Oleh: Arifin (Tabayyun Center)
Ketum PSI Grace Natalie melempar pernyataan ngawur dengan pernyataan partai yang dipimpinnya tidak akan pernah mentolerir apalagi mendukung praktek poligami. “PSI tidak akan pernah mendukung poligami. Tak akan ada kader, pengurus, dan anggota legislatif dari partai ini yang boleh mempraktikkan poligami,” kata Grace, di Surabaya, Selasa (11/12/18).
Tak hanya itu, ia menyatakan partainya juga akan memperjuangkan pemberlakuan larangan poligami bagi pejabat publik di tingkat eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Hal yang sama pun akan diperjuangkan bagi para aparatur sipil negara (ASN). “Kami akan memperjuangkan revisi atas undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, yang memperbolehkan poligami,” ucap dia.
Bagi kita, kaum muslim paham terkait hukum kebolehan untuk laki-laki menikahi lebih dari seorang perempuan (kebolehan poligami). Tentu saja aturan ini bukan legalitas untuk sebuah pengkhianatan, tapi merupakan solusi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi di akhir zaman. Tentu ini bentuk kasih sayang Allah untuk kaum wanita.
Bagi kita sebagai muslim, kebolehan poligami ini adalah bentuk kasih sayang Allah dan jalan keluar dalam menjawab realitas saat ini. Ketika hukum ini diambil dan dijadikan sebagai jalan keluar maka banyak wanita yang bisa menjemput mimpinya untuk memiliki pasangan dan keturunan. Karena tidak sedikit wanita produktif harus rela menjadi jofis (jomblo fisabilillah), padahal mereka memiliki kemampuan untuk menghasilkan keturunan dan mendidiknya. Bukankah banyaknya keturunan akan menjadi kebanggaan Rasulullah di akhirat kelak? Namun yang kita cermati adalah PSI, yang lahir dari rahim demokrasi, menunjukkan jati dirinya dan eksistensi sebagai partai sekuler, yang anti formalisasi syariah Islam secara kaffah.
Dan kita cermati kebodohan demi kebodohan ditunjukkan oleh partai dan aktivis sosialis-sekuleris-liberalis yang mengecilkan arti agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Partai puber yang sok tahu soal negara berhaluan sekuler bahkan kiri, menyinggung dan menantang umat Islam soal syariat. Sok paling toleran padahal wajah tampilan anti agama dan radikal. Bermain-main dengan persoalan sensitif umat Islam. Agama dan syari’atnya.
Kelompok atau partai seperti ini tak pantas eksis dan berkembang di negara Indonesia. Stop melalui pemilu, atau hentikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bubarkan. Memang tak enak dan terlalu kecil berhadapan dengan politik kekanak-kanakan, tapi anak-anak yang durhaka pada bangsa dan negara tak boleh dibiarkan berkembang. Ideologi sosialis dan liberalis yang dapat mengkristal jadi komunis mesti dihentikan sedini mungkin.
Persoalannya adalah keberadaan kekuatan di belakang politik kekanak-kanakan yang memback-up. Memanfaatkan dan gembira dengan perilaku seenak perut para politisi yang baru muncul. Meniup-niup agar menggelembung. Membiayai dan mempublikasi. Para sutradara ini adalah para pengkhianat yang ingin melakukan peracunan pada keseimbangan politik berbangsa. Mengubah menjadi bangsa yang steril agama. Merekalah para penjahat tersembunyi.[]