Hasanuddin ini, memberikan contoh bagaimana bisnis ritel moderen saat ini menggurita hingga ke desa-desa. Imbasnya pedagang kelontongan kecil, sepi pembeli. Malah ada yang terpaksa gulung tikar.

Ekonomi kapitalisme hari ini juga menyebabkan kesenjangan hidup yang sangat besar. Yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan terpuruk semakin dalam.

“Ya, mungkin ada orang yang sarapannya sampai menghabiskan Rp 1 juta dan disantap di pinggir kolam renang. Saat yang bersamaan ada yang baru bisa makan kalau ada yang memberikan. Ini gambaran nyata, imbas dari kapitalisme,” Jelas Dr. Firman Menne.

Demokrasi Banyak Tipuannya

Selain menghadirkan intelektual pakar ekonomi, Collaboration Talkshow titik Sulawesi Selatan juga menghadirkan Ustad Muhammad Kemal Idris, S.H.I. Narasumber kedua ini banyak membahas tentang dampak kapitalisme terhadap dinamika sistem pemerintahan.

Ustad Muhammad Kemal Idris banyak mengkritisi model pemerintahan demokrasi saat ini. Baik dari konsep maupun praktiknya.

“Demokrasi itu menipu. Katanya kedaulatan di tangan rakyat. Padahal pada kenyataannya yang menentukan segalanya adalah segelintir orang berduit. Yang biasa kita sebut oligarki. Mereka yang berkuasa, jadi bukan rakyat,” kata Ustad Muhammad kemal Idris.

Dijelaskan pula bahwa kuasa segelintir oligarki tersebut terkadang menggunakan gaya tangan besi. Menindas rakyat asalkan kepentingannya bisa terwujud. Dari satu fakta ini saja, menurut Ustad Muhammad Kemal Idris, sudah menunjukkan kerusakan mendasar dari demokrasi.

Narasumber kedua ini juga berpesan, jangan mau dikelabui oleh jargon “suci” demokrasi, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Karena pada kenyataannya tidak begitu.

“Lebih baik kita ganti saja jargon demokrasi itu, sesuai faktanya. Bukan pemerintahan dari rakyat untuk rakyat. Tetapi pemerintahan dari rakyat oleh kelompok elit. Itu yang benar,” jelas Ustad Muhammad Kemal Idris.

Jadi konsep kedaulatan rakyat adalah tipuan. Karena jika kedaulatan rakyat yang dimaksud adalah rakyat bebas menentukan nasibnya sendiri, termasuk menentukan pemimpinnya, ternyata tidak terjadi seperti itu.

Yang berkuasa dalam alam demokrasi, bukanlah rakyat yang sering didengung-dengungkan, tetapi para pemilik modal.

Kolaborasi Tiga Titik dengan Pembahasan Variatif

Jika Sulawesi Selatan menghadirkan pakar ekonomi dan pengamat politik, maka studio pusat yang bertempat di Jakarta, juga menghadirkan sederet pemateri nasional.

Dari studio pusat hadir Ustad Muhammad Ismail Yusanto, M.M., seorang cendikiawan muslim. Ustad Rachmat S. Labib, dari kalangan ulama, dan Prof Suteki seorang Guru Besar Hukum Universitas Diponegoro.

Sementara dari Studio Kalimantan Selatan, menghadirkan dua orang narasumber dari kalangan ulama yaitu Ustad M. Taufik N.T dan Ustad Wahyudi Ibnu Yusuf, yang banyak menyoroti tentang fenomena sosial dan budaya.

Dari studio Makassar, menampilkan keunikan lain, yaitu dekorasi panggung yang mengangkat kearifan lokal masyarakat setempat. Terdapat replika dua layar terkembang dari Kapal Phinisi.

“Phinis adalah kapal legendaris masyarakat Makassar yang sudah mendunia. Melambangkan bahwa orang Makassar adalah para pejuang sejati. Berani menaklukkan segala gelombang tantangan,” ungkap Muhammad Sabran yang didaulat sebagai pembawa acara dari Studio Sulawesi Selatan.

Acara puncak dari Ekspo Rajab ini, masih bisa disaksikan rekaman siarannya melalui laman link https://form.drip.id/eksporajab .Tidak sekadar acara puncak, rekaman acara dari hari pertama hingga keenam pun masih bisa disaksikan ulang. (***)

Share artikel ini: