Mediaumat.id – Pakar Hukum dan Masyarakat Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum. menyatakan khilafah itu sistem pemerintahan yang jauh lebih modern daripada demokrasi.
“Jika kita mau jujur, sebenarnya khilafah itu sistem pemerintahan yang jauh lebih modern daripada demokrasi,” tuturnya kepada mediaumat.id, Sabtu (23/4/2022).
Ia mengatakan, khilafah jelas akar sejarahnya dengan Islam, mayoritas pejuang kemerdekaan adalah Islam.
“Sementara demokrasi, apakah berakar pada ideologi Islam? Tentu tidak!” ujarnya.
Selanjutnya ia menerangkan, konsep dan nama demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan bermula di Athena kuno sekitar 508 SM.
“Di Yunani kuno, tempat berdirinya banyak negara kota dengan berbagai macam bentuk pemerintahan, demokrasi ditanding dengan bentuk-bentuk pemerintahan yang dikendalikan oleh segelintir orang terkemuka (aristokrasi), oleh satu orang (monarki), para tiran (tirani), dan lain sebagainya,” bebernya.
Sementara, menurutnya, khilafah islamiyah yang pertama dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar yang berkuasa sejak tanggal 8 Juni 632M (11H)–22 Agustus 634 (13H) atau 2 tahun 76 hari.
“Itu artinya, konsep khilafah jauh lebih modern ketimbang konsep demokrasi,” tegas Guru Besar Fakultas Hukum Undip ini.
Seandainya demokrasi dipandang lebih baik saat itu, kata Prof. Suteki, tentu Rasulullah akan memberi contoh yang diikuti para sahabatnya dalam mengelola negara Madinah.
“Apakah Anda mengira, Rasulullah hanya sekelas ketua RT atau sekelas pemimpin agama saja?” tanyanya.
Prof. Suteki menambahkan, Nabi SAW adalah Rasulullah sekaligus kepala negara yang kemudian sistemnya diikuti oleh para sahabat.
“Yang aneh adalah pendapat bahwa jika kita kembali ke negara yang berbasis agama (khilafah) justru dikatakan kemunduran. Kemudian mereka menawarkan Islam tengah. Tepatkah?” pungkasnya.[] Puspita Satyawati