Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, China mampu menekan angka kemiskinan berdasarkan ideologi yang dianut negara itu, yakni komunisme. Selain mampu menurunkan angka kemiskinan dengan cara tersebut, juga dapat menyatukan 1,4 miliar jumlah penduduk di China.
“Terkadang kita enggak mau mengakui itu. Kita selalu berbicara slogan komunis. Komunis itu memang dibutuhkan untuk negara mereka, kalau tidak 1,4 miliar itu penduduknya di sana itu tidak bisa menjadi satu,” ucap dia di hadapan para rektor Universitas Indonesia (UI) pada peringatan Dies Natalies IV Sekolah Kajian Strategik dan Global (SKSG) secara virtual , Jumat (14/8/2020).
“Itu yang kita lakukan sehingga tidak ada kritik-kritik yang perlu. Mereka hanya fokus dan pemerintah men-deliver, sehingga kemiskinan yang diselesaikan di China itu sangat besar dibandingkan berbagai negara di dunia,” sambung Luhut.
Komentar:
Pernyataan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan terus menerus memberikan pujian pada pemerintah komunis China, meski pujian tersebut jauh dari realita. Pertama, sejak era Deng Xiaoping, dalam bidang perekonomian, pemerintah China telah meninggalkan sistem sosialisme-komunisme, dengan menerapkan ekonomi pasar pro kapitalisme.
Sejak tahun 1962 Deng mulai membuka gagasan liberalisme ekonomi, dimana ia memberikan kesempatan pemerintah lokal harus bisa mengadopsi model produksi apa pun yang dapat memfasilitasi pemulihan dan pertumbuhan produksi pertanian. Ini yang dikatakan Deng sebagai pepatah Sichuan: Tidak masalah mau kucing kuning atau kucing hitam, asalkan bisa menangkap tikus.
Kedua, pertumbuhan perekonomian China semenjak era Deng Xiaoping memang melesat, dan menjadikan negara Tirai Bambu itu sebagai salah satu macan ekonomi di Asia. Namun Cina justru gagal menuntaskan kesenjangan sosial di tengah rakyatnya.
Dalam laporan Global Wealth Report 2016 lembaga riset Credit Suisse yang meneliti jurang kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin. Di Cina terdapat 1,6 juta jutawan. Negara ini paling banyak punya penduduk dengan kekayaan di atas US$ 50 juta dibanding negara manapun, kecuali Amerika Serikat. Namun ketimpangan ekonomi di negara tirai bambu ini tinggi yakni 43,8% kekayaannya dikuasai 1 persen orang terkaya. Ketimpangan ekonomi semakin tinggi sejak tahun 2000.
Perekonomian China sebelum pandemi Covid-19 juga telah mengalami kemunduran Sebab, diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat dari sekitar 6,5% menjadi hanya tumbuh di atas 6%.
Hal ini menyebabkan angka pengangguran terus bertambah. Analis Konsumen China, Gavekal Dragonomics, Ernan Cui menjelaskan laporan pada 9 Januari menunjukkan jumlah pekerja menurun sekitar 2,8 juta orang pada 374.000 perusahaan industri besar dalam 12 bulan hingga November.
Puja puji ini tidak berdasar dan kelihatannya pemerintah terus menerus mencari legitimasi kerja sama dengan pemerintah komunis China. Padahal perekonomian mereka telah gagal menciptakan kemakmuran yang merata dan kini terus mengalami kemunduran. Selain itu, pemerintah komunis China terus menerus melakukan genosida terhadap muslim Uyghur.[] Iwan Januar /LS